Prinsip-prinsip Komunikasi


      Prinsip-prinsip Komunikasi


a)               Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sebuah sesuatu. Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang disepakati bersama. Yang dikatakan verbal yaitu komunikasi dengan tulisan maupun pembicaraan, kemudian yang dikatakan non verbal yaitu komunikasi yang menggunakan sebuah gerakan tubuh atau isyarat. Lalu untuk objek yang disepakati seperti sebuah tanda bendera warna kuning yang mana menyebutkan bahwa bendera tersebut sedang terjadi kematian. Simbol atau Lambang juga bisa disebut sebagai tanda. Hubungan antara lambang dengan objek itu bisa dinamai Ikon. ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang telah dijelaskan dalam ikon tersebut. Misalkan patung Soekarno adalah ikon Soekarno, foto KTP seseorang adalah ikonu dari seseorang tersebut. Ada juga rambu-rambu lalu lintas yang menandakan dengan kemiripan keadaannya, seperti menunjukkan arah, adanya pom bensin, adanya masjid, atau kondisi jalan (berbelok, menanjak, atau , menurun).
Seperti yang dikatakan Prof Deddy Mulyana dalam bukunya, Kita sering menggunakan istilah ikon dalam tanda-tanda pada layar monitor computer yang mempresentasikan program-program tertentu, padahal sebagian dari tanda-tanda tersebut mungkin lebih tepat disebut dengan lambang.[1]

b)      Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Cobalah anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amati sulit baginya untuk berbuat demikian karena setiap perilakunya sulit punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut, ia ditafsirkan ngambek. Bhakan ketika kita berdiam diri sekalipun, sebenarnya kita mengkomunikasikan banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan marah, atau bahkan sebagai malas atau bodoh.
c)      Komunikasi Punya Dimensi Sisi dan Dimesi Hubungan
Dimensi isi disansi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi, secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “aku benci kamu” yang diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru sebaliknya. Seorang gadis yang mengatakan “Ih, jahat, kamu” kepada seorang teman prianya seraya mencubit sang pemuda, sebenarnya tidak memaksudkan jata jaha itu dalam arti sebenarnya, melainkan mungkin sebaliknya, sebagai tanda gemas campur senang kepada sang pemuda.

d)     Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika anda melamun sementara orang memperhatikan anda) hingga komukasi yang benar-benar direncakan dan disadari (ketka anda menyampaikan pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekalitidak bermaksud menyampakan pedan kepada orang lain. Perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kta tidak dapatmengendalikan orang ain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai proses disengaja adalah menganggap komunikasi sebagi instrument, seperti dalam persuasi .[2]
e)      Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim,suhu,intensitas cahaya,dan sebagainya),waktu,sosial,dan psikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan.misalnya:

Dering telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat), misalnya untuk mengabarkan orang yang sakit keras, kecelakaan, atau meninggal dunia, atau upaya orang jahat untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak .
Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsikan lain bila dibandingkan dengan dering telepon pada siang hari.
Kunjungan seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan dimaknai lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.

f)       Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, minimal secara parsial, dapat diramalkan. Misalnya ,
Setiap bangun tidur , kita akan merasa cemas dan takut,karena kita tidak dapat menduga apa yang akan orang lakukan terhadap kita.
Ketika anda memasuki sebuah toko, anda dapat menduga bagaimana perilaku verbal dan nonverbalsi pelayan toko yang tidak anda kenal.
Tidak mungkin orangtua, suami atau istri Anda tiba-tiba menendang Anda begitu tiba dirumah sore hari, padahal pagi hari sebelum Anda berangkat kuliah atau kerja Anda pamit kepada mereka dengan hangat.[3]
g)      Komunikasi Bersifat Sistemik
Setiap individu adalah suatu system yang hidup (a living system). Setidaknya dua system dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. System internal adalah seluruh system nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya). Istilah-istilah lain lain yang identik dengan system internal ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur kognitif (cognitive structure), pola piker (thinking patrens), keadaan internal (internal states), atau sikap (attitude). Pendeknya, system internal ini mengandung semua unsure yang membentuk individu yang unik, termasuk  cirri-ciri kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif, keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman masa lalunya, yang pada dasarnya tersembunyi. Dalam konteks inin, setiap individu adalah suatu system internal. Jumlah sistem internal ini adalah sebanyak individu yang ada.
h)      Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya , penjual yang datang ke rumah untuk mempromosikan barang dianggap telah melakukan komunikasi efektif bila akhirnya tuan rumah membeli barang yang ia tawarkan, sesuai dengan yang diharapkan penjual itu, dan tuan rumahpun merasa puas dengan barang dibelinya.[4]
Dalam kenyataanya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi makanan yang sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan  pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yag berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orag yang tidak memahami bahasa yang sama.
i)        Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Komunikasi dalam dasarnya ialah komunikasi dua arah, tidak ada komunikasi yang berjalan satu arah. Karena pada saat kita berbicara atau berkomunikasi, pendengar akan sellau memberikan responnya, baik berupa balasan berbicara atau pesan secara nonverbal, seperti ekspresi muka berupa senyuman, gerakan tangan, anggukan, dan lain-lain. Sehingga, pesan nonverbal tersebut bisa diartikan sebagai “pembicara” atau pemberi pesan.
Berberapa pakar komunikasi seperti Frank Dance, Kincaid, dan Schramm memiliki sifat sirkuler dan memusat, sementara Tubss menggunakan komunikator 1 dan komunikator 2 untuk kedua pihak yang berkomunikasi. Komunikasi sirkuler ditandai hal seperti berikut :
Orang-orang yang berkomunikasi dianggap memiliki status yang setara, misalnya komunikator A dan komunikator B, mereka menerima dan mengirim pesan pada saat yang sama. Jadi, setiap orang dapat menjadi pemberi, penerima, sumber, dan sasaran.
j)        Komunikasi bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Komunikasi merupakan suatu proses yang tak berujung, melainkan berkesinambungan (continous). Bahkan sebuah kejadian yang sangat sederhana dapat menjadi rumit.Komunikasi sebagai proses dianalogikan oleh Heraclitus pada abad 6 SM bahwa “seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali.” Yang berarti, meskipun seseorang dapat melakukan suatu hal berulang-ulang, namun proses dalam melaksanakan hal tersebut dapat berbeda yang membuat perbedaan dalam suatu hal tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan manusia tidak pernah ada saat yang sama dua kali.[5]
Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi harus saling mempengaruhi, seberapa kecil pun, baik verbal maupun nonverbal, sehingga memberikan dampak yang mempengaruhi pada komunikasi tersebut. Proses tersebut berjalan secara berkesinambungan dan dinamis sehingga dapat disebut transaksi. Transaksi menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan.
Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa peserta komunikasi berubah, mulai dari bertambahnya pengetahuan, hingga berubahnya pandangan. Ada yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan ada juga yang secara langsung dan cepat berubah, salah satunya dengan cuci otak.
k)      Bersifat Irreversible
Suatu peristiwa yang berlangsung dalam suatu waktu, peristiwa tersebut akan berlangsung sekali dan tidak dapat “diambil kembali”. Sebagai suatu contoh seseorang tidak sengaja memukul wajah seseorang hingga hidungnya retak. Anda akan meminta maaf dan dia akan memaafkannya. Namun tak akan mengubah realitas bahwa hidungnya tetap retak.
Sama seperti menyampaikan pesan, saat pesan itu disampaikan ke khalayak, maka Anda tidak bisa menghilangkan efek dari pesan tersebut apalagi mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak. Orang Inggris memiliki suatu jngkapan yang terkenal yaitu “To forgive but not to forget.” Yang berarti kita bisa memaafkan kesalahan, namun tidak bisa melupakannya.[6]
Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Proses ini mengingatkan kita untuk berhat-hati dalam menyampaikan informasi kepada khalayak, karena efeknya tidak bisa kita tiadakan bahkan hanya sekedar diralat. Terutama saat informasi itu disampaikan untuk pertama kalinya, seperti saat persentasi karena kesan pertama cenderung abadi .
l)        Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak masalah atau konflik dapat terjadi, namun komunikasi bukanlah panasea atau “obat mujarab” yang mampu meredam itu semua karena berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi menjadi efektif, diperlukan penyelesaian dalam masalah struktural ini. Komunikasi antara berbagai etnik , baik antara warga Tionghoa dengan warga pribumi.[7]
Hubungan antara warga Tioanghoa dan warga pribumi akan semakin efektif bila warga Tionghoa pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan anggota TNI , tidak hanya sebagai pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi selama ini.


[1] Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal 128-129

1 Komentar untuk "Prinsip-prinsip Komunikasi"

  1. If you're trying hard to lose pounds then you absolutely have to get on this totally brand new custom keto diet.

    To produce this keto diet, licensed nutritionists, fitness couches, and chefs joined together to develop keto meal plans that are effective, decent, economically-efficient, and delightful.

    Since their grand opening in early 2019, 100's of individuals have already transformed their figure and health with the benefits a certified keto diet can give.

    Speaking of benefits: in this link, you'll discover 8 scientifically-proven ones given by the keto diet.

    BalasHapus

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel