AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : ADAB-ADAB TA’ZIYAH (BELA SUNGKAWA), SHALAT JENAZAH DAN TATA CARA PENGUBURANNYA
Rabu, November 22, 2017
Tambah Komentar
Oleh
Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani
1. Dianjurkan untuk ta’ziyah[1] (belasungkawa)[2] terhadap keluarga yang tertimpa musibah (kematian). Lafazh ta’ziyah yang paling utama yang berasal dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اِصْبِرْ وَاحْتَسِبْ فَإِنَّ ِللهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلَّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مَسَمًّى.
Bersabarlah dan berharaplah pahala dari Allah, sesungguhnya adalah hak Allah mengambil dan memberikan sesuatu, segala sesuatu di sisi-Nya ada batas waktu yang telah ditentukan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim][3]
2. Tidak selayaknya berta’ziyah dengan ucapan turut berduka cita di koran, surat kabar, majalah dan media informasi lainnya. Hal itu tidak pantas karena termasuk pemberitahuan kematian yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena maksud dari ta’ziyah tersebut untuk menyebarkan, mempublikasikan dan mengumumkan kematiannya.[4]
3. Diperbolehkan untuk melakukan safar dalam rangka untuk ta’ziyah bagi orang yang sangat dekat hubungannya dengan si mayit, ditambah apabila dia tidak pergi untuk berta’ziyah akan dianggap memutuskan silaturrahmi.
4. Tidak mengapa mengabarkan kepada khalayak ramai bahwa seseorang telah meninggal dan akan dishalatkan di tempat tertentu. Hal ini sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kematian an-Najasy (Raja Najasyi) dan beliau memerintahkan para Sahabatnya supaya keluar ke tanah lapang kemudian mereka menshalatkannya.
5. Tidak disyari’atkan mengucapkan doa istiftah pada shalat jenazah karena shalat jenazah adalah shalat yang dikerjakan atas dasar sifat yang ringkas dan cepat sehingga shalat tersebut tidak ada do’a istiftahnya.
6. Apabila salah seorang keluarga terdekat mayit mengetahui bahwa si mayit tidak shalat maka tidak boleh meminta kaum Muslimin untuk menyalatkannya karena ia telah memberikan orang kafir kepada kaum Muslimin untuk dishalatkan. Di samping itu shalat yang dilakukan kaum Muslimin tidak akan bermanfaat bagi mayit tersebut. Dan juga tidak boleh menguburkan mayit tersebut di pekuburan kaum Muslimin.
7. Shalatnya seorang perempuan atas mayit di dalam rumahnya itu lebih baik daripada menyalatkannya di masjid, jika ia termasuk salah satu anggota keluarga mayyit tersebut. Namun tidak mengapa apabila ia keluar rumah dan menyalatkannya bersama kaum Muslimin.
8. Dianjurkan untuk menyegerakan mengurus mayit berdasarkan hadits:
أَسْرِعُوْا بِالْجَنَازَةِ فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ لَهُ فَخَيْرٌ تُقَدِّمُوْنَهَا، وَإِنْ تَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُوْنَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ.
“Bersegeralah dalam mengurus jenazah, karena jika ia baik maka engkau telah melakukan suatu kebaikan dan jika tidak, maka engkau telah membuang suatu kejelekan dari lehermu.” [HR. Al-Bukhari no. 1315 dan Muslim no. 944 (50)]
Tidak sepatutnya menunda-nunda dalam mengurus jenazah hanya dengan alasan agar sebagian anggota keluarga dapat menghadiri pemakaman si mayit, kecuali jika hanya sebentar. Apabila keluarganya datang terlambat setelah dikubur maka boleh menyalatkannya di kuburannya. Hal ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyalatkan seorang wanita (yang biasa membersihkan masjid Nabi) di kuburannya, dimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diberi tahu tentang kematian wanita tersebut, maka beliau berkata (kepada para Sahabatnya):
دُلُّوْنِيْ عَلَى قَبْرِهَا، فَدَّلُوْهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا.
“‘Tunjukkan padaku makamnya.’ Lalu mereka menunjukkannya kemudian beliau menyalatkannya di kuburannya.” [HR. Al-Bukhari no. 458 dan Muslim no.956]
9. Bukan termasuk Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bukan pula termasuk sunnah Khulafaur Rasyidin melakukan do’a berjama’ah di sisi kuburan yang dipimpin oleh satu orang dan diaminkan banyak orang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya memberikan petunjuk kepada orang-orang (yang mengantar jenazah) untuk memintakan ampunan bagi mayyit dan memohon baginya keteguhan dan hal tersebut dilakukan sendiri-sendiri bukan secara bersama-sama.
10. Dianjurkan dengan dasar kesepakatan para ulama untuk menutup jenazah perempuan dengan mantel atau kain yang tebal ketika menurunkannya ke liang lahat supaya tidak terlihat orang, karena bisa jadi apabila tidak memakai mantel atau kain penutup ketika menurunkan ke liang lahat, kain kafannya lepas sehingga auratnya dapat tersingkap.
11. Tidak disyari’atkan untuk mengkhususkan berpakaian tertentu ketika berta’ziyah seperti mengkhususkan warna hitam, bahkan ini termasuk perbuatan bid’ah dan terkadang hal tersebut dapat menyebabkan manusia tidak rela terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah.
12. Tidak diperbolehkan berta’ziyah kepada ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) atau orang kafir lainnya ketika ada keluarga mereka yang meninggal, tidak boleh menghadiri jenazahnya maupun mengiringinya ke kubur.
13. Diperbolehkan untuk menerima ta’ziyah dari ahlul Kitab (Nasrani dan Yahudi) atau orang kafir lainnya ketika seorang muslim meninggal dunia dan mendo’akan mereka agar mendapatkan hidayah.
(Lihat Fataawaa at-Ta’ziyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah).
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M]
_______
Footnote
[1]. Definisi ta’ziyah adalah menyuruh bersabar, membuat keluarga mayit terhibur dan bersabar dengan sesuatu yang bisa meringankan musibah yang mereka alami dan mengurangi kesedihan mereka. [Lihat Minhaajul Muslim oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi, hal. 305]-penj.
[2]. Sebagaimana hadits:
Baca Juga
Footnote
[1]. Definisi ta’ziyah adalah menyuruh bersabar, membuat keluarga mayit terhibur dan bersabar dengan sesuatu yang bisa meringankan musibah yang mereka alami dan mengurangi kesedihan mereka. [Lihat Minhaajul Muslim oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi, hal. 305]-penj.
[2]. Sebagaimana hadits:
مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَزِّيْ أَخَاهُ بِمُصِيْبَةٍ إِلاَّ كَسَاهُ اللهُ سُبْحَانَهُ مِنْ حُلَلِ الْكَرَامَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Tidaklah seorang mukmin berbelasungkawa (ta’ziyah) kepada saudaranya karena suatu musibah, melainkan Allah Yang Mahasuci memberinya pakaian dari pakaian-pakaian kemuliaan di hari Kiamat.” [HR. Ibnu Majah no. 1601, hasan. Lihat Shahiih Ibni Maajah no. 1601]
[3]. Lafazh yang ada dalam riwayat al-Bukhari adalah:
إِنَّ ِللهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلَّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ.
“Sesungguhnya adalah hak Allah untuk mengambil dan memberikan sesuatu, segala sesuatu di sisi-Nya ada batas waktu yang telah ditentukan, oleh karena itu bersabarlah dan berharaplah pahala dari Allah (dengan sebab musibah itu).” [HR. Al-Bukhari no. 1284 dan Muslim no. 923]-penj.
[4]. Memberitahukan kematian seseorang di koran-koran setelah wafatnya mayit serta melakukan ta’ziyah di dalamnya ini termasuk na’yu (pemberitahuan) yang dilarang. Berbeda dengan na’yu sebelum si mayit dishalatkan (ia meminta) agar dishalatkan (oleh orang banyak), maka hal itu tidak mengapa sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kematian Raja Najasy dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh para sahabatnya supaya keluar ke tanah lapang untuk shalat ghaib. Adapun setelah mayit dikubur tidak perlu lagi dikabarkan tentang kematiannya karena urusannya sudah selesai. Maka memberitahukannya di koran-koran termasuk na’yu yang dilarang. Lihat Fatwa at-Ta’ziyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin no. 3.-pent.
Sumber: https://almanhaj.or.id/4012-adab-adab-taziyah-bela-sungkawa-shalat-jenazah-dan-tata-cara-penguburannya.html
BACA JUGA
- DOWNLOAD KISI-KISI UAMBN MTs TAHUN PELAJARAN 2017/2018
- DOWNLOAD KISI-KISI UAMBN MA NON-KEAGAMAAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MENELADANI SIFAT UTAMA MUHAMMAD IQBAL
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MENELADANI SIFAT UTAMA IBNU RUSYD
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MENGHINDARI AKHLAK TERCELA FITNAH
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MENGHINDARI AKHLAK TERCELA NAMIMAH, DAN GHIBAH
- AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : BAHAYA FITNAH, NAMIMAH, DAN GHIBAH
- MAKALAH 2 AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI : KOMPETISI DALAM KEBAIKAN, OPTIMIS, DINAMIS, INOVATIF DAN KREATIF
- MAKALAH 1 AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI : KOMPETISI DALAM KEBAIKAN, OPTIMIS, DINAMIS, INOVATIF DAN KREATIF
- MAKALAH 2 AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MENELADANI AKHLAK UTAMA ORANG-ORANG SHALIH : AL-GHAZALI, IBNU SINA DAN IBNU RUSYD
- MAKALAH 1 AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MENELADANI AKHLAK UTAMA ORANG-ORANG SHALIH : AL-GHAZALI DAN IBNU SINA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : ADAB PERGAULAN DALAM ISLAM
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MENGHINDARI AKHLAK TERCELA : NIFAQ DAN KERAS HATI
- MAKALAH 2 AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MUSAWAH DAN UKHUWAH
- MAKALAH 1 AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI AMAL SHALIH DAN TOLERANSI
- MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : PERILAKU TERPUJI AMAL SHALIH, TOLERANSI, MUSAWAH, UKHUWAH. PENGERTIAN, MACAM-MACAM DAN CONTOH
- MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : NILAI-NILAI MULIA ASMAUL HUSNA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 12 : ASMAUL HUSNA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MENELADANI SIFAT TERPUJI ABDURRAHMAN BIN AUF ABIZAR
- AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : ADAB-ADAB TA’ZIYAH (BELA SUNGKAWA), SHALAT JENAZAH DAN TATA CARA PENGUBURANNYA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MENGHINDARI AKHLAK TERCELA BAGIAN 2 : ISRAF, TABDZIR, BAKHIL
- MAKALAH 2 AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : AKHLAK PERGAULAN REMAJA
- MAKALAH 1 AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : AKHLAK PERGAULAN REMAJA
- MAKALAH 2 AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : TASAWUF DALAM ISLAM
- MAKALAH 1 AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : TASAWUF DALAM ISLAM
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MENELADANI FATIMAH AZ-ZAHRA
- MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MENELADANI KISAH FATIMAH AZ-ZAHRA DAN UWAIS AL-QARNI
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : ADAB BERPAKAIAN DAN BERHIAS
- MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI AKHLAK BERPAKAIAN, BERHIAS, PERJALANAN, BERTAMU DAN MENERIMA TAMU
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MENGHINDARI AKHLAK TERCELA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MEMAHAMI ALIRAN ILMU KALAM DAN TOKOHNYA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : MEMAHAMI ILMU KALAM
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : KISAH TELADAN RASUL ULUL AZMI
- MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : AYO JENGUK SAUDARA KITA YANG SAKIT
- MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : MENGHINDARI AKHLAK TERCELA, LICIK, TAMAK, DZALIM, DAN DISKRIMINASI
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : PEMBIASAAN AKHLAK TERPUJI HUSNUDZAN, RAJA', DAN TAUBAT
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : INDAHNYA ASMAUL HUSNA
- MAKALAH TENTANG NABI MUHAMMAD SAW
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : SEHARUSNYA KITA MENGHINDARI PERBUATAN SYIRIK
- MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : KISAH TELADAN NABI YUSUF AS
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ADAB TERHADAP ORANG TUA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ADAB TERHADAP GURU
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : AYO KITA HORMATI GURU DAN ORANG TUA KITA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ALANGKAH BAHAGIANYA JIKA KITA BERSYUKUR, QANA'AH, RIDHA, DAN SABAR
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : AYO KITA PELAJARI INDUK-INDUK AKHLAK TERCELA
- AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : AYO KITA PELAJARI INDUK-INDUK AKHLAK TERCELA
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : MEMAHAMI INDUK AKHLAK TERPUJI
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : MENJADI HAMBA YANG BERAKHLAK
- AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : MENJADI HAMBA YANG BERAKHLAK
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : AYO BERTAUHID
- AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : AYO BERTAUHID
- MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : MEMAHAMI AQIDAH ISLAM
- Kumpulan Materi AQIDAH AKHLAK Kelas 10, 11, 12 Kurikulum 13 SMA/MA/SMK Se-Derajat
- PENGERTIAN AKIDAH
Belum ada Komentar untuk "AQIDAH AKHLAK KELAS 11 : ADAB-ADAB TA’ZIYAH (BELA SUNGKAWA), SHALAT JENAZAH DAN TATA CARA PENGUBURANNYA"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...