Asal usul dziba'
CERITA : Dulu waktu jaman saya masih SD (Madrasah Ibtidaiyah) ada acara yang namanya DIBA’AN yaitu acara yang isinya membaca sholawat nabi yaitu DIBA’ / maulid diba’. acara ini diadakan oleh guru saya waktu itu, kalau ada yang tidak datang maka akan kena hukuman, acara ini diadakan secara bergiliran dari rumah kerumah para anggota dibaiyah, dan kemudian beralih dari musholla yang satu ke musholla yang lain, waktunya pun telah mengalami 3 perubahan, pertama habis sholat isya’. kemudian dipindah habis sholat maghrib dan yang terakhir acara dibaiyah dirubah waktunya setelah sholat ashar, sayangnya acara ini sekarang sudah tidak ada lagi. acara yang sekarang masih eksis adalah
YASINAN DAN TAHLILAN, kalau yasinan buat ibu-ibu dan kalau tahlilan buat bapak-bapak dan DIBA’AN buat anak-anak
Acara Diba’an ini terdiri dari 5 sholawat penting
Sholawat Yang Pertama : YAROBBI SHOLLI ( yarobbi solli ala muhammad yarobbi solli ala wasallim…)
Sholawat Yang Kedua : YA RASULALLAH ( Ya rasulallah salaamun alaik, ya rofi aasaniwaddarooji…)
Sholawat Yang Ke tiga : SHOLATULLAH (Sholatullah salaamullah ala tooha rosulillah, solatullah saala mullah ala yaasin habibillah…)
Sholawat Yang Ke empat : YANABI ( Yanabi salam alaika, yarosul salam alaika…)
Sholawat Yang ke Lima : YABADROTIM (Yabadrotim minhayakullakamaali madha yuabbiruan ula kama kooli…)
Kitab Maulid ini dikarang oleh Al-Imam Al-Jalil Abdurrahman Ad-Diba’i.
Beliau dilahirkan pada 4 Muharram tahun 866H dan wafat hari Jumat 12 Rajab tahun 944H. Beliau adalah seorang ulama hadits yang terkenal dan tiada bandingnya pada masa hayatnya. Beliau mengajar kitab Shohih Imam al-Bukhari lebih dari 100 kali khatam. Beliau mencapai derajat Hafidz dalam ilmu hadits yaitu seorang yang menghafal 100,000 hadits dengan sanadnya. Setiap hari beliau akan mengajar hadits dari masjid ke masjid. Di antara guru-gurunya ialah Imam al-Hafiz as-Sakhawi, Imam Ibnu Ziyad, Imam Jamaluddin Muhammad bin Ismail, mufti Zabid, Imam al-Hafiz Tahir bin Husain al-Ahdal dan banyak lagi. Selain daripada itu, beliau juga seorang muarrikh, yakni ahli sejarah, yang terbilang.
Beliau dilahirkan di kota Zabid (Zabid (salah satu kota di Yaman Utara) pada sore hari Kamis 4 Muharram 866 H.) Kota ini sudah dikenal sejak masa hidupnya Nabi Muhammad SAW., tepatnya pada tahun ke 8 Hijriyah. Dimana saat itu datanglah rombongan suku Asy`ariah (diantaranya adalah Abu Musa Al-Asy`ari) yang berasal dari Zabid ke Madinah Al-Munawwaroh untuk memeluk agama Islam dan mempelajari ajaran-ajarannya. Karena begitu senangnya atas kedatangan mereka Nabi Muhammad SAW. berdoa memohon semoga Allah SWT. memberkahi kota Zabid dan Nabi mengulangi doanya sampai tiga kali (HR. Al-Baihaqi). Dan berkat barokah doa Nabi, hingga saat ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid masih bisa dirasakan. Hal ini karena generasi ulama di kota ini sangat gigih menjaga tradisi khazanah keilmuan islam.
Masa Kecil Ibn Diba`
Beliau diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama Syekh Syarafuddin bin Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama besar yang tersohor di kota Zabid saat itu, hal itu dikarenakan sewaktu beliau lahir, ayahnya sedang bepergian, setelah beberapa tahun kemudian baru terdengar kabar, bahwa ayahnya meninggal didaratan India. Dengan bimbingan sang kakek dan para ulama kota Zabid ad-Diba’i tumbuh dewasa serta dibekali berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Diantara ilmu yang dipelajari beliau adalah: ilmu Qiroat dengan mengaji Nadzom (bait) Syatibiyah dan juga mempelajari Ilmu Bahasa (gramatika), Matematika, Faroidl, Fikih.
Pada tahun 885 H. beliau berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulang dari Makkah Ibn Diba` kembali lagi ke Zabid. Beliau mengkaji ilmu Hadis dengan membaca Shohih Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Al-Muwattho` dibawah bimbingan syekh Zainuddin Ahmad bin Ahmad As-Syarjiy. Ditengah-tengah sibuknya belajar hadis, Ibn Diba’ menyempatkan diri untuk mengarang kitab Ghoyatul Mathlub yang membahas tentang kiat-kiat bagi umat muslim agar mendapat ampunan dari Allah SWT.
Pelajaran penting dari ad-diba’i
Ibn Diba’ mempunyai kebiasaan untuk membaca surat Al-fatihah dan menganjurkan kepada murid-murid dan orang sekitarnya untuk sering membaca surat Al-fatihah. Sehingga setiap orang yang datang menemui beliau harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang. Hal ini tidak lain karena beliau pernah mendengar salah seorang gurunya pernah bermimpi bahwa hari kiamat telah datang lalu dia mendengar suara “ wahai orang Yaman masuklah ke surga Allah” lalu orang –orang bertanya “kenapa orang-orang Yaman bisa masuk surga ?” kemudian dijawab, karena mereka sering membaca surat Al-fatihah.
Karya ad-diba’i
Ibn Diba` termasuk ulama yang produktif dalam menulis. Hal ini terbukti beliau mempunyai banyak karangan baik dibidang hadis ataupun sejarah. Karyanya yang paling dikenal adalah syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad SAW. yang terkenal dengan sebutan Maulid Diba`i,
Diantara buah karyanya yang lain : Qurrotul `Uyun, kitab Mi`roj, Taisiirul Usul, Bughyatul Mustafid dan beberapa bait syair. Beliau mengabdikan dirinya hinga akhir hayatnya sebagai pengajar dan pengarang kitab. Ibn Diba’I wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab 944H dan pengarang kitab. Ibn Diba’I wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab 944H
Belum ada Komentar untuk "Asal usul dziba'"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...