AL QUR'AN HADIST KELAS 11 : Indahnya Hidupku dengan Menjaga Toleransi dan Etika dalam Pergaulan
Kamis, September 21, 2017
Tambah Komentar
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toleransi dan Etika
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya[2]). Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own[3]).Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi adalah سماحة atauتسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jud (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia[4])
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal- hal tindakan yang buruk[5])
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal- hal tindakan yang buruk[5])
A) Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan beretika dalam pergaulan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan beretika dalam pergaulan.
[6]Surat Al-Kafirun ayat 1-6
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
4. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agama
B) Kandungan Isi Surat Al-kafiruun
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhiduluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir[7]
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam.[8])
C) Sebab Turunnya Surat Al-Kafirun Ayat 1-6/asbabul nuzul
Surat Al-Kafirun ini termasuk surat makiyah atau surat yang diturunkan di Mekah, sebelum Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah. Al-Kafirun artinya orang-orang kafir. Surat ini dinamakan Al-Kafirun, karena tema pokoknya menjelaskan sikap Rasulullah saw. dan umat Islam terhadap orang-orang kafir sebagaimana terungkap dalam pojok kisah berikut ini.
Beberapa tokoh kaum kafir (kaum musyrikin) di Mekah seperti Al-Walid bin Al-Mugirah, Aswad bin ‘Abdul Muttalib dan Umayyah bin Khalaf, datang kepada Nabi Muhammad saw. menawarkan kompromi yang menyangkut pelaksanaan peribadahan.
Mereka mengusulkan, agar Rasulullah saw. dan umat Islam mengikut kepercayaan mereka dan mereka pun akan mengikuti agama Islam. Mereka berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana jika kami menyembah Tuhanmu selama setahun dan kamu juga menyembah Tuhan kami selama setahun. Jika agamamu benar, kami mendapat keuntungan, karena kami juga menyembah Tuhanmu, dan jika agama kami yang benar, kamu juga tentu memperoleh keuntungan.”
Mendengar usul kaum kafir itu Rasulullah saw. dengan tegas menjawab, “Aku berlindung kepada Allah swt. agar tidak tergolong orang-orang yang bersikap dan berperilaku syirik atau menyekutukan Allah.” Untuk mempertegas penolakan Rasulullah saw. tersebut, kemudian Allah SWT menurunkan surat Al-Kafirun. Setelah Rasulullah saw. menerima surat Al-Kafirun ini, beliau lalu mendatangi tokoh-tokoh kaum kafir (musyrikin) di Mekah, yang waktu itu sedang berkumpul di Masjidil Haram. Di hadapan mereka Rasulullah saw. membacakan surat Al-Kafirun ayat 1 sampai 6 dengan mantap dan lantang, sehingga mereka menyadari bahwa usul mereka untuk berkompromi dalam keimanan dan ibadah agama, ditolak oleh Rasulullah saw. dan umat Islam.
D) Tafsir global surat al-kafirun
G. Penerapan Perilaku yang Mencerminkan Surat Al-Kafirun Ayat 1-6
1. Setiap muslim/muslimat akan bertekad dan berusaha secara sungguh-sungguh agar selama hidup di dalam dunia ini senantiasa menyakini kebenaran agama Islam yang dianutnya dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertakwa kepada Allah swt.
2. Walaupun antara umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi) dalam hal keimanan (akidah) dan peribadahan, namun dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, umat Islam dan umat lain (non-Islam) hendaknya saling menghormati dan menghargai serta bekerja sama dalam urusan dunia demi terwujudnya keamanan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
3. Menolak ajakan kaum musyrikin untuk tukar-menukar pengalaman dalam keimanan dan peribadahan atau untuk keluar dari agama Islam dan menganut agama mereka, dengan tegas dan bijaksana. (Pelajari Q.S. Al-Baqarah, 2 :217).
Pengamalan surat al-Kafiruun
E) Perilaku umat islam yang telah memahami kandungan surah al-kafirun
a)
- Menolak ajaran kaum musyrik untuk menukar-nukar pengalaman dalam keimanan dan peribadahan atau untuk keluar dari agama islam dan menganut agama mereka dengan tegas dan bijaksana
- Bertekad dan berusaha secara sungguh-sungguh agar senantiasa meyakani agama islam dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertaqwa kepada Allah swt
- Walaupun antara umat muslim dan nonmuslim tidak ada toleransi dalam keimanan tapi tetap melakukan toleransi dalam pergaulan bermasyarakat
MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA
b)
1. Menjalankan ibadah sesuai aturan agama dengan sebaik-baiknya.
2. Tidak saling mengejek dan mencela penganut agama lain.
3. Menghormati penganut agama lain yang sedang merayakan hari besar agamanya.
4. Menghormati dan menghargai sesame muslim yang berbeda tata cara ibadahnya.
5. Menghormai dan menghargai perbedaan pendapat antar kelompok Islam.
6. Tidak menganggap remeh kelompok Islam lain dan penganut agama lain.
F) Kosa Kata Surat Al-kafirun
قُلْ
Katankanlah, Wahai Muhammad
يَاأَيُّهَاالْكَافِرُونَ
“Wahai orang – orang yang kafir”. Pemimpin – pemimpin musyrikin Mekkah.
لَاأَعْبُدُمَاتَعْبُدُونَ
“ saya tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”. Tidak di waktu sekarang dan tidak pula di masa akan datang.
وَلَاأَنتُمْعَابِدُونَمَاأَعْبُدُ
“ dan kalian bukanlah orang – orang ang menyembah Rabb ( Allah ) yang saya sembah “.
لَكُمْدِينُكُمْوَلِيَدِينِ
“ bagi kalian agama kalian “ . yaitu syirik yang kalian lakukan.
وَلِيَدِينِ
“ dan bagiku agamaku” .
yaitu tauhid dan Islam yang saya berada padanya dan tidak akan melepaskannya.Di masa sekarang dan yang akan datang. Ada yang berpendapat bahwa dua kalimat selanjutnya ( ayat 4 dan 5 ) sebagai penegas, namun ada pula yang berpendapat bahwa 2 dan 3 menunjukan perbedaan sesembahan ( Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembah Allah Subhanahuwata’ala sedang mereka menyembah berhala ), adapun ayat 4 dan 5 menunjukan pebedaan dalam ibadah itu sendiri ( ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang murni untuk Allah satu – satunya tanpa dicampuri kesyirikan dan kelalaian dari Yang disembah sedangkan ibadah mereka semuanya adalah syirik mempersekutukan Allah ) maka keduanya tidak akan pernah dapat bertemu.
G) Faedahnya Surat Al-kafirun
Berkata Ar Razy radhiyallahu anhu : “ telah menjadi kebiasaan, orang memakai ayat ini
لَكُمْدِينُكُمْوَلِيَدِينِ
“ bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku” Dalam pengertian lain ketika berselisih lalu satu sama lain saling meninggalkan. Demikian itu tidak boleh karena tidaklah Allah Ta’ala menunkan Al Quran untuk digunakan dengan makna lain, tetapi diturunkan untuk direnungkan isinya dan diamalkan tuntutannya” ( Tafsir Al Razy juz 22 hal.148)
Faedah Surat Yunus ayat 40-41
1. Penetapan akidah tentang qadha dan qadar terhadapa orang – orang kafir dan mukmin.
2. Perlindungan Allah Subhanahuwata’ala terhadap Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dan terpeliharanya beliau dari menerima usulan kaum musyrikin yang bathil.
3. Penetapan kewajiban pemisahan antara orang – orang yang beriman dengan orang – orang kafir dan musyrik.[9]
1. Q:S Yunus:40-41
40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".
H) Penjelasan Surat/ ayat Yunus 40-41
Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman (kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.
Asbabun Nuzul QS Yunus 40-41
ASBABUN NUZUL SURAH YUNUS AYAT 40-41
Tidak semua wahyu Allah terdapat asbabun nuzul. Salah satunya yaitu Surat Yunus ayat 40-41. Dalam tafsir tidak dijelaskan penyebab (asbabun nuzul) ayat tersebut.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS AYAT 40-41
1. Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman kepada Al-Qur'an.
2. Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.
I) PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS YUNUS : 40-41.
1. Tidak suka mencemooh penganut agama lain maupun kelompok Islam lain dengan mengatakan bahwa dirinyalah yang paling benar.
2. Menghormati dan menghargai pendapat penganut agama lain maupun kelompok Islam lain dalam suatu masalah.
3. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan syariat Islam.
4. Meyakini dalam hatinya bahwa setiap orang akam bertanggung jawab terhadapapa yang ia lakukan.
MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA DALAM PERGAULAN
1. Jika kita bertetangga dengan penganut agama lain, maka jangan sekali-kali mengejek mereka atas keyakinan yang mereka anut.
2. Sedikit-sedikit boleh ajarkan mereka tentang keindahan islam.
3. Jika mereka tidak tertarik untuk mengikuti ajaran Islam, maka tidak ada hak bagi kita untuk memaksakan kehendak.
4. Mengundang mereka ketika kita mengadakan suatu acara, serta menerima dan menghadiri undangan mereka.
5. Jika saudara kita dari kelompok Islam lain atau pun dari penganut agama lain sedang tertimpa musibah, kita wajib menolong, mendampingi serta mendoakan mereka[10]
J) Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama
عَن اَبِي هُرَيرَة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خَمْسٌ مِنْ حَقِ اْلمُسْلِم عَلى اْلمُسْلِمْ رَدُ التَحِيَةِ وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ وَشُهُودُ الجَنَازَةِ وَعِيَادَةِ المَرِيضِ وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ اِدَا حَمِدَاللهُ .
Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang islam terhadap orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit, dan berdoa bagi orang yang bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu majah)
معنى
|
مفردة
|
معنى
| |
رَدُ التَحِيَةِ
|
Menjawab salam
|
وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ
|
Dan memenuhi undangan
|
وَشُهُودُ الجَنَازَةِ
|
Dan melayat jenazah
|
وَعِيَادَةِ المَرِيضِ
|
Dan menengok orang sakit
|
وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ
|
Danmendoakanorang yangbersin
|
حَمِدَ
|
Membacahamdalah
|
Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara lain:
1) Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah.
2) Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3) Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4) Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.
1) Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah.
2) Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3) Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4) Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.
Hadis Kedua
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ وَتَرَاحِمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ اِدَااسْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرِ اْلجَسَدِ بِالسَهَرِ وَاْلحُمَى رواه البخارى والمسلم .
Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan lemah lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
Saling mencintai
|
معنى
|
مفردة
|
معنى
|
مفردة
|
Tubuh
|
اْلجَسَدِ
|
Saling berlaku lemah lembut
|
وَتَعَاطُفِهِمْ
| |
Anggota
|
عُضْوٌ
|
Mengadu
|
اسْتَكَى
| |
Semua
|
سَائِرِ
|
Mereka
|
هِمْ
| |
Gelisah
|
السَهَر
|
Sakit panas
|
وَاْلحُمَى
| |
Saling menyayangi
|
تَرَاحِمِهِمْ
|
Merasakan
|
تَدَاعَى
| |
Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan orang0orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan antara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
K) Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulandalam Kehidupan Sehari-Hari
QS:al kafirun1-6
1. Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan kuat
2. Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya
3. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.
Q:S Yunus:40-41
1. Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya
2. Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah pemelihara dan pembimbing kita semua.
3. Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka berhak berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.
.
Hadis Pertama
Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang indah dan menyenangkan.
Sesama orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
Dalam kehidupan sehari-hari orang islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
Hadis kedua
Kehidupan sosial orang-orang mukmin ibarat satu tubuh.
Orang-orang mukmin harus mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang mukmin.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi secara tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin sekaligus memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan diuraikan secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yang dimajukan al-Quran dan sunnah.
. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk social yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap Toleransi, Etika pergaulan[11]).
[1]Yusuf al-Qaradhawi.1994.Fatwa Muashirah. Manshurah : Dara Al-Wafa. Cet. Ke-3.jilid 2. H.667.
[2]http://id.wikipedia.org//wiki/toleransi.
[3]A.S Hornby.1986.Oxford advanced learners dictionary of current english.hlm.909.
[4]Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14. h. 657.
[7]LKS Al-Hikmah MA,Qura’an Hadis.semester genap XII.Surabaya
[8]Ibid.lks
[9]Quraish shihab.Membumikan Al-Qura’an.cet x.hal 81 Jakarta.
[10]Quraish shihab.Membumikan Al-Qura’an.cet x.hal 51-53 Jakarta
[11]Muanawir.Kamus kontemporer.
Belum ada Komentar untuk "AL QUR'AN HADIST KELAS 11 : Indahnya Hidupku dengan Menjaga Toleransi dan Etika dalam Pergaulan"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...