Prinsip-prinsip Komunikasi
Sabtu, Februari 15, 2020
1 Komentar
Prinsip-prinsip Komunikasi
a)
Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Simbol atau lambang adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sebuah sesuatu. Simbol meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku non verbal dan objek yang disepakati bersama. Yang dikatakan
verbal yaitu komunikasi dengan tulisan maupun pembicaraan, kemudian yang
dikatakan non verbal yaitu komunikasi yang menggunakan sebuah gerakan tubuh
atau isyarat. Lalu untuk objek yang disepakati seperti sebuah tanda bendera
warna kuning yang mana menyebutkan bahwa bendera tersebut sedang terjadi
kematian. Simbol atau Lambang juga bisa disebut sebagai tanda. Hubungan antara
lambang dengan objek itu bisa dinamai Ikon. ikon adalah suatu benda fisik (dua
atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang telah dijelaskan dalam ikon
tersebut. Misalkan patung Soekarno adalah ikon Soekarno, foto KTP seseorang
adalah ikonu dari seseorang tersebut. Ada juga rambu-rambu lalu lintas yang
menandakan dengan kemiripan keadaannya, seperti menunjukkan arah, adanya pom
bensin, adanya masjid, atau kondisi jalan (berbelok, menanjak, atau , menurun).
Seperti yang dikatakan
Prof Deddy Mulyana dalam bukunya, Kita sering menggunakan istilah ikon dalam
tanda-tanda pada layar monitor computer yang mempresentasikan program-program
tertentu, padahal sebagian dari tanda-tanda tersebut mungkin lebih tepat
disebut dengan lambang.[1]
b) Setiap
Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Cobalah
anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amati sulit baginya untuk berbuat
demikian karena setiap perilakunya sulit punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau
ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut, ia ditafsirkan
ngambek. Bhakan ketika kita berdiam diri sekalipun, sebenarnya kita
mengkomunikasikan banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan marah, atau
bahkan sebagai malas atau bodoh.
c) Komunikasi
Punya Dimensi Sisi dan Dimesi Hubungan
Dimensi
isi disansi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi, secara
nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi yaitu apa yang
dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya
yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan
bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “aku benci
kamu” yang diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru sebaliknya.
Seorang gadis yang mengatakan “Ih, jahat, kamu” kepada seorang teman prianya
seraya mencubit sang pemuda, sebenarnya tidak memaksudkan jata jaha itu dalam
arti sebenarnya, melainkan mungkin sebaliknya, sebagai tanda gemas campur
senang kepada sang pemuda.
d) Komunikasi
Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Komunikasi
dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak
disengaja sama sekali (misalnya ketika anda melamun sementara orang
memperhatikan anda) hingga komukasi yang benar-benar direncakan dan disadari
(ketka anda menyampaikan pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya
komunikasi. Meskipun kita sama sekalitidak bermaksud menyampakan pedan kepada
orang lain. Perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kta tidak
dapatmengendalikan orang ain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku
kita. Membatasi komunikasi sebagai proses disengaja adalah menganggap komunikasi
sebagi instrument, seperti dalam persuasi .[2]
e) Komunikasi
Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna
pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk
iklim,suhu,intensitas cahaya,dan sebagainya),waktu,sosial,dan psikologis.Waktu
juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan.misalnya:
Dering
telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat), misalnya untuk
mengabarkan orang yang sakit keras, kecelakaan, atau meninggal dunia, atau
upaya orang jahat untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak .
Dering
telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsikan lain bila
dibandingkan dengan dering telepon pada siang hari.
Kunjungan
seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan
dimaknai lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.
f) Komunikasi
Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Prinsip
ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku
komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, minimal secara parsial,
dapat diramalkan. Misalnya ,
Setiap
bangun tidur , kita akan merasa cemas dan takut,karena kita tidak dapat menduga
apa yang akan orang lakukan terhadap kita.
Ketika
anda memasuki sebuah toko, anda dapat menduga bagaimana perilaku verbal dan
nonverbalsi pelayan toko yang tidak anda kenal.
Tidak
mungkin orangtua, suami atau istri Anda tiba-tiba menendang Anda begitu tiba
dirumah sore hari, padahal pagi hari sebelum Anda berangkat kuliah atau kerja
Anda pamit kepada mereka dengan hangat.[3]
g) Komunikasi
Bersifat Sistemik
Setiap
individu adalah suatu system yang hidup (a living system). Setidaknya dua
system dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan
Sistem Eksternal. System internal adalah seluruh system nilai yang dibawa oleh
individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia cerap selama
sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat
setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya,
tempat kerja, dan sebagainya). Istilah-istilah lain lain yang identik dengan
system internal ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang
pengalaman (field of experience), struktur kognitif (cognitive structure), pola
piker (thinking patrens), keadaan internal (internal states), atau sikap
(attitude). Pendeknya, system internal ini mengandung semua unsure yang
membentuk individu yang unik, termasuk
cirri-ciri kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama,
bahasa, motif, keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman masa lalunya, yang
pada dasarnya tersembunyi. Dalam konteks inin, setiap individu adalah suatu
system internal. Jumlah sistem internal ini adalah sebanyak individu yang ada.
h) Semakin
Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya , penjual yang
datang ke rumah untuk mempromosikan barang dianggap telah melakukan komunikasi
efektif bila akhirnya tuan rumah membeli barang yang ia tawarkan, sesuai dengan
yang diharapkan penjual itu, dan tuan rumahpun merasa puas dengan barang
dibelinya.[4]
Dalam
kenyataanya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka
kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi makanan yang
sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu,
misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan
mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan
pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih
efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yag berkomunikasi
lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orag yang
tidak memahami bahasa yang sama.
i)
Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Komunikasi
dalam dasarnya ialah komunikasi dua arah, tidak ada komunikasi yang berjalan
satu arah. Karena pada saat kita berbicara atau berkomunikasi, pendengar akan sellau
memberikan responnya, baik berupa balasan berbicara atau pesan secara
nonverbal, seperti ekspresi muka berupa senyuman, gerakan tangan, anggukan, dan
lain-lain. Sehingga, pesan nonverbal tersebut bisa diartikan sebagai
“pembicara” atau pemberi pesan.
Berberapa
pakar komunikasi seperti Frank Dance, Kincaid, dan Schramm memiliki sifat
sirkuler dan memusat, sementara Tubss menggunakan komunikator 1 dan komunikator
2 untuk kedua pihak yang berkomunikasi. Komunikasi sirkuler ditandai hal
seperti berikut :
Orang-orang
yang berkomunikasi dianggap memiliki status yang setara, misalnya komunikator A
dan komunikator B, mereka menerima dan mengirim pesan pada saat yang sama.
Jadi, setiap orang dapat menjadi pemberi, penerima, sumber, dan sasaran.
j)
Komunikasi bersifat Prosesual, Dinamis,
dan Transaksional
Komunikasi
merupakan suatu proses yang tak berujung, melainkan berkesinambungan
(continous). Bahkan sebuah kejadian yang sangat sederhana dapat menjadi
rumit.Komunikasi sebagai proses dianalogikan oleh Heraclitus pada abad 6 SM
bahwa “seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua
kali.” Yang berarti, meskipun seseorang dapat melakukan suatu hal
berulang-ulang, namun proses dalam melaksanakan hal tersebut dapat berbeda yang
membuat perbedaan dalam suatu hal tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
dalam kehidupan manusia tidak pernah ada saat yang sama dua kali.[5]
Dalam
proses komunikasi, para peserta komunikasi harus saling mempengaruhi, seberapa
kecil pun, baik verbal maupun nonverbal, sehingga memberikan dampak yang
mempengaruhi pada komunikasi tersebut. Proses tersebut berjalan secara
berkesinambungan dan dinamis sehingga dapat disebut transaksi. Transaksi
menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan.
Implikasi
dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa
peserta komunikasi berubah, mulai dari bertambahnya pengetahuan, hingga
berubahnya pandangan. Ada yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan ada
juga yang secara langsung dan cepat berubah, salah satunya dengan cuci otak.
k) Bersifat
Irreversible
Suatu
peristiwa yang berlangsung dalam suatu waktu, peristiwa tersebut akan
berlangsung sekali dan tidak dapat “diambil kembali”. Sebagai suatu contoh
seseorang tidak sengaja memukul wajah seseorang hingga hidungnya retak. Anda
akan meminta maaf dan dia akan memaafkannya. Namun tak akan mengubah realitas
bahwa hidungnya tetap retak.
Sama
seperti menyampaikan pesan, saat pesan itu disampaikan ke khalayak, maka Anda
tidak bisa menghilangkan efek dari pesan tersebut apalagi mengendalikan
pengaruh pesan tersebut bagi khalayak. Orang Inggris memiliki suatu jngkapan
yang terkenal yaitu “To forgive but not to forget.” Yang berarti kita bisa
memaafkan kesalahan, namun tidak bisa melupakannya.[6]
Sifat
irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu
berubah. Proses ini mengingatkan kita untuk berhat-hati dalam menyampaikan
informasi kepada khalayak, karena efeknya tidak bisa kita tiadakan bahkan hanya
sekedar diralat. Terutama saat informasi itu disampaikan untuk pertama kalinya,
seperti saat persentasi karena kesan pertama cenderung abadi .
l)
Komunikasi Bukan Panasea untuk
Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak
masalah atau konflik dapat terjadi, namun komunikasi bukanlah panasea atau
“obat mujarab” yang mampu meredam itu semua karena berkaitan dengan masalah
struktural. Agar komunikasi menjadi efektif, diperlukan penyelesaian dalam
masalah struktural ini. Komunikasi antara berbagai etnik , baik antara warga
Tionghoa dengan warga pribumi.[7]
Hubungan
antara warga Tioanghoa dan warga pribumi akan semakin efektif bila warga
Tionghoa pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan anggota TNI , tidak hanya
sebagai pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi selama ini.
If you're trying hard to lose pounds then you absolutely have to get on this totally brand new custom keto diet.
BalasHapusTo produce this keto diet, licensed nutritionists, fitness couches, and chefs joined together to develop keto meal plans that are effective, decent, economically-efficient, and delightful.
Since their grand opening in early 2019, 100's of individuals have already transformed their figure and health with the benefits a certified keto diet can give.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover 8 scientifically-proven ones given by the keto diet.