MAKALAH SEJARAH INDONESIA KELAS 10 : ASAL USUL PERSEBARAN MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA




BAB I
PERADABAN AWAL MASYARAKAT DUNIA YANG BERPENGARUH DI INDONESIA
  1. Budaya Bacson Hoabinh
Budaya Bacson Hoabinh ini di gunakan sejak tahun 1920 an , yaitu untuk menunjukan suatu tempat pembuatan alat alat baru yang khas dengan ciri dipangkas pada salah satuatau dua sisi permukanya. Ciri khas nya adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali kiranglebih satu kepalan dan sering kali seluruh tepianya menjadi bagian yang tajam .  Hasil penyerpihannya menunjukan macam macam bentuk yaitu lonjong segiempat, segitiga , beberapa diantaranya mempunyai bentuk berpinggang.
Penemuan alat dari batu paling banyak di temukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah vietnam utara , yaitu bachson di pegunungan hoabinh.
  1.  Budaya Dong Son
Pembuatan perunggu di Vietnam Utara dimulai sekitar 2500 smdan dihubungkan dengan budaya Dong Dau dan Go Mun . Penemuan kebuadayaan Dong Son sangat penting karena benda benda logam yang di temukan di daerah Indonesia umunya bercorak Dong Son , bukan bercorak India maupun china . ( Dong Son wilayah Vietnam utara ) , tidak kurang dari 56 nekara berhasil di temukan di daerah pulau Sumatra , Jawa Maluku Selatan .
  1. Budaya Sa Huynh
Budaya Sa Hyunh yang berasal dari Vietnam bagian selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia yang kemungkinan berasal dari daerah kepulauan Indonesia.
Dari sudut pandang Indonesia , keberadaan orang-orang Cham dekat dengan pusat pusat penemuan benda benda logam di Vietnam utara pada akhir massa prasejarah mempunyai arti yang sangat penting karena mereka adalh kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia .
Dengan demikian benda benda perunggu yang tersebar sampai ke wilayah Indonesia melalui jalur jalur antara lain :
·         Melalui jalur darat yaitu Muangthai dan Malaysia terus keü kepulauan Indonesia
·         Melalui jalur laut yaitu dengan menyebrangi lautan danü terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia      .

BAB II

Asal-usul dan Persebaran Manusia

Pada bagian ini, kami akan menjelaskan tentang asal-usul dan persebaran manusia. Mencakup DNA mitokondria yang membahas tentang nenek moyang manusia modern. Data – data tentang bab ini kami ambil dari berbagai sumber.
1.       Asal mula manusia modern
Fosil- fosil dan artefak yang ditinggalkan oleh manusia purba dimasa pengembaraan mereka, menjadi satu-satunya petunjuk untuk penelitian persebaran manusia purba.
Seiring berjalannya waktu, teknologi yang berkaitan dengan penelitian ini telah ditemukan. Salah satu teknologi itu adalah teknologi genetika. Penerapan teknologi genetika telah digunakan dalam penelitian ini.
Idenya adalah, menggunakan DNA mitokondria (mtDNA) untuk mengetahui hubungan antar populasi. Dasar persamaan genetik digunakan untuk mengungkap cikal bakal manusia modern.
Menurut salah satu buku refrensi kami, penelitian membuktikan bahwa kode- kode genetika manusia atau genom ternyata 99,9 % identik di seluruh dunia. Selebihnya adalah DNA yang bertanggung jawab membedakan setiap individu seperti, warna mata ,resiko penyakit, dan DNA yang fungsinya tidak begitu jelas.
Mutasi acak yang tidak berbahaya dapat terjadi dalam DNA manusia. Namun tetap saja, mutasi-mutasi yang memberikan petunjuk tetap terlindungi. Salah satunya adalah DNA mitokondria yang selalu diteruskan utuh dari ibu kepada anaknya. Contoh lain terjadi pada kromosom Y  yang menentukan laki-laki, berpindah utuh dari ayah ke anak laki-laki.
Dari penelitian tersebut juga, para ilmuan dapat menyimpulkan bahwa, seluru manusia modern sekarang ini , semua merupakan satu kerturunan. Atau satu nenek moyang (“Hawa” mitokondria). Hawa mitokondria segara bergabung dengan “Adam kromosom Y”. Bisa dikatakan semua umat manusia terkait dengan Hawa mitokondria, melalui rantai para ibu yang tidak pernah terputus.
Kesimpulan dari penelitian tersebut menjelaskan sesuatu. Bahwa,manusia modern bukan merupakan keturunan dari manusia purba semacam Homo sapiens yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu. Atau bahkan, spesies yang lebih tua seperti Homo habilis, Homo ergaster ,dan Homo erectus.
Kemudian kita akan menggali lebih dalam lagi tentang penerapan teknologi genetika untuk prsebaran manusia. Pada poin selanjutnya.
2.       Variasi suku bangsa dalam menentukan persebaran manusia
Variasi atau keberagaman antara satu kelompok ke krlompok lain, dapat menjadi petunjuk dalam penyebaran manusia.
Gen dapat bermutasi. Secara alamiah, gen tersebut memang tidak membahayakan atau pun membawa akibat buruk. Hanya saja mutasi tersebut menghasilkan individu yang memiliki has tertentu. Mutasi tersebut juga menghasilkan sifat keraagaman sel yang disebut dengan polimorfisme.
Polimorfisme, ternyata dapat juga digunakan sebagai penelitian asal usul manusia dan berbagai hubungan seperti, kekerabatan antar ras dan suku, serta membedakan ras yang satu dengan yang lain.
Ini membuktikan bahwa jauh dekatnya kekerabatan suatu populasi atau kelompok dapat dilihat dari persamaan variasi suku bangsa tersebut. Jika jumlah variasi yang memisahkan dua kelompok etnik, semakin jauh kekerabatanya. Namun terjadi hal yang sebaliknya. Jika ada dua orang yang mtDNA nya persis sama, maka kemungkinan besar mereka memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat.

3.       Daerah asal manusia
Sejak lama para ilmuan telah meneliti tentang daerah asal manusia. Atau bisa dikatakan peradaban awal manusia di muka bumi. Pada poin ini kami akan menjelaskan tentang hal tersebut.
Masih dengan menggunakan teknologi genetika mtDNA, para ilmuan mencoba untuk mengungkap daerah asal manusia.
Dipimpin oleh seorang ilmuan yang bernama Allan Wilson dan rekan- rekan di University of California, Barkeley. Mereka mulai meneliti di pertengahan tahun 1980-an. Mereka membandingkan mtDNA wanita- wanita di seluruh dunia, dan menemukan bahwa wanita-wanita keturunan Afrika menunjukan keanekaragaman yang lebih banyak dua kali lipat, dibanding keturunan lainnya.
Max Ingman doctor genetik asal Amerika, menyatakan pendapat yang senada dengan pendapat tadi. Beliau menyatakan bahwa, kemungkinan besar manusia modern berasal dari suatu tempat di daratan Afrika, berkisar 100-200 ribu tahun lalu. Dari sanalah para nenek moyang, menyebar ke berbagai tempat. Gen-gen penyusun manusia modern ini, sama sekali tidak tercampur gen manusia purba.

4.       Perjalanan manusia modern
Oppenheimer, memaparkan pendapat sebagian besar ahli dunia tentang persebaran manusia sejak lahir di tanah Afrika sekitar 170 ribu tahun silam.
Pada 90-85 ribu tahun silam, sekelompok manusia meninggalkan Afrika ke timur, lewat Laut Merah. Dalam 10 ribu tahun, mereka terus bergeser  mengikuti garis pantai Asia hingga sampai ke pantai di Cina.
Dari sisi genetis, pendekatan Oppenheimer itu didukung oleh para pakar genetika. Penelitian hampir 100 ilmuwan genetika Asia, termasuk Profesor Sangkot Marzuki yang memimpin Lembaga Eijkman, sudah memetakan genetika manusia Asia. Hasilnya adalah, Asia Tenggara adalah pusat penyebaran (manusia modern) setelah Afrika.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa, setelah sampai Asia, mereka berpencar secara berkelompok. Satu kelompok tinggal di sekitar semenanjung Arab, India dan mugkin wilayah Asia yang lebih jauh.
Masih dari pendapat yang sama, para pengembara tadi sampai di Australia Barat Daya 45.000 tahun yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya fosil seorang laki- laki di Lake Mungo.
Tidak ada jejak fisik dalam perjalanan tersebut. Kemungkinan sudah lenyap oleh naiknya air laut sesudah zaman es.

BAB III

ASAL USULPERSEBARAN MANUSIA INDONESIA


Berbagai jenis ras diperkiraan berasal dari asia tengah hal tersebut didasarkan atas penemuan tulang belulang kuno. Contohnya Papua Melanosoid, Europoid, Mongoloid, dan Austroloid. Dari percampuran mereka lahirlah bangsa melayu yang menyebar melalui sungai dan lembah kedaerah pantai  dikarenakan adanya wabah penyakit , ke teluk Tonkin lalu indo cina menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa Austroasia. Yang kemudian mereka munuju kepulaan dan kemudian menjadi bangsa Austronesia.
            Bangsa Thailand Selatan, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Philipina Selatan memiliki kesamaan terhadap bangsa cina di sebelah timur dan bangsa India di sebelah barat
  1. Penyebaran Manusia dan Bahasa Austronesia
Bahasa di asia tengah berasal dari keluarga sinn-tibet yang melahirkan bahasa Cina, Siam, Tibet, Miao, Yiu, dan Burma. Penyebaran keselatan melahirkan bahasa Dravida,yaitu Telugu, Tamil, Malayalam, sedangkan penyebaran ke Asia Timur dan Tenggara melahirkan bahasa Austronesia yang menurunkan bahasa Melayu, Melanesia, Mikronesia, Polinesia.
Oleh karena itu ada kesamaan istilah ,bahasa,nama hewan dan tumbuhan,jadi bangsa pendukung bahasa Austronesia itu berasal dari daerah campa.cochin china,dan kamboja dan daerah di sekitar pantai  , namun wilayah itu bukanlah penduduk asli.tempat asal  mereka berada di daerah yang jauh lebih tinggi.
  1. Penyebaran Pendukung Kebudayaan Kapak Persegi
Menurut Kern dan Von Heine Geldern  persebaran kapak persegi  berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan , yaitu di daerah hulu sungai sungai terbesar di Asia Tenggara seperti di sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salwin, Yang-tse-kiang, sungai Mekhong, dan sungai Menam. Dengan melalui lembah sungai itu kebudayaan dan manusia pendukungnya menyebar menuju hilir sungai sehingga sampai ke asia tenggara bagian utara. Disini kebudayaan itu mempunyai cabang kebudayaan kapak bahu.  Dalam perkembangnya masing-masing berdiri sendiri dan mempunyai jalan penyebaran yang berbeda. Pendukung kebudayaa kapak persegi yaitu adalah bangsa Austronesia,mempunyai pusat di daerah Tonkin. Karena mereka  memiliki kepandaian membuat perahu bercadik, mereka berlayar menggunakan perahu tersebut ke Malaysia barat kemudian ke Sumatra, Jawa, Bali, dan terus ke timur. Sebagian menuju Kalimantan, dari Kalimantan barat laut kebudayaan kapak persegi tersebar ke Philipina , Formosa, dan Jepang .
  1. Penyebaran Manusia dengan Perahu Bercadik

Hornell yang mengadakan penyelidikan terhadap jenis-jenis perahu di Nusantara dan negar-negara disekitarnya menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu khas bangsa Indonesia. Di India selatan ada beberapa suku yang menurut corak kebudayaan dan fisiknya banyak menyerupai orang Indonesia. Diantaranya suku terkenal sebagai penyelam mutiara di teluk Manar. Mereka juga menggunakan perahu bercadik, sedangkan suku Shanar kehidupannya terutama dari perkebunan kelapa. Tanaman kelapa tersebut diperkirakan berasal dari Indonesia melalui Srilangka.       

  1. Gelombang Kedatangan Penduduk dari Asia Daratan ke Wilayah Nusantara
Berdasarkan fosil-fosil yang telah di temukan di wilayah Indonesia dapat diketahui bahwa sejak 2 juta tahun yang lalu wilayah ini telah di huni. Penhuninya adalah manusia-manusia purba dengan kebudayaan seperti : meganthropus paleojavanicus, pithecanthropus erectus, pithecanthropus soloensis dan homo wajakensis. Manusia-manusia purba ini utamanya homo wajakensis lebih mirip dengan manusia-manusia yang kini dikenal sebagai penduduk asli Australia, aborigin.
Dengan demikian,”penduduk asli Indonesia” adalah kaum negroid atau melanesoid atau astroloid, yang berkulit hitam. Wilayah nusantara kemudian kedatangan bangsa melanesoid yang berasal dari Tonkin, tepatnya dari bacson-hoabinh. Dari artefak-artefak yang ditemukan di tempat asalnya menunjukan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam, berbadan kecil dan termasuk tipe veddoid-austrolaid.
Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar, tanah dinusantara belum menjadi kepemilikan siapa pun. Hal ini berbeda dengan Manusia Indonesia Purba yang tidak memerlukan tanah sebagai modal untuk hidup karena mereka berpindah-pindah. Ketika sampai di satu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan makanan (food gathering). Biasanya mencari lembah-lembah atau wilayah yang terdapat aliran sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba diwilayah nusantara di lembah-lembah sungai), walaupun tidak tertutup kemungkinan ada pula yang memilih mencari di pedalaman. 
Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Wilayah aliran sungai pula yang akan menjadi targetnya. Alat-alat sederhana seperti: kapak genggam atau choppers, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus atau febble, kapak pendek dan sebagainya.
Kebudayaan bangsa Melanesoide ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Teknologi pertanian juga sudah mereka miliki sekalipun mereka belum dapat menjaga agar satu bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang lama tidak bisa ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan dengan seminomaden.  
Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke nusantara, selalu di lakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa yang dating sebelumnya. Dari semua gelombang pendatang dapat di lihat bahwa mereka adalah bangsa-bangsa yang mulai bahkan telah menetap. Jika kehidupan mereka masih berpindah, maka perpindahan bukanlah sesuatu hal yang aneh.
Namun dalam kehidupan yang telah menetap, pilihan untuk meninggalkan daerah asal bukan tanpa alasan yang kuat. Ketika kehidupan mulai menetap, maka tanah yang mereka butuhkan adalah tanah sebagai media untuk tetap hidup. Mereka sangat membutuhkan tanah yang luas karena teknologi pertaniannya masih rendah.
Sekitar tahun 2000SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara kedatangan pula bangsa dan kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun melayu austronosia yakni bangsa melayu tua atau proto melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan.
Orang-orang melayu tua, telah mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan bahkan mereka sudah beternak. Dengan demikian mereka telah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producing). Kemampuan ini membuat mereka dapat menetap secara lebih permanen. Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis dasar-dasar kebudayaan.
Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan pengorganisasian untuk mengatur pemukimannya. Pengorganisasian ini membuatnya sanggup belajar membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai perlatan lain dengan lebih baik. Mereka mengenal adanya sistem kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam yang ada sehubungan dengan pertanian mereka. 
Arus pendatang tidak hanya datang dalam sekali saja. Pihak-pihak yang kalah dalam perebutan tanah di daerah asalnya akan mencari tanah-tanah di wilayah lain. Demikian juga, yang menimpa bangsa melayu tua yang sudah mengenal bercocok tanam, berternak, dan menetap. Kembali lagi, daerah subur dengan aliran sungai atau mata air yang menjadi incaran. Namun kedatangan bangsa melayu tua juga memungkinkan terjadinya percampuran darah antara bangsa ini dengan bangsa Melanesia yang telah terlebih dahulu datang di nusantara.
Pada tahun 200-300SM, datanglah orang-orang melayu tua yang telah bercampur dengan bangsa aria di daratan yunan. Mereka disebut orang melayu muda atau deutero melayu dengan kebudayaan perunggunya.  Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan batu muda yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi.
Kedatangan bangsa melayu muda mengakibatkan bangsa melayu tua yang tadinya hidup disekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya tidak banyak berubah. Dengan menguasai tanah, bangsa melayu muda dapat berkembang dengan pesat kebudayaannya bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal bakal bangsa indonesia sekarang.
Dalam kedatangan-kedatangan tersebut penduduk yang lebih tua menyerap bahasa dan adat para imigran. Jarang terjadi pemusnahan dan pengusiran bahkan tidak ada penggantian penduduk secara besar-besaran. Percampuran-percampuran inilah yang menjadi cikal bakal nusantara yang telah menjadi titik pertemuan dari ras kuning ( mongoloid ) yang bermigrasi ke selatan dari yunan, ras hitam yang di miliki oleh bangsa melanesoid   

BAB IV

Pendapat Para Ahli Mengenai Kehidupan Awal

Keberadaan masyarakat awal di Kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh- tokoh ahli. Teori yang mendukung dikenal dengan teori IMIGRASI.
Menurut Teori Imigrasi, terdapat beberapa petunjuk keberadaan masyarakat
awal di Kepulauan Indonesia
1. Prof. Dr. H. Kern
Bangsa Indonesia berasal dari Asia. Teori ini didukung oleh perbandingan bahasa, karena bahasa yang dipakai di Kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, Micronesia berawal dari satu akar bahasa yang bernama bahasa Austronesia.
2. Van Heine Geldern
Bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak persamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.
3. Prof. Moh Yamin
Bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil dan artefak tertua dengan jumlah terbanyak yang ditemukan di daerah Indonesia.

Pendapat Tokoh-tokoh tentang Asal-Usul Bangsa Indonesia
  1. Max Muller
Asal dari bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara.
  1. Prof. Dr. H. Kern
Bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin, Cina, Kamboja. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu-perahu bercadik menuju Kepulauan Indonesia. Pendapat Kern didukung adanya persamaan nama dan bahasa.
  1. Willem Smith
Willem Smith membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang digunakannya, yaitu bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman dan bangsa yang berbahasa Austria. Bahasa Austria dibagi 2 yaitu bangsa yang berbahasa Asia dan bahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.
  1. Hogen

Bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia tahun 3000 SM – 1500 SM. Bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar di wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM – 500 SM.
  1. Drs. Moh. Ali
Bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan. Pendapat Moh Ali dipengaruhi pendapat Kern bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol dan terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat; mereka menyebar ke arah selatan sampai ke wilayah Indonesia. Menurut Moh Ali : nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai-sungai besar di Asia dan kedatangannya di Indonesia secara bergelombang.
  • Gelombang I 3000 SM – 1500 SM
  • Gelombang II 1500 SM – 500 SM
Ciri-ciri Gelombang I adalah kebudayaan Neolithikum dengan jenis perahu bercadik I. Gelombang II menggunakan perahu bercadik dua.
  1. Prof. Dr. Kroom
Asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina Tengah, yang terdapat sumber-sumber sungai besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM – 1500 SM.
  1. Mayundar
Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India kemudian menyebar ke Indo-Cina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik.
  1. Prof. Moh. Yamin
Asal bangsa Indonesia dari daerah Indonesia sendiri pendapat ini didukung suatu pernyataan tentang Blood Und Breden Unchro yang artinya darah dan tanah bangsa indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Fosil dan artefak itu lebih banyak dan lebih lengkap ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Asia. Misalnya dengan penemuan manusia purba sejenis Homo soloensis, Homo wajakensis.
  1. Brandes
Meneliti dengan perbandingan bahasa. Bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah-daerah yang membentang dari sebelah utara Pulau Formosa, sebelah barat daerah Madagaskar, sebelah selatan yaitu tanah Jawa, Bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai barat Amerika (terdesak oleh alam).

Berdasarkan penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan Kern berkesimpulan bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa dan agak ke utara yaitu daerah Lonkin.
Namun, sebelum bangsa Indonesia tiba di daerah Kepulauan Indonesia, sudah ditempati bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa tersebut hingga sekarang menempati daerah-daerah Indonesia timur dan daerah- daerah Australia.

DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Shodiq . 2006. Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia. Solo : Tiga Serangkai
Mustopo Habib. 2007. Sejarah 1. Jakarta : Yudhistira


Belum ada Komentar untuk "MAKALAH SEJARAH INDONESIA KELAS 10 : ASAL USUL PERSEBARAN MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel