SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH
Senin, April 08, 2019
Tambah Komentar
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu karya terbaik mengenai sejarah Arab-Islam yang ditulis Philip K.
Hitti berjudul History of The Arabs disebutkan bahwa periode al Mahdi dan al
Rasyid dikenal sebagai gerakan intelektual dalam sejarah Islam yang banyak
dipengaruhi oleh peradaban Yunani.[1]
Peradaban Yunani memang bukan satu-satunya pengaruh asing yang masuk ke
dunia Islam dalam pembentukan budaya Islam universal Persia[2],
Hitti mencatat pengaruh asing lain juga turut mempengaruhi pembentukan budaya
tersebut,adalah:India dan Persia.Philip K. Hitti selanjutnya menyebutkan
persentuhan budaya Yunani dengan Islam bermula ketika orang Arab bergerak
menaklukan Daerah Bulan Sabit Subur.Hellenisme kemudian menjadi unsur paling
penting yang mempengaruhi kehidupan orang Arab.Berbagai serangan ke wilayah
Romawi, khususnya pada masa Harun al Rasyid menjadi peluang bagi masuknya
masnuskrip-manuskrip Yunani selain harta rampasan,terutama yang berasal dari
Amorium dan Ankara.[3]
Titik tertinggi pengaruh Yunani pada
masa kejayaan Daulah Abbasiyah terjadi pada masa al Ma’mun.Kecendrungan
rasionalistik khalifah dan para pendukungnya dari kelompok Mu’tazilah yang
meyatakan teks-teks keagamaan harus bersesuaian dengan nalar
manusia,mendorongnya untuk mencari pembenaran bagi pendapatnya dalam
karya-karya filsafat Yunani.Kemudian pada tahun 830 al Ma’mun membangun Bayt al
Hikmah (rumah kebijaksanaan),sebuah perpustakaan,akademi,sekaligus biro
penerjemah,yang dalam berbagai hal merupakan lembaga pendidikan paling penting
sejak berdirinya museum Iskandariyah pada paruh pertama abad ke-3 S.M.[4]
Sejarahperkembanganilmupengetahuan yang telahdirintisoleh umat Islam.Islam
sebagaimana dijumpai dalam sejarah telah memainkan peranan yang amat penting
dalam gerakan pengembangan intelektual dan berdirinya berbagai institusi
pendidikan.Islam bukan hanya melahirkan ulama yang handal dalam bidang ilmu
agama saja(Tafsir,Hadist,Fiqih,Kalam,Filsafat,dan Tasawuf)tetapi juga memberikan
kontribusi dalam keilmuwan umum(matematika,Fisika,Biologi,Kedokteran,Morfologi,
Astronomi, Sosiologi,dan lain sebagainya),dan dalam bidang ilmu humaniora
(Filsafat,Seni,dan sebagainya).Hasil usaha umat Islam dalam berbagai bidang
ilmu tersebut pernah mencapai puncaknya di zaman Klasik khusunya pada Zaman
Dinasti Abbasiyah,yang hingga sekarang ini,sisa-sisa peningalanya masih dapat
dijumpai di berbagai belahan dunia,seperti di Cordova,Spanyol,Baghdad,dan lain-lainya.[5]
Dalam pemerintahan Abbasiyah banyak terjadi konflik-konflik baik dari
permasalahan perebutan kekuasan maupun dari yang lain,tetapi walaupun begitu
tidak berimbas kepada perkembangan ilmu pengetahuan,ilmu pengetahuan berjalan
independen sesuai dengan jalurnya.Tetapi Pada tahun 565 H/1258 M,tentara Mongol
yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu
Baghdad.Khalifah Al-Mu'tashim betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu
membendung tentara Hulago Khan.Kota Baghdad dihancurkan,kemu,dian Hulagho Khan
menguasai Baghdad selama dua tahun,sebelum melanjutkan gerakan ke Syiria dan
Mesir.Dengan adanya penyerangan tersebut keadaan perkembangan ilmu di Baghdad
mengalamikemunduran.Dan kemunduran umat Islam dalam peradabannya ini terjadi
pada sekitar tahun 1250 M.s/d tahun 1500 M.Dan disisi lain pada saat itu barat
mengalami kejayaan dalam peradaban ilmunya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Transisi kebudayaan Yunani kedunia islam?
2.
Bagaimana
perkembangan ilmu islam bani Abbasiyah?
3.
Bagaimana
sebab-sebab kemunduran bani Abbasiyah?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui transisi kebudayaan yunani kedunia islam.
2.
Untuk
mengetahui perkembangan ilmu islam bani abbasiyah.
3.
Untuk
mengetahui sebab-sebab kemunduran bani abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Transmisi Kebudayaan Yunani ke Dunia Islam
Transmisi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengiriman (penerusan)pesan dari
seseorang ke orang lain. Sedangkan kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu Buddhaya (jamak dari budhi atau akal) yang diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan adalah hal-hal
atau kegiatan yang tercipta dari akal budi manusia pada suatu daerah tertentu
dan menjadi ciri khas masyarakat yang mendiami.
Berbicara
mengenai peradaban Yunani biasanya tidak terlepas dari aspek pembicaraan
mengenai filsafat, tidak terkecuali pembicaraan tersebut masuk pada wilayah
sejarah islam. Filsafat dipandang sebagai sumber awal kemajuan peradaban
manusia karena hasil kerja filasafat merupakan pembuka jalan bagi lahirmya ilmu
pengetahuan, sehingga sering disebut juga filsafat sebagai induk ilmu
pengetahuan (mother of science). Namun beberapa filsuf salah mengartikan
pemahaman tentang filsafat, mereka terlalu berpikir bebas dan mengedepankan
akal. Padahal, pengembaraan akal itu harus berujung, dan titik terahirnya
adalah Tuhan. Dalam definisi yang lebih umum dikatakan bahwa, filsafat adalah
berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka
mencari kebenaran, inti, hikmah, atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.
Dalam
pembahasan filsafat Islam terdapat kontroversi dalam penamaan disiplin ilmu
ini. Sebahagian pendapat menyatakan sebagai filsafat Islam dan sebagian lainnya
menyatakan sebagai filsafat Arab. Predikat Arab diberikan kepada ilmu ini
karena bahasa yang dipergunakan dalam pengungkapannya adalah bahasa Arab.
Maurice de Wulf sebagai pendukung pendapat ini menyatakan bahwa istilah Islam
tidak relevan menjadi ciri ilmu ini, karena penamaan dengan filsafat Islam
berarti mengharuskan orang menelaah buku-buku selain berbahasa Arab seperti
misalnya bahasa Urdu, dan Persia. Sedangkan karya yang diteliti tersebut
bertuliskan bahasa Arab, tanpa memperhatikan agama penulisnya.
Dengan memberikan penamaan Islam pada ilmu
ini, berarti menghilangkan sejumlah tokoh pemikir dan penerjemah yang bukan
beragama Islam, yang tidak sedikit jasanya dalam membangun dan mengembangkan
disiplin ilmu ini, tetapi masih dalam rumpun bahasa Arab, seperti agama Nasrani,
Yahudi dan sebagainya. Sejarah Arab lebih tua daripada sejarah Islam. Islam
lahir dikalangan bangsa Arab, disebarluaskan oleh bangsa Arab, maka seluruh
kebudayaan yang berada dibawah pengaruh sejarah bangsa ini haruslah diberikan
predikat Arab, termasuk filsafatnya. Sedangkan alasan penamaan disiplin ilmu
ini dengan filsafat islam adalah :
1.
Para filsuf yang tercatat memberikan sumbangan pengetahuannya
kepada perkembangan ilmu ini, menanamkannya dengan filsafat islam. Filsuf
tersebut antara lain Al-Kindi, Al Farabi dan Ibnu Rusyd.
2.
Bahwa islam bukan sekedar nama agama tetapi juga mengandung unsur
kebudayaan dan peradaban. Sejak lahirnya, islam merupakan kekuatan politik yang
telah berhasil menyatukan berbagai suku bangsa menjadi satu umat dalam kekhalifahan
Islam.
3.
Filsafat Islam tidak mungkin terbina tanpa Daulah Islamiyah dan
persoalan yang dibahas juga persoalan agama Islam, tepat menanamkan filsafat
Islam.
Kegiatan penerjemahan buku, berjalan
melalui tiga periode yaitu :
1.
Periode pertama, terjadi pada masa Khalifah Al-Mansur sampai dengan
penghujung masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid pada abad ke-8 Masehi.
Penerjemahan yang termasyhur di zamannya adalah Ibnu Muqaffa, Jarjis bin
Jabril, Yuhana bin Masaweah dan lain-lain. Pada masa Harun Ar-Rasyid, khalifah
mengumpulkan penerjemah untuk menerjemahkan berbagai ilmu pengetahuan. Bahkan
khalifah telah membentuk suatu tim untuk mengumpulkan buku ilmu pengetahuan
Yunani dan menerjemahkannya ke bahasa Arab.
2.
Periode kedua, terjadi pada masa Khalifah Al-Makmun bin Harun
Ar-Rasyid. Al-Makmun mendirikan institut untuk para penerjemah yang disebut
Baitul Hikmah di Baghdad. Fungsi institut itu adalah untuk mengumpulkan dan
menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari Yunani ke Suryani ke dalam Bahasa
Arab. Sebagai pemimpin institusi tersebut, diangkatlah Hunaya bin Ishak
terjemahannya Galen (Jalinus Ath-Thabib). Ishak bin Hunaya menerjemahkan
buku-buku Hipocrates. Sebab penerjemahan buku filasafat Yunani karena
kecenderungan Al-Makmun pada ilmu, yaitu :
a.
Kecenderungan Al-Makmun kepada pemikiran aliran Mu’tazilah yang
mendorongnya untuk menguatkan dan membela pendirian mereka dalam persoalan Al
Qur’an dengan alasan-alasan pikiran.
b.
Karena persoalan tentang Al Qur’an sebagai Kalimatullah menyangkut
tentang sifat-sifat Tuhan sehingga timbul asumsi pada diri Al-Makmun bahwa
dalam filsafat Yunani ada hal-hal yang memberikan kekuatan berhujjah dalam
menghadapi lawannya karena filsafat Ketuhanan Yunani juga membicarakan tentang
sifat-sifat Tuhan.
c.
Kecenderungan Al-Makmun terhadap kebebasan berpikir dan i’tikadnya
yang baik terhadap para filsuf, yaitu sebagai manusia pilihan yang harus
diambil hasil pemikirannya.
3.
Periode ketiga, ialah periode zaman terakhir, zaman
penerjemahbesar-besaran ke dalam dunia Islam terjadi sekitar abad 10 M.
Penerjemah yang termasyhur pada masa ini adalah Abu Bisrt Matta bin Yunus
Al-Qanani (940 M), Yahya bin Adl Al-Mantiq (974 M).
Keberhasilan
transmisi filsafat Yunani ke dunia Islam tidak hanya semata-mata karena
penerjemahan buku-buku filsafat dan ilmu pngetahuan Yunani tetapi juga
penempaan akal dalam lembaga pendidikan yang berupa :
a.
Masjid
b.
Universitas
c. Perpustakaan
2.2 Perkembangan Ilmu Islam Bani Abbasiyah
Pada mulanya
ibu kota Negara adalah Al-Hasyimiyah dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan
dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu Al-Manshur memindahkan ibu
kota Negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad dekat bekas ibu kota Persia,
Ctesiphon, pada tahun 762 M.
Baghdad
terletak di pinggir kota Tigris. Al-Manshur sangat cermat dan teliti dalam
memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli
untuk meneliti dan mempelajari lokasi. Bahkan ada beberapa orang di antara
mereka yang diperintahkan tinggal beberapa hari di tempat itu pada setiap musim
yang berbeda. Kemudian para ahli tersebut melaporkan kepadanya tentang keadaan
udara, tanah, dan lingkungan setelah melakukan penelitian secara seksama,
daerah ini ditetapkan sebagai ibukota.
Sejak awal
berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya Philip K. Hitti menyebutnya sebagai
kota intelektual, menurutnya Baghdad merupakan profesor masyarakat Islam.[6]
Sebagai
ibukota, Baghdad mencapai puncaknya pada masa Harun Ar-Rasyid walaupun kota
tersebut belum lima puluh tahun dibangun. Kemegahan dan kemakmuran tercermin
dalam istana khalifah yang luasnya sepertiga dari kota Baghdad yang berbentuk
bundar itu dengan dilengkapi beberapa bangunan sayap dan ruang audiensi yang
dipenuhi berbagai perlengkapan yang terindah. Kemewahan istana itu muncul
terutama dalam upacara-upacara penobatan khalifah, perkawinan, keberangkatan
berhaji, dan jamuan untuk para duta negara asing.
Dengan
demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai
pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam
berbagai bidang kehidupan dapat disebutkan sebagai berikut.
Kemajuan di bidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu,
yaitu ulumul qur’an, ilmu tafsir, hadis, ilmu kalam, bahasa, dan fiqh.
1.
Fiqh
Pada masa Dinasti Abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan
pendiri mazhab antar lain sebagai berikut.
a)
Imam Abu Hanifah (700-767 M).
b)
Imam Malik (713-795 M).
c)
Imam Syafi’i (767-820 M).
d)
Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
2.
Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pada masa pemerintahan Abbasiyah mengalami
kemajuan pesat. Di antara para ahli tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
a)
Ibnu Jarir Ath-Thabari.
b)
Ibnu Athiyah Al-Andalusi.
c)
Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.
3.
Ilmu hadis
Di antara para ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
a)
Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari.
b)
Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim.
c)
Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
d)
Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
e)
Imam An-Nasai, karyanya Sunan An-Nasai.
f)
Imam Baihaqi.
4.
Ilmu Kalam
Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala,
surga neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan
suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi.
Di antara tokoh ilmu kalam adalah
a)
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi, tokoh
Asy’ariyah.
b)
Washil bin Atha, Abu Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokoh Mu’tazilah.
c)
Al-Juba’i.
5.
Ilmu Bahasa
Di antara ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah
adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’, dan arudh. Bahasa Arab
dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, disamping sebagai alat komunikasi
antarbangsa.
Di antara para ahli ilmu bahasa adalah
a)
Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal
1.000 halaman.
b)
Al-Kiasi.
c)
Abu Zakaria Al-Farra (w. 208 H). Kitab Nahwunya terdiri dari 6.000
halaman lebih.
2.3 Kemunduran Bani Abbasiyah
Setelah mangalami kemajuan, Dinasti
Abbasiyah pun mengalami kemunduran dan kehancuran yang disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal.[7]
Adapun faktor internal yaitu sebagai beriku.
1.
Lemahnya Khalifah
Sejak berakhirnya kekuasaan Dinasti Saljuk atas Baghdad, khalifah
Abbasiyah sudah merdeka kembali, namun kekuasaanya hanya di daerah Baghdad
saja. Sementara itu, wilayah Abbasiyah
lainnya diperintah oleh dinasti-dinasti kecil yang tersebar di sebelah timur
dan barat Baghdad. Khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad berhasil mengambil
kesempatan dari kelemahan kaum Saljuk dari gerakan-gerakan pemisahan, serta
mengumumkan kemerdekaannya memerintah Baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya.[8]
usaha untuk mengembalikan kekuasaan khalifah Dinasti Bani Abbasiyah ini
dirintis oleh Khalifah Al-Murtasyid (512-529 H/1118-1135 M), kemudian
dilanjutkan oleh anaknya, khalifah Al-Rasyid (529-530 H/1135-1136 M). Akhirnya,
usaha itu membawa banyak hasil pada masa khalifah Al-Muqtafi (530-555
H/1136-1160 M), dimana ia berhasil memegang kendali istana (Hasan 1967:56-57).
Sejak masa itu, khalifah Bani Abbas mempunyai pengaruhnya kembali, meskipun
dalam wilayah yang terbatas.
2.
Persaingan Antar-Bangsa
Adanya kecenderungan bangsa-bangsa Maroko, Mesir, Syria, Irak,
Persia, Turki, dan India untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak
Abbasiyah berdiri, yakni dalam periode (1) pengaruh Persia, (2) pengaruh Turki,
(3) pengaruh Persia II, (4) pengaruh Turki II, (5) bebas pengaruh bangsa lain
tapi hanya di Baghdad saja.
3.
Kemerosotan Ekonomi
Pada periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara
pengeluaran-pengeluaran meningkat lebih besar. Hal ini disebabkan wilayah
kekuasaan semakin menyempit, banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan banyak dinasti kecil yang
memerdekakan diri tidak lagi membayar upeti.
4.
Konflik Keagamaan
Kekecewaan orang Persia terhadap cita-cita yang tak tercapai
mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Mazuisme, Zoroaterisme, dan
Mazdakisme; antara orang beriman dan kaum zindik terjadi konflik bersenjata
seperti gerakan al-Afsyin dan Qaramithah; adanya konflik antara Syi’ah dan
Ahlusunnah; terjadinya mihnah pada masa Al-Ma’mun (813-833 M), yang
menjadikan Mu’tazilah menjadi mazhab resmi negara; kemudian Al-Mutawakkil
(847-861 M) menghapus Mu’tazilah digantikan oleh golongan Salaf pengikut
Hanbali yang tidak toleran terhadap Mu’tazilah yang rasional, menyempitkan
horizon intelektual; Mu’tazilah bangkit lagi pada masa Buwaihi dan Saljuk,
namun kemudian Asy’ariah menyingkirkan Mu’tazilah yang didukung oleh
Al-Ghazali. Kondisi-kondisi tersebut jelas tidak menguntunkan bagi pengembangan
kreativitas intelektual Islam.
Selain itu, faktor eksternal juga
telah menjadi sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah, berikut ini.
1.
Perang Salib
Perang antara umat Kristen dengan umat Islam yang berlangsung dari
tahun 1905 M sampai tahun 1291 M, telah menelan banyak korban dan menyebabkan Khilafah
Bani Abbasiyah lemah.
2.
Serangan Hulagu Khan
Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, melakukan serangan-serangan menuju
Baghdad dengan mengalahkan Khurasan di Persia dan Hasysyasyin di Alamut
terlebih dahulu. Pada tanggal 10 Februari 1258 M/ 656 M, ia dan pasukannya
sampai ke tepi kota Baghdad. Namun perintah untuk menyerah ditolak oleh
khalifah Al-Musta’shim (khalifah terakhir Abbasiyah), sehingga Baghdad dikepung
dan dihancurkan.[9]
Selain itu, W. Montgomery Watt[10]
menyatakan bahwa faktor kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah luasnya wilayah kekuasaan,
meningkatnya ketergantungan pada tentara bayaran, dan masalah keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami
bahwa kekuasaan Dinasti Abbasiyah merupakan masa gemilang kemajuan dunia Islam
dalam aspek perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan tersebut pada dasarnya merupakan andil dari pengaruh
peradaban Yunani yang sempat masuk ke dunia Islam. Sehingga selanjutnya,
beberapa tokoh dalam literatur sejarah menghiasai perkembangan pemikiran hingga
di era modern. Bahka, pada masa kejayaan tersebut orang-orang Barat menjadikan
wilaya timur sebagai pusat perabadan untuk menggali ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Munir Amin, Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Amzah.
Ratu Suntiah dan Maslani. 2017. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
DAFTAR RUJUKAN
Alcharis.2014.Transmisi Peradaban
Yunani ke dalam Islam. (Online), http://alcharis.blogspot.com/2014/06/transmisi-peradaban-yunani-kedalam-islam.html?m=1 diakses pada hari Rabu 19 September 2018 pukul 21:00 WIB.
Nurelhakim.2011.Transmisi
Filsafat Yunani ke Dunia. (Online), http://nurel-hakim.blogspot.com/2011/04/transmisi-filsafat-yunani-ke-dunia.html?m diakses pada hari Rabu 19 September pukul 21:15 WIB.
Wikipedia.Budaya.(Online), https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya diakses
pada hari Rabu 19 September pukul 21:30 WIB.
[1]Philip
K.Hitti.2002.History of The Arabs.R.Cecep Lukman Yasin dan Dedi Selamet Riyadi
(terj).Jakarta:Serambi,hal:381
[2] Ibid,hal:382
[5]Abuddin
Nata,Sejarah Sosial Intelektual Islam-dan Institusi pendidiknya,(Jakarta:PT
Grafindo Persada,2012) Hlm.1
[6] Philip K. Hitti, The Arab A. Short History, dalam membahsa
tentang Baghdad, Philip K. Hitti tidak bisa menyembunyikan kekagumannya
mengenai Baghdad, sehingga ia menulis bab ini dengan judul Kemegahan yang
Bernama Baghdad.
Belum ada Komentar untuk "SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...