MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS 12 : PUSAT PERADABAN DAN TOKOH TOKOH DUNIA ISLAM MODERN DAN KONTEMPORER

Makalah Islam di Indonesia: Zaman Modern dan Kontemporer

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sebagian besar beragama Islam, sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun peradaban Islam. Mau tidak mau suatu peradaban tersebut akan terbentuk oleh umatnya.
Membaca perkembangan Islam yang di Indonesia rasanya cukup penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita sebagai umat islam dapat mengetahui akan bagaimana perkembangan islam di indonesia setelah islam mengalami beberapa fase perubahan dari waktu ke waktu.
Kini peradaban Islam di Indonesia sudah memasuki pada masa modern atau kontemporer. Oleh karena itu, ada baiknya kita untuk mengetahui bagaimana perkembangan Islam di Indonesia saat ini.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana perkembangan Islam di Indonesia sebelum kemerdekaan?
2.      Bagaimana perkembangan Islam di Indonesia sebelum kemerdekaan?
3.      Bagaimana pemikiran Islam kontemporer di Indonesia?
C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui perkembangan Islam di Indonesia sebelum kemerdekaan.
2.      Mengetahui perkembangan Islam di Indonesia sesudah kemerdekaan.
3.      Mengetahui pemikiran Islam kontemporer di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      ISLAM DI INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN
Pelopor awal Pergerakan Nasional di Indonesia ialah umat Islam, yaitu pada tanggal 16 Oktober 1905, lahir Sarekat Dagang Islam (SDI), yang kemudian tahun 1912 menjadi Sarekat Islam (SI), sebagai gerakan ekonomi dan politik. Pada tanggal 18 November 1912 lahir Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan. Dari lembaga pendidikannya menghasilkan pimpinan bangsa Indonesia yang menentang Belanda, kemudian selanjutnya Jami’atul Khoir, Al Irsyad, Jong Islamieten Bond (1922), Persatuan Islam (Persis) tahun 1920, Nahdlatul Ulama (1926), dan lainnya adalah dalam kategori nasionalis Islami, yang kesemuanya punya andil dalam melawan Belanda.
Untuk menghadapi gelombang gerakan umat Islam tersebut, maka upaya politik Belanda adalah dengan mendatangkan virus komunis, yaitu menggunakan tokoh-tokoh komunis Belanda Snevliet, Barandesteder, Ir. Baars, Brigsma dan Van Burink didatangkan ke Indonesia untuk menghadapi Islam di Indonesia. Tokoh-tokoh komunis itu kemudian mengkader Semaun, Alimin Dharsono & Tan Malaka disusupkan ke SI, terjadilah pembusukan dari dalam, pecahlah SI menjadi dua: SI Putih yang asli, dan SI Merah yang komunis bergabung dengan ISDV (Indische Socialis Democratische Vereeniging) yang menjadi PKI (23 Mei 1920). Mulai dari sinilah maka umat Islam berhadapan dengan komunis.
Banyak kalangan pergerakan yang kecewa terhadap perpecahan itu, karena perpecahan itu bukan saja menunjukan perbedaan taktik, tetapi lebih dari itu masing-masing golongan senakin mempertegas ideologinya. Sejak itu, SI dengan tegas menyatakan ideologi islamnya.Padahal di sisi lain untuk mencapai tujuan (kemerdekaan), persatuan sangat dibutuhkan. Akan tetapi, reaksi yang muncul bukan usaha mempersatukan dua kekuatan yang bertikai.Orang-orang yang kecewa itu kemudian mendirikan kekuatan politik baru yang bebas dari komunisme dan islam; diantaranya partai nasional Indonesia, partai Indonesia dan pendidikan nasional Indonesia. Dengan demikian pihak-pihak yang bertikai secara ideologibertambah satu kubu lagi, mereka sering disebut nasionalis sekuler.
Dengan demikian terdapat tiga kekuatan politik yang mencerminkan tiga aliran ideologiyaitu islam, komunisme, dan nasionalis sekuler. Usaha-usaha untuk mempersatukan kembali partai-partai politik dengan aliran ideologselalu berakhir dengan kegagalan. Sementara itu, konflik ideologi terus berkembang.
Kemunduran progresif yang dialami partai-partai Islam mendapatkan dayanya kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Keanggotaan BPUPKI didominasi oleh golongan nasionalis sekuler, yang ketika itu lazim disebut golongan kebangsaan.
Setelah itu, dialog resmi ideologis antara dua golongan terjadi dengan terbuka dalam suatu forum. Panitia Sembilan, semacam sebuah komisi dari forum itu, membahas hal-hal yang sangat mendasar mengenai preambul UUD. Kompromi yang dihasilkan panitia ini dikenal dengan piagam Jakarta. Pada prinsip ketuhanan terdapat anak kalimat “dengan kewajiban melaksanakan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya”
Pada tahun 1937 organisasi-organisasi Islam bersatu membentuk MIAI (Majlisul Islam A’la Indonesia), diprakarsai oleh Muhammadiyah, NU, Persis, Alwasliyah dan lainnya. Pada zaman Jepang MIAI diubah namanya jadi MASYUMI (Majlis Syurau Muslimin Indonesia), dan memiliki pasukan Hizbullah Sabilillah, sebagai modal perjuangan bersenjata di kemudian hari.
B.       ISLAM DI INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN
Menjelang kemerdekaan, setelah Jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BPUPKI ditingkatkan menjadi panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Moh Hatta dalam siding PPKI setelah kemerdekaan berhasil dengan mudah meyakinkan anggota bahwa hanya satu konstitusi sekuler yang mempunyai peluang untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia yaitu tujuh kata dalam anak kalimat yang tercantum dalam sila pertama pancasila dengan segala konskuensinya dihapuskan dari konstitusi. Namun, keputusan tentang penghapusan tujuh kata dari piagam jakarta itu sama sekali tidak mengakhiri konflik ideologi yang telah berlangsung lama. Dalam masa-masa revolusi, konflik ideologi tidak begitu jelas, tetapi dapat dirasakan melalui pergantian kabinet yang silih berganti
Hingga akhirnya muncul dekrit presiden 1959. Dekrit sebenarnya ingin mengambil jalan tengah, tetapi dekrit itu sendiri menandai bermulanya suatu era baru yaitu demokrasi terpimpin. Dekrit ini menjadi awal dari bentuk pemerintahan yang otoriter, kekuasaan tunggal di tangan presiden. Masyumi yang sangat ketat berpegang kepada konstitusi, pada bulan Agustus 1960 diperintahkan presiden Soekarno bubar.
Masa Demokrasi Terpimpin
Di masa demokrasi terpimpin, Soekarno menyuarakan idenya nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis sekuler, Islam dan komunis. Akan tetapi idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Pada masa ini PKI lebih mendominasi dengan menuculnya G.30.S./PKI, ketegangan antara Islam dan komunisme meredam. Masa demokrasi terpimpin berakhir dengan gagalnya gerakan 30 September PKI tahun 1965, dimana umat Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan itu.
Masa Orde Baru
Tumbangnya orde lama memberikan harapan baru kepada kaum muslimin. Namun, kekecewaan baru pun muncul di masa orde baru ini. Umat Islam merasa, kenyataan berkembang tidak seperti yang diharapkan. Tokoh-tokoh Islam juga tidak diizinkan aktif dalam partai muslimin Indonesia. (parmusi)
Pada 14 Agustus 1975 RUU kepartaian disahkan. Penataan kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas tunggal, pancasila, untuk semua parpol, golkar, dan organisasi lainnya. Tidak ada lagi ideologi islam, dan oleh karena itu tidak ada lagi partai Islam. Asas tunggal merupakan awal dari era baru peran islam dalam kehidupan berbangsa ini.
 Kebangkitan Baru Islam di Masa Kini
Meskipun umat islam merupakan 87% penduduk Indonesia, ide negara Islam secara terus-menerus dan konsisten ditolak. Dengan pembaharuan politik bangsa sekarang ini, partai-partai (berideologi) islam pun lenyap.
Sejak dekade 1970-an, kegiatan Islam semakin berkembang, bila dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Terlihat, ada tanda-tanda kebangkitan Islam kembali dalam masa orde baru ini. Fenomena yang sangat bisa dilihat adalah munculnya bangunan-bangunan baru Islam seperti masji-masjid, mushola-mushola, madrasah-madrasah, dan juga pesantren-pesantren.
Munculnya bangunan-bangunan masjid yang megah itu diikuti pula dengan semakin ramainya jama’ah shalat terutama dari kalangan angkatan muda. Pengajian-pengajian agama juga semakin semarak dilakukan.
Indikasi kebangkitan kembali Islam itu juga terlihat di kampus-kampus perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi paling tidak mempunyai masjid atau mushala. Selama bulan ramadhan, organisasi kemahasiswaan di kampus-kampus menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat dan kegiatan-kegiatan ramadhan lainnya, seperti: aktivitas sosial keagamaan, puitisasi Al- Qur’an, drama dan pagelaran seni islami lainnya, disamping tarawih, tadarus dan kuliah-kuliah keagamaan. Disamping itu, banyak bermunculan apa yang disebut intelektual muda muslim. Kebanyakan mereka adalah intelektual muslim berpendidikan umum. Selain itu, pelajar dan mahasiswa banyak yang memakai busana muslim, baik disekolah dan perguruan tinggi maupun ditempat-tempat umum lainya.
Setelah pimpinan-pimpinan nasionalis Islam berbenturan dengan kenyataan yang cukup keras, mereka tidak lagi berusaha keras secara terbuka untuk membentuk negara Islam, tetapi melakukan pendekatan lain, dengan berusaha melaksanakan beberapa “unsur” tertentu dari hukum islam dan dakwah islamiyah.  
Namun, tidak boleh dilupakan, departemen agama yang dibentuk juga banyak berjasa didalam membentuk dan mendorong kebangkitan Islam tersebut. Belasan Institut Agama Islam Negri induk dengan sekian banyak cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru agama, dan pendakwah dalam kuantitas besar. Bahkan departemen agama secara terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan mutu IAIN.
Selain itu, kebijakan pemerintah mendirikan Majelis Ulama Indonesia tidak dapat diabaikan. Bahkan, MUI mungkin bisa dikatakan sebagai suatu forum pemersatu umat islam Indonesia. Aspirasi-aspirasi umat, termasuk aspirsi politik, mungkin bisa tersalurkan melalui lembaga ini.
Dengan asas tunggal memang politik umat Islam hilang. Islam nampaknya menarik diri dari dunia politik. Namun, dengan pembaharuan politik bangsa ini, sebagaimana telah disebutkan, umat Islam terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia yang lebih luas. Perjuangan kultural adalah lahan yang sangat luas dibandingkan dengan dunia politik saja.
Kegiatan-kegiatan sosial dan kultural mempunyai nilai-nilai yang lebih langgeng daripada hasil perjuangan politik. Mungkin dengan alasan itulah, Muhammadiyah sejak awal tidak berminat terjun ke dunia politik, dan karena alasan itu pula NU melepaskan diri dari PPP.
Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan perkembangan wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh di masa lalu. Setelah berlakunya asas tunggal, umat islam dengan segala keberaniannya telah melepaskan suatu wadah politik dengan lapang dada mereka menerima pancasila, dan berharap dapat mengisinya dengan nilai-nilai agama.
C.      PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER
Perkembangan pemikiran Islam kontemporer yang luar biasa saat ini dapat diklasifikasikan dalam model kecenderungan.
1.         Fundamentalis
Yaitu, model pemikiran yang sepenuhnya percaya pada doktrin Islam sebagai satu-satunya alternatif bagi kebangkitan Islam dan manusia. Bagi mereka, Islam telah mencakup segala aspek kehidupan sehingga tidak memerlukan segala teori dan metode dari luar, apalagi Barat.
2.         Tradisionalis (salaf)
Yaitu, model pemikiran yang berusaha berpegang pada tradisi-tradisi yang telah mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat telah diselesaikan secara tuntas oleh para ulama terdahulu. Perbedaan kelompok ini dengan fundamentalis terletak pada penerimaannya pada tradisi. Fundamentalis membatasi tradisi yang diterima hanya sampai pada khulafa’ al-rasyidin, sedang tradisionalis melebarkan sampai pada salaf al-shalih, sehingga mereka bisa menerima kitab-kitab klasik sebagai bahan rujukannya.
3.         Reformis.
Yaitu, model pemikiran yang berusaha merekonstruksi ulang warisan budaya Islam dengan cara memberi tafsiran baru. Menurut mereka, Islam telah mempunyai tradisi yang bagus dan mapan. Akan tetapi, tradisi ini tidak dapat langsung diaplikasikan melainkan harus dibangun kembali secara baru dengan kerangka berpikir modern, sehingga bisa bertahan dan diterima dalam kehidupan modern. Karena itu, mereka berbeda dengan tradisionalis yang menjaga dan menerima tradisi seperti apa adanya.
4.         Modernis.
Yaitu, model pemikiran yang hanya mengakui sifat rasional-ilmiah dan menolak kecenderungan mistik. Menurutnya, tradisi masa lalu sudah tidak relevan, sehingga harus ditinggalkan. 
BAB III
PENUTUP
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sebagian besar beragama Islam, sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun peradaban Islam. Peran aktif Islam dalam dunia Islam Modern dan Kontemporer sangat luar biasa ini terbukti dengan usaha Islam untuk menginginkan kemerdekaan dari penjajahan Belanda atupun Jepang. Islam juga masuk pada fase Politik dengan keinginan untuk memberikan yang terbaik dalam pemerintahan bagi masyarakat Indonesia.
Keinginan kuat kaum muslim untuk membangun Indonesia yang islami tidak sepenuhnya berjalan mulus, banyak hambatan dan rintangan yang harus dilalui. Contohnya dengan adanya perang ideologi dari ketiga kubu yaitu Islam, komunis dan nasionalis sekuler. Dengan adanya itu semua, akhirnya kaum muslim di Indonesia sadar, bahwa membangun peradaban Islam dari segi kultur justru lebih luas dan berdampak dibandingkan dengan memasuki dunia politik yang memiliki banyak batas.
Kini peradaban Islam di Indonesia berkembang pesat. Sebagaimana yang kita lihat sekarang banyak masjid-masjid yang dibangun di seluruh pelosok Indonesia, lahirnya banyak mubalig yang menyebarkan Islam, kesadaran para mahasiswa Islam mengenai pentingnya berdakwah, dan masih banyak lagi.
Dalam masa ini, pemikiran Islam kontemporer dapat diklasifikasikan dalam model kecenderungan yaitu fundamentalis, tradisionalis (salaf), reformis, dan modernis.

REF : LINK

Belum ada Komentar untuk "MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS 12 : PUSAT PERADABAN DAN TOKOH TOKOH DUNIA ISLAM MODERN DAN KONTEMPORER"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel