AL QUR'AN HADIST KELAS 10 : AL-QUR'AN KITABKU
Jumat, September 15, 2017
Tambah Komentar
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT. yang senantiasa terjaga
kemurnian dan keotentikannya sampai akhir zaman
STANDAR KOMPETENSI
Memahami pengertian al-Qur'an dan bukti keotentikannya
KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan pengertian al-Qur'an menurut para ahli
Membuktikan keotentikan al-Qur'an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya.
Menunjukkan perilaku orang yang meyakini kebenaran al-Qur'an
IFTITAH
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir yakni Nabi Muhammad SAW. Setiap muslim wajib beriman kepada kitab suci al-Qur’an dan juga kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, yaitu: Zabur, Taurat dan Injil. Al-Qur’an berfungsi untuk membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya.
Setiap muslim seharusnya mengenal kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya (way of life). Untuk mengenal al-Qur’an, hendaknya dimulai dengan memahami apa pengertian al-Qur’an serta segala hal yang berkaitan dengannya. Dan yang paling penting lagi adalah memahami isinya, untuk selanjutnya dapat melaksanakan ajaran-ajaranya.
Bagi Nabi Muhammad SAW., al-Qur’an berfungsi sebagai mu’jizat yang terbesar yang berlaku kekal abadi. Sebagai kitab mu’jizat, al-Qur’an tidak mungkin dapat ditiru dari aspek manapun dan oleh siapapun, karena Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah SWT.
URAIAN MATERI
A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
Para ulama’ dan pakar/ahli di bidang ilmu al-Qur’an telah memberikan definisi terhadap al-Qur’an menurut pemahaman mereka masing-masing, baik secara etimologi (makna bahasa) maupun secara terminologi (istilah).
Ditinjau dari segi etimologi (makna bahasa), para ulama’ berbeda-beda pendapat dalam mendefinisikan al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pendapat ulama’ tersebut.
1. Pendapat Al-Lihyany (w. 215 H) dan segolongan ulama lain
Kata Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata kerja (fi’il), قَرَأَ artinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/tashrif (قَرَأَ-يَقْرَأُ-قُرْءَانًا). Dari tahsrif tersebut, kata قُرْءَانًا artinya bacaan yang bermakna isim maf’ul (مَقْرُوْءٌ) artinya yang dibaca. Karena al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan untuk kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. Pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT sebagaimana yang termaksud dalam QS. al-Qiyamah ayat 17-18.
• • (القيامة : ١٧-۱٨)
Artinya :
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
(QS. Al-Qiyamah/75: 17-18)
2. Pendapat Al-Asy’ari (w. 324 H) dan beberapa golongan lain
Kata Qur’an berasal dari lafaz قَرَنَ yang berarti menggabungkan sesuatu dengan yang lain. Kemudian kata tersebut dijadikan sebagai nama Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, mengingat bahwa surat-suratnya, ayat-ayatnya dan huruf-hurufnya beriring-iringan dan yang satu digabungkan kepada yang lain.
3. Pendapat Al-Farra’ (w. 207 H)
Kata Qur’an berasal dari lafaz قَرَائِنٌ merupakan bentuk jama’ dari kata قَرِيْنَةٌ yang berarti petunjuk atau indikator, mengingat bahwa ayat-ayat al-Qur’an satu sama lain saling membenarkan. Dan kemudian dijadikan nama bagi Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Pendapat Az-Zujaj (w. 331 H)
Kata Qur’an itu kata sifat dari اَلْقَرْءُ yang sewazan (seimbang) dengan kata فُعْلاَنٌ yang artinya اَلْجَمْعُ (kumpulan). Selanjutnya kata tersebut digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.
5. Pendapat Asy-Syafi’i (w. 204 H)
Kata al-Qur’an adalah isim ’alam, bukan kata bentukan (isytiqaq) dari kata apapun dan sejak awal memang digunakan sebagai nama khusus bagi kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebagaimana halnya dengan nama-nama kitab suci sebelumnya yang memang merupakan nama khusus yang diberikan oleh Allah SWT. sama halnya nama kitab suci sebelumnya, yaitu Zabur (Nabi Dawud as.), Taurat (Nabi Musa as.) dan Injil (Nabi Isa as.).
Menurut Abu Syuhbah dalam kitabnya yang berjudul al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim, dari kelima pendapat tersebut diatas, pendapat pertamalah yang paling tepat yakni menurut Al-Lihyany yang menyatakan bahwa kata al-Qur’an merupakan kata bentukan (isytiqaq) dari kata قَرَأَdan pendapat inilah yang paling masyhur.
Ditinjau dari pengertian secara terminologi/istilah, para ulama’ juga berbeda-beda pendapat dalam mendefinisikan al-Qur’an. Perbedaan itu terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang dan perbedaan dalam menyebutkan unsur-unsur, sifat-sifat atau aspek-aspek yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri yang memang sangat luas dan komprehensif. Semakin banyak unsur dan sifat dalam mendefinisikan al-Qur’an, maka semakin panjang redaksinya. Namun demikian, perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat prinsipil, justru perbedaan pendapat tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain, sehingga jika pendapat-pendapat itu digabungkan, maka pemahaman terhadap pengertian al-Qur’an akan lebih luas dan komprehensif.
Beberapa pendapat ulama’ mengenai definisi al-Qur’an secara istilah, diantaranya adalah :
1. Syeikh Muhammad Khudhariy Beik
Dalam kitab Tarikh at-Tasyri’ al-Islam, Syeikh Muhammad Khudhary Beik mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut:
اَلْقُرْءَانُ هُوَ اللَّفْظُ الْعَرَبِيُّ الْمُنَزَّلُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلتَّدَبُّرِ وَالتَّذَكُّرِ الْمَنْقُوْلُ مُتَوَاتِرًا وَهُوَ مَا دَفَّـتَيْنِ الْمَبْدُوْءُ بِسُوْرَةِ الْفَـاتِحَةِ وَالْمَخْتُوْمُ بِسُوْرَةِ النَّـاسِ
Artinya:
Al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah) yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada Muhammad SAW., untuk dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.
2. DR.Subkhi Shalih
DR. Subkhi Shalih mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut :
اَلْقُرْءَانُ هُوَ الْكِتَابُ الْمُعْجِزُ الْمُنَزَّلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلُ عَلَيْهِ بِالتَّوَاتُرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلاَوَتِهِ
Artinya:
Al-Qur’an adalah kitab (Allah) yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang disampaikan secara mutawatir, dan bernilai ibadah membacanya.
3. Syeikh Muhammad Abduh
Sedangkan Syeikh Muhammad Abduh mendefinisikan al-Qur’an dengan pengertian sebagai berikut :
اَلْكِتَابُ هُوَ الْقُرْءَانُ الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ الْمَحْفُوْظُ فِيْ صُدُوْرِ مَنْ عَنَى بِحِفْظِهِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya:
Kitab (al-Qur’an) adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang terpelihara di dalam dada orang yang menjaga(nya) dengan menghafalnya (yakni) orang-orang Islam.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa unsur dalam pengertian al-Qur’an sebagai berikut :
1. Al-Qur’an adalah firman atau kalam Allah SWT.
2. Al-Qur’an terdiri dari lafaz berbahasa Arab
3. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang mengandung mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril.
5. Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawatir (berkesinambungan).
6. Al-Qur’an merupakan bacaan mulia dan membacanya merupakan ibadah.
7. Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf, yang diawali dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas
8. Al-Qur’an senantiasa terjaga/terpelihara kemurniannya dengan adanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafal al-Qur’an.
B. BEBERAPA NAMA AL-QUR’AN
Al-Qur’an bukanlah satu-satunya nama yang diberikan Allah SWT. terhadap kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut Az-Zarkasyi dan As-Sayuthy dalam kitab Al-Itqan menyebutkan bahwa al-Qur’an mempunyai 55 nama. Bahkan dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, disebutkan ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an. Namun, jika diperhatikan dan dicermati lebih lanjut berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an secara redaksional, maka akan didapatkan beberapa nama saja, yang lainnya bukanlah nama melainkan hanya sifat, fungsi atau indikator al-Qur’an saja.
Inilah beberapa nama yang terkenal bagi kitab suci al-Qur’an berikut ayat-ayat yang menjelaskannya :
1. Al-Qur’an (اَلْقُرْءَانُ)
Al-Qur’an merupakan nama yang termasyhur dan paling sering dilekatkan pada kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, al-Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca. Sedangkan beberapa ayat yang di dalamnya terdapat nama al-Qur’an adalah sebagai berikut :
•• (البقرة : ۱٨۵)
Artinya :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…..” (QS. al-Baqarah/2: 185)
(الأعراف : ۲۰٤)
Artinya :
“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (QS. al-A’raf/7: 204)
(طـه : ٢)
Artinya :
“Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS. Thaha/20: 2)
Masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya terdapat nama al-Qur’an, seperti : QS. Yunus/10: 37, QS. al-Hijr/15: 87, QS. an-Nahl/16: 97, QS. al-Hijr/17: 9, QS. al-Hasyr/59: 21, QS. al-Buruj/85: 21, dan lain sebagainya.
2. Al-Kitab (اَلْكِتَابُ)
Al-Kitab adalah salah satu nama bagi kitab suci al-Qur’an. Al-Qur’an sering disebut sebagai Kitabullah artinya kitab suci Allah. Al-Kitab juga bisa diartikan yang ditulis.
Sedangkan ayat Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata Al-Kitab sebagai nama bagi Al-Qur’an yaitu :
(البقرة : ٢)
Artinya :
“Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (al-Baqarah/2: 2)
•
(ال عمران :٣)
Artinya :
“Dia menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS.Ali ‘Imran/3: 3)
3. Al-Furqan (اَلْفُرْقَانُ)
Al-Furqan artinya pembeda, maksudnya yang membedakan antara yang haq dan yang batil. Al-Furqan merupakan salah satu nama al-Qur’an, sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Furqan/25: 1.
• • (الفرقان: ۱)
Artinya :
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS. al-Furqan/25: 1)
4. Adz-Dzikr (اَلذكْرُ)
Adz-Dzikr berarti pemberi peringatan, maksudnya yang memberi peringatan kepada manusia. Ayat yang menyebutkan adz-Dzikr sebagai nama lain kitab al-Qur’an adalah :
• (الحجر:٩)
Artinya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. al-Hijr/15: 9)
5. At-Tanzil (اَلتَّنْزِيْلُ)
At-Tanzil artinya yang diturunkan, maksudnya al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaan malaikat Jibril as. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. At-Tanzil sebagai nama lain al-Qur’an dikemukakan oleh DR. Shubhi as-Shalih, sebagaimana termaktub dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi :
(الشعراء : ۱۹۲)
Artinya :
“Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam” (QS. asy-Syu’ara/26: 192)
C. KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
Sebelum memahami tentang kemu’jizatan al-Qur’an (I’jazul Qur’an) terlebih dahulu akan kalian fahami tentang apakah yang dimaksud mu’jizat serta ruang lingkup seputar mu’jizat.
1. Pengertian Mu’jizat
Secara bahasa kata Mu’jizat berbentuk isim fa’il yang berasal dari kata :
اَعْجَزَ – يُعْجِزُ – اِعْجَازً – مُعْجِزٌ / مُعْجِزَةٌ
yang berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Mu’jizat juga diartikan sebagai yaitu sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan (sesuatu yang luar biasa).
Secara istilah, Manna’ Qaththan mendefinisikan mukjizat sebagai berikut:
اَلْمُعْجِزَةُ هِيَ اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَـادَةِ مَقْرُوْنٌ بِالتَّحَدِّى سَالِمٌ عَنِ الْمُعَارَضَةِ
Artinya:
Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.
Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah SWT. kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah SWT. Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka.
Umumnya mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya, zaman Nabi Musa as. adalah zaman keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa as. adalah zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak atau kusta, serta menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi Muhammad SAW. adalah zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah al-Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak ada seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan al-Qur’an.
2. Syarat-syarat Mu’jizat
Syarat-syarat mu’jizat menurut para ulama’ ada 5 (lima), bila kelima-limanya tidak terpenuhi, maka tidak dinamakan mu’jizat, yaitu :
a. Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh siapapun selain Allah SWT
b. Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam
c. Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku membawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya
d. Mu’jizat terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mu’jizat tersebut
e. Tidak ada seorang manusiapun, bahkan jin sekalipun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.
Kelima syarat tersebut di atas bila terpenuhi, maka suatu hal yang timbul di luar kebiasaan adalah merupakan mu’jizat yang menyatakan atas kenabian atau kerasulan orang yang mengemukakannya dan mu’jizat akan muncul dari tangannya.
3. Macam-macam Mu’jizat
Mu’jizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Mu’jizat Hissi, ialah mu;jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai dan ditangkap oleh panca indera. Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga disebut mu’jizat inderawi.
Mu’jizat hissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan di masa tertentu.
b. Mu’jizat ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau dengan kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini melainkan orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus menggunakan akal fikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat ‘aqli atau mu’jizat rasional.
Berbeda dengan mu’jizat hissi, mu’jizat ma’nawi bersifat universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman.
4. Pengertian I’jazul Qur’an
Apabila kata mu’jizat dilekatkan dengan kitab suci al-Qur’an, maka ia bisa memiliki dua konotasi. Pertama, lemahnya manusia untuk merumuskan suatu ungkapan atau kalimat yang dapat menandingi ayat-ayat al-Qur’an, baik secara individual maupun secara kolektif. Kedua, ia mempunyai sifat menantang manusia dan jin untuk membuat semacam al-Qur’an, sampai munculnya kesadaran mereka untuk mengakui kelemahan diri sendiri ketika berhadapan dengan ayat-ayat al-Qur’an.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud I’jazul Qur’an adalah menetapkan kelemahan manusia dan jin baik secara individual maupun kolektif untuk mendatangkan semisal al-Qur’an.
Mu’jizat al-Qur’an bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pada manusia bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT. dan sekaligus merupakan bukti kerasulan Muhammad SAW.
Dalam hal ini Imam al-Suyuti, sebagaimana dikutip oleh Dr. Syahrin Harahap, MA., mengungkapkan bahwa :
“Adanya i’jaz al-Qur’an itu ada kaitannya dengan persepsi yang salah dari pihak orang Arab terhadapnya. Sehingga al-Qur’an memberi jawaban terhadap persepsi mereka yang keliru itu, dengan cara nenawarkan agar mereka menunjukkan kekuatan argumentasi dan kebenarannya. Akan tetapi orang Arab sama sekali tidak dapat membuktikan kebenaran mereka, sementara al-Qur’an secara meyakinkan menunjukkan kebenarannya. Disinilah letak i’jaz (kemu’jizatan) al-Qur’an itu.”
5. Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an
Kemu’jizatan al-Qur’an sesungguhnya terdapat dalam dirinya sendiri. Tegasnya kemu’jizatan al-Qur’an ada dalam kandungannya, bukan di luarnya. Jadi, kitab suci ini tidak membutuhkan keterangan lain di luar dirinya untuk membuktikan bahwa ia adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar ada dua aspek kemu’jizatan al-Qur’an yaitu:
a. Gaya Bahasa (Uslub)
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat al-Qur’an memakai bahasa dan lafadz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan mereka tidak mampu membuat seperti itu (meniru al-Qur’an). Mereka tidak pernah mampu untuk menandinginya dan putus asa lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk Islam. Contoh dalam sejarah diterangkan bahwa Umar bin Khattab ra. menyatakan diri masuk Islam setelah mendengar ayat-ayat pertama surat Thaaha, dan masih banyak contoh lainnya. Inilah bukti kemu’jizatan al-Qur’an dari segi bahasanya.
Uslub al-Qur’an sangatlah indah. Keindahan uslub al-Qur’an benar-benar telah membuat orang-orang Arab dan atau luar Arab kagum dan terpesona. Di dalam al-Qur’an terkandung nilai-nilai istimewa di mana tidak akan terdapat dalam ucapan manusia menyamai isi yang terkandung di dalamnya.
Al-Qur’an dalam uslubnya yang menakjubkan mempunyai beberapa keistimewaan-keitimewaan, diantaranya :
1) Kelembutan al-Qur’an secara lafdhiah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasanya.
2) Keserasian al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan al-Qur’an
3) Sesuai dengan akal dan perasaan, dimana al-Qur’an memberikan doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus
4) Keindahan dalam kalimat serta beraneka ragam bentuknya, yaitu satu makna diungkapkan dalam beberapa lafadz dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya indah dan halus
5) Al-Qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal) dan bentuk yang terperinci (tafshil)
6) Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang dikemukakan)
Disamping itu, hal lain yang dapat dicatat dari kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek bahasa adalah ketelitian, kerapihan dan keseimbangan kata-kata yang digunakannya. Hal itu dapat dilihat pada bukti-bukti sebagai berikut:
1) Ketelitian dalam pengungkapan kata-kata
Suatu surat yang diawali dengan huruf-huruf tertentu, di dalamnya selalu terdapat bahwa huruf-huruf itu, dalam jumlah rata-rata, lebih banyak dan berulang jika dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya. Misalnya :
a) Dalam surat Qaf, dapat ditemukan huruf qaf berulang-ulang dalam jumlah rata-rata lebih banyak dari jumlah huruf lainnya. Jumlah rata-rata huruf qaf yang terbanyak di dalam surat Qaf itu ternyata juga merupakan jumlah huruf qaf yang terbanyak pula dibandingkan dengan jumlah huruf qaf yang terdapat di dalam surah-surah lainnya dalam al-Qur’an.
b) Demikian pula dengan huruf alif, lam dan mim yang mengawali surah al-Baqarah. Jumlah masing-masing huruf tersebut ternyata lebih banyak daripada huruf-huruf yang lain. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
- Huruf alif berulang sebanyak 4.592 kali
- Huruf lam berulang sebanyak 3.204 kali
- Huruf mim berulang sebanyak 2.195 kali
c) Demikian halnya huruf alif, lam dan mim yang mengawali surah Ali ‘imran:
- Huruf alif berulang sebanyak 2.578 kali
- Huruf lam berulang sebanyak 1.885 kali
- Huruf mim berulang sebanyak 1.251 kali
d) Demikian halnya huruf alif, lam dan mim yang mengawali surah al-‘Ankabut :
- Huruf alif berulang sebanyak 784 kali
- Huruf lam berulang sebanyak 554 kali
- Huruf mim berulang sebanyak 344 kali
Dan masih banyak bukti lainnya dalam surah-surah yang lain di dalam al-Qur’an.
2) Keseimbangan penggunaan kata-kata
Dalam al-Qur’an terlihat pula keseimbangan kata-kata yang digunakan secara simetris, misalnya :
a) Kata اَلْحَيَاةُ berjumlah 145 kali, sama dengan kata اَلْمَوْتُ yang berjumlah 145 kali
b) Kata اَلدُّنْيَا berjumlah 115 kali, sama dengan kata اَلأَخِرَةُ yang berjumlah 115 kali
c) Kata مَلاَئِكَةٌ berjumlah 88 kali, sama dengan kata شَيْطَانٌ yang berjumlah 88 kali
d) Kata نَصَائِبُ berjumlah 75 kali, sama dengan kata شُكُوْرٌ yang berjumlah 75 kali
e) Kata زَكَاةٌ berjumlah 32 kali, sama dengan kata بَرَكَةٌ yang berjumlah 32 kali
3) Misteri angka 19
Pada sisi lain dapat dilihat pula kerapihan penyusunan kata-kata itu pada angka 19, yakni jumlah huruf yang terdapat pada kalimat basmalah. Kalimatبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ terdiri dari 19 huruf dan setiap katanya terulang 19 kali dalam surah-surah al-Qur’an, atau beberapa kali kelipatan angka 19, dengan penjelasan sebagai berikut :
a) Kata اِسْم berulang 19 kali di dalam al-Qur’an
b) Kata اللهِ berulang 2698 kali, itu berarti = 19X142
c) Kata الرَّحْمَنِ berulang 57 kali, itu berarti = 19X3
d) Kata الرَّحِيْمِ berulang 144 kali, itu berarti = 19X6
Disamping itu semua huruf terpisah yang mengawali surah-surah (fawatihus-suwar) berulang dalam hasil jumlah kali lipat angka 19. Perhatikan contoh-contoh berikut ini :
a) Huruf qaf dalam surah Qaf berulang 57 kali, berarti = 19X3
b) Huruf kaf, ha’, ya’, ‘ain, dan shad yang mengawali surah Maryam, berulang sebanyak 789 kali, berarti = 19X42
c) Huruf nun dalam surah al-Qalam berulang sebanyak 133 kali, berarti = 19X7
d) Huruf ya dan sin yang mengawali surah yasin, dalam surah tersebut berulang sebanyak 285 kali, berarti = 19X15, dan sebagainya.
Ini membuktikan bahwa sedemikian rapi, teliti dan seimbangnya huruf dan kata yang digunakan dalam al-Qur’an.
b. Isi Kandungannya
Dilihat dari isi kandungannya, kemu’jizatan al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
1) Al-Qur’an mengungkapkan berita-berita yang bersifat ghaib.
Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam al-Qur’an dapat dipilah menjadi 2 (dua) yaitu :
Pertama, berita menyangkut masa lalu. Sebagai contohnya : kisah Nabi Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as, Nabi Musa as. dan kisah lain di masa lalu. Salah satu contoh lainnya sebagaimana diungkapkan dalam QS. Yunus/10: 92
• •• (يونس : ۹۲)
Artinya :
“Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”. (QS. Yunus/10 : 92)
Ayat tersebut menceritakan tentang Fir'aun yang diawetkan dengan cara dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang. Hal itu bersifat ghaib, karena tidak ada orang yang mengenalnya. Akan tetapi berita al-Qur’an itu ternyata terbukti kebenarannya kemudian.
Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di dunia maupun di akhirat, misalnya:
(الروم : ۱-۳)
Artinya
“Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang” (QS. ar-Rum/30: 1-3)
Ayat tersebut menceritakan tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Padahal ketika ayat ini diturunkan, belum terjadi peperangan yang dimaksudkan ayat tersebut. Akan tetapi kebenaran berita itu terbukti sembilan tahun kemudian.
Berita ghaib menyangkut masa yang akan terjadi lainnya, misalnya berita tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar dijelaskan dalam QS. Al-Qamar/54: 45, peristiwa Fathu Makkah dijelaskan dalam QS. Al-Fath/48: 27, dan sebagainya.
2) I’jazul ‘ilmi, yakni kemu’jizatan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an mengungkapkan isyarat-isyarat rumit terhadap ilmu pengetahuan sebelum pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya. Kemudian terbukti bahwa al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan baru yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Hal ini seperti diisyaratkan oleh Allah SWT dalam QS. Fushshilat ayat 53.
• (فصلت : ۵۳)
Artinya :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat/41:53)
Banyak ayat al-Qur’an yang mengungkapkan isyarat tentang ilmu pengetahuan, seperti: terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap benda, perbedaan sidik jari manusia, berkurangnya oksigen di angkasa, khasiat madu, asal kejadian alam semesta, penyerbukan dengan angin, dan masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmu pengetahuan yang bersifat potensial, yang kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern.
Salah satu isyarat ilmu pengetahuan tersebut adalah mengenai perbedaan sidik jari manusia yang dapat ditemukan dalam QS. al-Qiyamah/75: 3-4 sebagai berikut:
(القيامة : ۳-٤)
Artinya :
3.Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4.Bukan demikian, Sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna” (QS. Al-Qiyamah/75 : 3-4)
3) Al-Qur’an memberikan aturan hukum atau undang-undang yang bersifat universal, mencakup segala urusan hidup dan kehidupan manusia.
Secara lebih rinci, Prof. Dr. H. Said Husin al-Munawar, MA. memberikan rumusan mengenai aspek-aspek kemu’jizatan al-Qur’an sebagai berikut :
a. Susunan bahasa yang sangat indah, berbeda dengan setiap susunan bahasa yang ada dalam bahasa orang-orang Arab
b. Adanya uslub yang luar biasa, berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab
c. Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang seperti al-Qur’an
d. Bentuk undang-undang yang detail dan sempurna yang melebihi setiap undang-undang buatan manusia
e. Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu
f. Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya
g. Menepati janji dan ancaman yang telah dikabarkan di dalamnya
h. Memenuhi segala kebutuhan manusia
i. Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuh (orang yang menentangnya)
6. Perbedaan Bentuk Mu’jizat Nabi Muhammad SAW. dengan Mu’jizat Nabi-Nabi Terdahulu
Dilihat dari aspek kemu’jizatannya, al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. merupakan mu’jizat ma’nawi, dimana untuk memahami dan mencapai kemu’jizatan al-Qur’an harus dengan menggunakan akal fikiran yang rasional dan kecerdasan hati. Al-Qur’an adalah merupakan satu-satunya mu’jizat ma’nawi yang hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. yang tidak dimiliki oleh para Nabi dan Rasul sebelum beliau. Al-Qur’an adalah mu’jizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad SAW. yang berlaku kekal sampai akhir zaman kelak.
Disamping mu’jizat al-Qur’an yang bersifat ma’nawi, sebenarnya Nabi Muhammad SAW. juga diberi mu’jizat hissi. Misalnya : jari-jari beliau bisa mengeluarkan air pada saat sahabat-sahabat beliau kehausan, beliau bisa membelah bulan menjadi dua hanya dengan menggunakan jari yang ditunjukkan ke bulan untuk memenuhi tantangan orang kafir, dan masih ada beberapa mu’jizat hissi lainnya yang diberikan Allah SWT. kepada beliau.
Berbeda halnya dengan Nabi Muhammad SAW. yang mendapat mu’jizat hissi dan ma’nawi, para Nabi dan Rasul sebelum beliau umumnya mendapat mu’jizat hissi saja. Di dalam al-Qur’an banyak digambarkan mengenai mu’jizat-mu’jizat yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu tersebut. Diantaranya adalah :
a. Mu’jizat Nabi Nuh as. berupa kemampuan untuk membuat kapal yang sangat besar untuk menampung dan menyelamatkan kaum yang beriman dari banjir besar, padahal saat itu sama sekali belum dikenal cara pembuatan kapal. Hal ini dijelaskan dalam QS. Hud/11: 37-38
• • (هود : ۳٧-۳۸)
Artinya :
37. “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
38 .Dan mulailah Nuh membuat bahtera. dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya Kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (Kami).” (QS. Hud/11: 37-38)
b. Mu’jizat Nabi Ibrahim as. berupa keistimewaan tidak hangus dibakar dalam api yang menjilat-jilat oleh raja Namruz. Hal ini digambarkan dalam QS. al-Anbiya’/21: 68-69 sebagai berikut:
(الأنبياء : ٦٨-٦٩)
Artinya :
68. ”Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".
69. Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS. al-Anbiya’/21: 68-69)
c. Mu’jizat Nabi Musa as. yaitu berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular besar untuk mengalahkan tukang-tukang sihir Fir’aun yang menyihir tali menjadi ular-ular kecil. Di samping itu tongkat beliau tersebut juga bisa menimbulkan 12 sumber mata air yang memancar ketika dipukulkan kepada sebuah batu pada saat beliau memohon air minum untuk kaumnya sebanyak 12 suku. Sebagaimana digambarkan dalam QS. al-A’raf/7: 107 dan QS. al-Baqarah/2: 60
(الأعراف: ۱۰٧)
Artinya :
“Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.” (QS. al-A’raf/7: 107)
• • (البقرة :٦٠)
Artinya :
“Dan (Ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku Telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS.al-Baqarah/2: 60)
d. Mu’jizat Nabi Dawud as. berupa kemampuan untuk melunakkan besi dengan tangan beliau, sehingga bisa dibentuk sedemikian rupa menjadi baju besi dan senjata untuk dapat mengalahkan raja Jalut. Hal ini dijelaskan dalam QS. Saba’/34:10-11.
• • • (السباء:١٠)
Artinya :
10. “Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan kami Telah melunakkan besi untuknya,
11. (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba’/34:10-11)
e. Mu’jizat Nabi Sulaiman as. berupa kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa binatang, seperti burung hud-hud dan semut. Sebagaimana digambarkan dalam QS.an-Naml/27: 16-18.
•• • • • • • (النمل:١٦-١٨)
Artinya :
16. “Dan Sulaiman Telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai manusia, kami Telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) Ini benar-benar suatu kurnia yang nyata".
17. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
18. Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" (QS.an-Naml/27:16-18)
f. Mu’jizat Nabi Isa as. berupa kemampuan untuk membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan penyakit sopak atau kusta, dan dapat menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah SWT. Seperti yang digambarkan dalam QS. Ali ‘Imran/3: 49
• (ال عمران:٤٩)
Artinya :
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang Berkata kepada mereka): "Sesungguhnya Aku Telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; Kemudian Aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan Aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (QS.Ali ‘Imran/3: 49)
Demikian beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang mu’jizat para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. yang kesemuanya berbentuk mu’jizat hissi.
D. KEOTENTIKAN AL-QUR’AN
Allah SWT. menegaskan akan senantiasa menjaga atau memelihara kesucian, kemurniaan dan keotentikan kitab suci al-Qur’an. Hal ini dapat telah dijelaskan dalam QS.al-Hijr ayat 9.
• (الحجر:٩)
Artinya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS.Al-Hijr/15: 9)
Sejak diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan kautentikan al-Qur’an akan senantiasa terjaga. Hal ini disebabkan karena kemu’jizatan yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri, baik dari aspek bahasa dan uslubnya maupun dari aspek isi kandungannya yang memang terbukti tak satupun manusia yang dapat meniru atau mendatang semisal-nya.
Dalam hal terjaganya kemurnian dan kautentikan al-Qur’an ini, al-Qur’an mengajukan tantangan terutama kepada orang-orang kafir dan siapapun yang meragukan kebenarannya. Mereka menuduh bahwa al-Qur’an hanyalah sejenis mantera-mantera tukang tenung dan kumpulan syair-syair. Mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad SAW. Tantangan al-Qur’an diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut :
1. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung dalam QS. at-Thur ayat 33-34
(الطور: ٣٣-٣٤)
Artinya :
33.Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman.
34.Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. (QS. at-Thur/52: 33-34)
Pada ayat lain ditegaskan bahwa manusia (dan jin) tidak akan pernah mampu untuk mendatangkan semisal al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Isra’ ayat 88
(الإسراء: ٨٨)
Artinya :
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS.Al-Isra’/17: 88)
2. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam QS. Yunus ayat 38
(يونس: ۳٨)
Artinya :
“Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS.Yunus/10: 38)
3. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan satu surah saja semisal al-Qur’an. Hal ini terkandung dalam QS. al-Baqarah ayat 23.
• (البقرة: ۲۳)
Artinya :
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS.al-Baqarah/2: 23)
Dari ketiga tantangan tersebut terbukti bahwa ternyata tidak ada yang dapat mendatangkan atau membuat yang serupa dengan al-Qur’an, karena memang al-Qur’an bukan buatan manusia, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT.
Dari informasi sejarah juga telah terbukti bahwa al-Qur’an terjaga kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan. Hal ini disebabkan karena banyak diantara umat Islam yang menjaganya dengan kekuatan hafalan mereka. Dan ternyata kekuatan hafalan ini pulalah yang menjadi jaminan penguat dalam menjaga kemurnian dan keautentikan al-Qur’an tersebut.
Al-Qur’an diturunkan selama lebih kurang 23 tahun secara berangsur-angur. Kala itu banyak sahabat Nabi SAW. yang menghafal al-Qur’an, disamping juga setiap kali turun ayat, maka ayat tersebut ditulis dalam media yang sangat sederhana, seperti : tulang, batu, pelepah daun kurma, kulit binatang, dan lain-lain. Hingga pada masa khalifah Usman bin ‘Affan ra. al-Qur’an di”bukukan” dalam bentuk mushaf, kekuatan hafalanlah yang menjadi satu unsur terpenting dalam menjaga kemurnian dan keotentikan al-Qur’an. Singkatnya, kemurnian dan keotentikan al-Qur’an terletak pada kemu’jizatan al-Qur’an yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, dan adanya kekuatan hafalan orang-orang Islam yang juga berperan dalam menjaga keotentikannya. Dan sejarah telah membuktikannya.
kemurnian dan keotentikannya sampai akhir zaman
STANDAR KOMPETENSI
Memahami pengertian al-Qur'an dan bukti keotentikannya
KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan pengertian al-Qur'an menurut para ahli
Membuktikan keotentikan al-Qur'an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya.
Menunjukkan perilaku orang yang meyakini kebenaran al-Qur'an
IFTITAH
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir yakni Nabi Muhammad SAW. Setiap muslim wajib beriman kepada kitab suci al-Qur’an dan juga kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, yaitu: Zabur, Taurat dan Injil. Al-Qur’an berfungsi untuk membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya.
Setiap muslim seharusnya mengenal kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya (way of life). Untuk mengenal al-Qur’an, hendaknya dimulai dengan memahami apa pengertian al-Qur’an serta segala hal yang berkaitan dengannya. Dan yang paling penting lagi adalah memahami isinya, untuk selanjutnya dapat melaksanakan ajaran-ajaranya.
Bagi Nabi Muhammad SAW., al-Qur’an berfungsi sebagai mu’jizat yang terbesar yang berlaku kekal abadi. Sebagai kitab mu’jizat, al-Qur’an tidak mungkin dapat ditiru dari aspek manapun dan oleh siapapun, karena Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah SWT.
URAIAN MATERI
A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
Para ulama’ dan pakar/ahli di bidang ilmu al-Qur’an telah memberikan definisi terhadap al-Qur’an menurut pemahaman mereka masing-masing, baik secara etimologi (makna bahasa) maupun secara terminologi (istilah).
Ditinjau dari segi etimologi (makna bahasa), para ulama’ berbeda-beda pendapat dalam mendefinisikan al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pendapat ulama’ tersebut.
1. Pendapat Al-Lihyany (w. 215 H) dan segolongan ulama lain
Kata Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata kerja (fi’il), قَرَأَ artinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/tashrif (قَرَأَ-يَقْرَأُ-قُرْءَانًا). Dari tahsrif tersebut, kata قُرْءَانًا artinya bacaan yang bermakna isim maf’ul (مَقْرُوْءٌ) artinya yang dibaca. Karena al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan untuk kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. Pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT sebagaimana yang termaksud dalam QS. al-Qiyamah ayat 17-18.
• • (القيامة : ١٧-۱٨)
Artinya :
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
(QS. Al-Qiyamah/75: 17-18)
2. Pendapat Al-Asy’ari (w. 324 H) dan beberapa golongan lain
Kata Qur’an berasal dari lafaz قَرَنَ yang berarti menggabungkan sesuatu dengan yang lain. Kemudian kata tersebut dijadikan sebagai nama Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, mengingat bahwa surat-suratnya, ayat-ayatnya dan huruf-hurufnya beriring-iringan dan yang satu digabungkan kepada yang lain.
3. Pendapat Al-Farra’ (w. 207 H)
Kata Qur’an berasal dari lafaz قَرَائِنٌ merupakan bentuk jama’ dari kata قَرِيْنَةٌ yang berarti petunjuk atau indikator, mengingat bahwa ayat-ayat al-Qur’an satu sama lain saling membenarkan. Dan kemudian dijadikan nama bagi Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Pendapat Az-Zujaj (w. 331 H)
Kata Qur’an itu kata sifat dari اَلْقَرْءُ yang sewazan (seimbang) dengan kata فُعْلاَنٌ yang artinya اَلْجَمْعُ (kumpulan). Selanjutnya kata tersebut digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.
5. Pendapat Asy-Syafi’i (w. 204 H)
Kata al-Qur’an adalah isim ’alam, bukan kata bentukan (isytiqaq) dari kata apapun dan sejak awal memang digunakan sebagai nama khusus bagi kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebagaimana halnya dengan nama-nama kitab suci sebelumnya yang memang merupakan nama khusus yang diberikan oleh Allah SWT. sama halnya nama kitab suci sebelumnya, yaitu Zabur (Nabi Dawud as.), Taurat (Nabi Musa as.) dan Injil (Nabi Isa as.).
Menurut Abu Syuhbah dalam kitabnya yang berjudul al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim, dari kelima pendapat tersebut diatas, pendapat pertamalah yang paling tepat yakni menurut Al-Lihyany yang menyatakan bahwa kata al-Qur’an merupakan kata bentukan (isytiqaq) dari kata قَرَأَdan pendapat inilah yang paling masyhur.
Ditinjau dari pengertian secara terminologi/istilah, para ulama’ juga berbeda-beda pendapat dalam mendefinisikan al-Qur’an. Perbedaan itu terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang dan perbedaan dalam menyebutkan unsur-unsur, sifat-sifat atau aspek-aspek yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri yang memang sangat luas dan komprehensif. Semakin banyak unsur dan sifat dalam mendefinisikan al-Qur’an, maka semakin panjang redaksinya. Namun demikian, perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat prinsipil, justru perbedaan pendapat tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain, sehingga jika pendapat-pendapat itu digabungkan, maka pemahaman terhadap pengertian al-Qur’an akan lebih luas dan komprehensif.
Beberapa pendapat ulama’ mengenai definisi al-Qur’an secara istilah, diantaranya adalah :
1. Syeikh Muhammad Khudhariy Beik
Dalam kitab Tarikh at-Tasyri’ al-Islam, Syeikh Muhammad Khudhary Beik mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut:
اَلْقُرْءَانُ هُوَ اللَّفْظُ الْعَرَبِيُّ الْمُنَزَّلُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلتَّدَبُّرِ وَالتَّذَكُّرِ الْمَنْقُوْلُ مُتَوَاتِرًا وَهُوَ مَا دَفَّـتَيْنِ الْمَبْدُوْءُ بِسُوْرَةِ الْفَـاتِحَةِ وَالْمَخْتُوْمُ بِسُوْرَةِ النَّـاسِ
Artinya:
Al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah) yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada Muhammad SAW., untuk dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.
2. DR.Subkhi Shalih
DR. Subkhi Shalih mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut :
اَلْقُرْءَانُ هُوَ الْكِتَابُ الْمُعْجِزُ الْمُنَزَّلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلُ عَلَيْهِ بِالتَّوَاتُرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلاَوَتِهِ
Artinya:
Al-Qur’an adalah kitab (Allah) yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang disampaikan secara mutawatir, dan bernilai ibadah membacanya.
3. Syeikh Muhammad Abduh
Sedangkan Syeikh Muhammad Abduh mendefinisikan al-Qur’an dengan pengertian sebagai berikut :
اَلْكِتَابُ هُوَ الْقُرْءَانُ الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ الْمَحْفُوْظُ فِيْ صُدُوْرِ مَنْ عَنَى بِحِفْظِهِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya:
Kitab (al-Qur’an) adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang terpelihara di dalam dada orang yang menjaga(nya) dengan menghafalnya (yakni) orang-orang Islam.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa unsur dalam pengertian al-Qur’an sebagai berikut :
1. Al-Qur’an adalah firman atau kalam Allah SWT.
2. Al-Qur’an terdiri dari lafaz berbahasa Arab
3. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang mengandung mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril.
5. Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawatir (berkesinambungan).
6. Al-Qur’an merupakan bacaan mulia dan membacanya merupakan ibadah.
7. Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf, yang diawali dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas
8. Al-Qur’an senantiasa terjaga/terpelihara kemurniannya dengan adanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafal al-Qur’an.
B. BEBERAPA NAMA AL-QUR’AN
Al-Qur’an bukanlah satu-satunya nama yang diberikan Allah SWT. terhadap kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut Az-Zarkasyi dan As-Sayuthy dalam kitab Al-Itqan menyebutkan bahwa al-Qur’an mempunyai 55 nama. Bahkan dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, disebutkan ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an. Namun, jika diperhatikan dan dicermati lebih lanjut berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an secara redaksional, maka akan didapatkan beberapa nama saja, yang lainnya bukanlah nama melainkan hanya sifat, fungsi atau indikator al-Qur’an saja.
Inilah beberapa nama yang terkenal bagi kitab suci al-Qur’an berikut ayat-ayat yang menjelaskannya :
1. Al-Qur’an (اَلْقُرْءَانُ)
Al-Qur’an merupakan nama yang termasyhur dan paling sering dilekatkan pada kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, al-Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca. Sedangkan beberapa ayat yang di dalamnya terdapat nama al-Qur’an adalah sebagai berikut :
•• (البقرة : ۱٨۵)
Artinya :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…..” (QS. al-Baqarah/2: 185)
(الأعراف : ۲۰٤)
Artinya :
“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (QS. al-A’raf/7: 204)
(طـه : ٢)
Artinya :
“Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS. Thaha/20: 2)
Masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya terdapat nama al-Qur’an, seperti : QS. Yunus/10: 37, QS. al-Hijr/15: 87, QS. an-Nahl/16: 97, QS. al-Hijr/17: 9, QS. al-Hasyr/59: 21, QS. al-Buruj/85: 21, dan lain sebagainya.
2. Al-Kitab (اَلْكِتَابُ)
Al-Kitab adalah salah satu nama bagi kitab suci al-Qur’an. Al-Qur’an sering disebut sebagai Kitabullah artinya kitab suci Allah. Al-Kitab juga bisa diartikan yang ditulis.
Sedangkan ayat Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata Al-Kitab sebagai nama bagi Al-Qur’an yaitu :
(البقرة : ٢)
Artinya :
“Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (al-Baqarah/2: 2)
•
(ال عمران :٣)
Artinya :
“Dia menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS.Ali ‘Imran/3: 3)
3. Al-Furqan (اَلْفُرْقَانُ)
Al-Furqan artinya pembeda, maksudnya yang membedakan antara yang haq dan yang batil. Al-Furqan merupakan salah satu nama al-Qur’an, sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Furqan/25: 1.
• • (الفرقان: ۱)
Artinya :
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS. al-Furqan/25: 1)
4. Adz-Dzikr (اَلذكْرُ)
Adz-Dzikr berarti pemberi peringatan, maksudnya yang memberi peringatan kepada manusia. Ayat yang menyebutkan adz-Dzikr sebagai nama lain kitab al-Qur’an adalah :
• (الحجر:٩)
Artinya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. al-Hijr/15: 9)
5. At-Tanzil (اَلتَّنْزِيْلُ)
At-Tanzil artinya yang diturunkan, maksudnya al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaan malaikat Jibril as. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. At-Tanzil sebagai nama lain al-Qur’an dikemukakan oleh DR. Shubhi as-Shalih, sebagaimana termaktub dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi :
(الشعراء : ۱۹۲)
Artinya :
“Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam” (QS. asy-Syu’ara/26: 192)
C. KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
Sebelum memahami tentang kemu’jizatan al-Qur’an (I’jazul Qur’an) terlebih dahulu akan kalian fahami tentang apakah yang dimaksud mu’jizat serta ruang lingkup seputar mu’jizat.
1. Pengertian Mu’jizat
Secara bahasa kata Mu’jizat berbentuk isim fa’il yang berasal dari kata :
اَعْجَزَ – يُعْجِزُ – اِعْجَازً – مُعْجِزٌ / مُعْجِزَةٌ
yang berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Mu’jizat juga diartikan sebagai yaitu sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan (sesuatu yang luar biasa).
Secara istilah, Manna’ Qaththan mendefinisikan mukjizat sebagai berikut:
اَلْمُعْجِزَةُ هِيَ اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَـادَةِ مَقْرُوْنٌ بِالتَّحَدِّى سَالِمٌ عَنِ الْمُعَارَضَةِ
Artinya:
Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.
Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah SWT. kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah SWT. Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka.
Umumnya mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya, zaman Nabi Musa as. adalah zaman keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa as. adalah zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak atau kusta, serta menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi Muhammad SAW. adalah zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah al-Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak ada seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan al-Qur’an.
2. Syarat-syarat Mu’jizat
Syarat-syarat mu’jizat menurut para ulama’ ada 5 (lima), bila kelima-limanya tidak terpenuhi, maka tidak dinamakan mu’jizat, yaitu :
a. Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh siapapun selain Allah SWT
b. Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam
c. Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku membawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya
d. Mu’jizat terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mu’jizat tersebut
e. Tidak ada seorang manusiapun, bahkan jin sekalipun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.
Kelima syarat tersebut di atas bila terpenuhi, maka suatu hal yang timbul di luar kebiasaan adalah merupakan mu’jizat yang menyatakan atas kenabian atau kerasulan orang yang mengemukakannya dan mu’jizat akan muncul dari tangannya.
3. Macam-macam Mu’jizat
Mu’jizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Mu’jizat Hissi, ialah mu;jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai dan ditangkap oleh panca indera. Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga disebut mu’jizat inderawi.
Mu’jizat hissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan di masa tertentu.
b. Mu’jizat ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau dengan kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini melainkan orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus menggunakan akal fikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat ‘aqli atau mu’jizat rasional.
Berbeda dengan mu’jizat hissi, mu’jizat ma’nawi bersifat universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman.
4. Pengertian I’jazul Qur’an
Apabila kata mu’jizat dilekatkan dengan kitab suci al-Qur’an, maka ia bisa memiliki dua konotasi. Pertama, lemahnya manusia untuk merumuskan suatu ungkapan atau kalimat yang dapat menandingi ayat-ayat al-Qur’an, baik secara individual maupun secara kolektif. Kedua, ia mempunyai sifat menantang manusia dan jin untuk membuat semacam al-Qur’an, sampai munculnya kesadaran mereka untuk mengakui kelemahan diri sendiri ketika berhadapan dengan ayat-ayat al-Qur’an.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud I’jazul Qur’an adalah menetapkan kelemahan manusia dan jin baik secara individual maupun kolektif untuk mendatangkan semisal al-Qur’an.
Mu’jizat al-Qur’an bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pada manusia bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT. dan sekaligus merupakan bukti kerasulan Muhammad SAW.
Dalam hal ini Imam al-Suyuti, sebagaimana dikutip oleh Dr. Syahrin Harahap, MA., mengungkapkan bahwa :
“Adanya i’jaz al-Qur’an itu ada kaitannya dengan persepsi yang salah dari pihak orang Arab terhadapnya. Sehingga al-Qur’an memberi jawaban terhadap persepsi mereka yang keliru itu, dengan cara nenawarkan agar mereka menunjukkan kekuatan argumentasi dan kebenarannya. Akan tetapi orang Arab sama sekali tidak dapat membuktikan kebenaran mereka, sementara al-Qur’an secara meyakinkan menunjukkan kebenarannya. Disinilah letak i’jaz (kemu’jizatan) al-Qur’an itu.”
5. Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an
Kemu’jizatan al-Qur’an sesungguhnya terdapat dalam dirinya sendiri. Tegasnya kemu’jizatan al-Qur’an ada dalam kandungannya, bukan di luarnya. Jadi, kitab suci ini tidak membutuhkan keterangan lain di luar dirinya untuk membuktikan bahwa ia adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar ada dua aspek kemu’jizatan al-Qur’an yaitu:
a. Gaya Bahasa (Uslub)
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat al-Qur’an memakai bahasa dan lafadz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan mereka tidak mampu membuat seperti itu (meniru al-Qur’an). Mereka tidak pernah mampu untuk menandinginya dan putus asa lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk Islam. Contoh dalam sejarah diterangkan bahwa Umar bin Khattab ra. menyatakan diri masuk Islam setelah mendengar ayat-ayat pertama surat Thaaha, dan masih banyak contoh lainnya. Inilah bukti kemu’jizatan al-Qur’an dari segi bahasanya.
Uslub al-Qur’an sangatlah indah. Keindahan uslub al-Qur’an benar-benar telah membuat orang-orang Arab dan atau luar Arab kagum dan terpesona. Di dalam al-Qur’an terkandung nilai-nilai istimewa di mana tidak akan terdapat dalam ucapan manusia menyamai isi yang terkandung di dalamnya.
Al-Qur’an dalam uslubnya yang menakjubkan mempunyai beberapa keistimewaan-keitimewaan, diantaranya :
1) Kelembutan al-Qur’an secara lafdhiah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasanya.
2) Keserasian al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan al-Qur’an
3) Sesuai dengan akal dan perasaan, dimana al-Qur’an memberikan doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus
4) Keindahan dalam kalimat serta beraneka ragam bentuknya, yaitu satu makna diungkapkan dalam beberapa lafadz dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya indah dan halus
5) Al-Qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal) dan bentuk yang terperinci (tafshil)
6) Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang dikemukakan)
Disamping itu, hal lain yang dapat dicatat dari kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek bahasa adalah ketelitian, kerapihan dan keseimbangan kata-kata yang digunakannya. Hal itu dapat dilihat pada bukti-bukti sebagai berikut:
1) Ketelitian dalam pengungkapan kata-kata
Suatu surat yang diawali dengan huruf-huruf tertentu, di dalamnya selalu terdapat bahwa huruf-huruf itu, dalam jumlah rata-rata, lebih banyak dan berulang jika dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya. Misalnya :
a) Dalam surat Qaf, dapat ditemukan huruf qaf berulang-ulang dalam jumlah rata-rata lebih banyak dari jumlah huruf lainnya. Jumlah rata-rata huruf qaf yang terbanyak di dalam surat Qaf itu ternyata juga merupakan jumlah huruf qaf yang terbanyak pula dibandingkan dengan jumlah huruf qaf yang terdapat di dalam surah-surah lainnya dalam al-Qur’an.
b) Demikian pula dengan huruf alif, lam dan mim yang mengawali surah al-Baqarah. Jumlah masing-masing huruf tersebut ternyata lebih banyak daripada huruf-huruf yang lain. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
- Huruf alif berulang sebanyak 4.592 kali
- Huruf lam berulang sebanyak 3.204 kali
- Huruf mim berulang sebanyak 2.195 kali
c) Demikian halnya huruf alif, lam dan mim yang mengawali surah Ali ‘imran:
- Huruf alif berulang sebanyak 2.578 kali
- Huruf lam berulang sebanyak 1.885 kali
- Huruf mim berulang sebanyak 1.251 kali
d) Demikian halnya huruf alif, lam dan mim yang mengawali surah al-‘Ankabut :
- Huruf alif berulang sebanyak 784 kali
- Huruf lam berulang sebanyak 554 kali
- Huruf mim berulang sebanyak 344 kali
Dan masih banyak bukti lainnya dalam surah-surah yang lain di dalam al-Qur’an.
2) Keseimbangan penggunaan kata-kata
Dalam al-Qur’an terlihat pula keseimbangan kata-kata yang digunakan secara simetris, misalnya :
a) Kata اَلْحَيَاةُ berjumlah 145 kali, sama dengan kata اَلْمَوْتُ yang berjumlah 145 kali
b) Kata اَلدُّنْيَا berjumlah 115 kali, sama dengan kata اَلأَخِرَةُ yang berjumlah 115 kali
c) Kata مَلاَئِكَةٌ berjumlah 88 kali, sama dengan kata شَيْطَانٌ yang berjumlah 88 kali
d) Kata نَصَائِبُ berjumlah 75 kali, sama dengan kata شُكُوْرٌ yang berjumlah 75 kali
e) Kata زَكَاةٌ berjumlah 32 kali, sama dengan kata بَرَكَةٌ yang berjumlah 32 kali
3) Misteri angka 19
Pada sisi lain dapat dilihat pula kerapihan penyusunan kata-kata itu pada angka 19, yakni jumlah huruf yang terdapat pada kalimat basmalah. Kalimatبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ terdiri dari 19 huruf dan setiap katanya terulang 19 kali dalam surah-surah al-Qur’an, atau beberapa kali kelipatan angka 19, dengan penjelasan sebagai berikut :
a) Kata اِسْم berulang 19 kali di dalam al-Qur’an
b) Kata اللهِ berulang 2698 kali, itu berarti = 19X142
c) Kata الرَّحْمَنِ berulang 57 kali, itu berarti = 19X3
d) Kata الرَّحِيْمِ berulang 144 kali, itu berarti = 19X6
Disamping itu semua huruf terpisah yang mengawali surah-surah (fawatihus-suwar) berulang dalam hasil jumlah kali lipat angka 19. Perhatikan contoh-contoh berikut ini :
a) Huruf qaf dalam surah Qaf berulang 57 kali, berarti = 19X3
b) Huruf kaf, ha’, ya’, ‘ain, dan shad yang mengawali surah Maryam, berulang sebanyak 789 kali, berarti = 19X42
c) Huruf nun dalam surah al-Qalam berulang sebanyak 133 kali, berarti = 19X7
d) Huruf ya dan sin yang mengawali surah yasin, dalam surah tersebut berulang sebanyak 285 kali, berarti = 19X15, dan sebagainya.
Ini membuktikan bahwa sedemikian rapi, teliti dan seimbangnya huruf dan kata yang digunakan dalam al-Qur’an.
b. Isi Kandungannya
Dilihat dari isi kandungannya, kemu’jizatan al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
1) Al-Qur’an mengungkapkan berita-berita yang bersifat ghaib.
Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam al-Qur’an dapat dipilah menjadi 2 (dua) yaitu :
Pertama, berita menyangkut masa lalu. Sebagai contohnya : kisah Nabi Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as, Nabi Musa as. dan kisah lain di masa lalu. Salah satu contoh lainnya sebagaimana diungkapkan dalam QS. Yunus/10: 92
• •• (يونس : ۹۲)
Artinya :
“Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”. (QS. Yunus/10 : 92)
Ayat tersebut menceritakan tentang Fir'aun yang diawetkan dengan cara dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang. Hal itu bersifat ghaib, karena tidak ada orang yang mengenalnya. Akan tetapi berita al-Qur’an itu ternyata terbukti kebenarannya kemudian.
Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di dunia maupun di akhirat, misalnya:
(الروم : ۱-۳)
Artinya
“Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang” (QS. ar-Rum/30: 1-3)
Ayat tersebut menceritakan tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Padahal ketika ayat ini diturunkan, belum terjadi peperangan yang dimaksudkan ayat tersebut. Akan tetapi kebenaran berita itu terbukti sembilan tahun kemudian.
Berita ghaib menyangkut masa yang akan terjadi lainnya, misalnya berita tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar dijelaskan dalam QS. Al-Qamar/54: 45, peristiwa Fathu Makkah dijelaskan dalam QS. Al-Fath/48: 27, dan sebagainya.
2) I’jazul ‘ilmi, yakni kemu’jizatan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an mengungkapkan isyarat-isyarat rumit terhadap ilmu pengetahuan sebelum pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya. Kemudian terbukti bahwa al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan baru yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Hal ini seperti diisyaratkan oleh Allah SWT dalam QS. Fushshilat ayat 53.
• (فصلت : ۵۳)
Artinya :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat/41:53)
Banyak ayat al-Qur’an yang mengungkapkan isyarat tentang ilmu pengetahuan, seperti: terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap benda, perbedaan sidik jari manusia, berkurangnya oksigen di angkasa, khasiat madu, asal kejadian alam semesta, penyerbukan dengan angin, dan masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmu pengetahuan yang bersifat potensial, yang kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern.
Salah satu isyarat ilmu pengetahuan tersebut adalah mengenai perbedaan sidik jari manusia yang dapat ditemukan dalam QS. al-Qiyamah/75: 3-4 sebagai berikut:
(القيامة : ۳-٤)
Artinya :
3.Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4.Bukan demikian, Sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna” (QS. Al-Qiyamah/75 : 3-4)
3) Al-Qur’an memberikan aturan hukum atau undang-undang yang bersifat universal, mencakup segala urusan hidup dan kehidupan manusia.
Secara lebih rinci, Prof. Dr. H. Said Husin al-Munawar, MA. memberikan rumusan mengenai aspek-aspek kemu’jizatan al-Qur’an sebagai berikut :
a. Susunan bahasa yang sangat indah, berbeda dengan setiap susunan bahasa yang ada dalam bahasa orang-orang Arab
b. Adanya uslub yang luar biasa, berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab
c. Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang seperti al-Qur’an
d. Bentuk undang-undang yang detail dan sempurna yang melebihi setiap undang-undang buatan manusia
e. Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu
f. Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya
g. Menepati janji dan ancaman yang telah dikabarkan di dalamnya
h. Memenuhi segala kebutuhan manusia
i. Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuh (orang yang menentangnya)
6. Perbedaan Bentuk Mu’jizat Nabi Muhammad SAW. dengan Mu’jizat Nabi-Nabi Terdahulu
Dilihat dari aspek kemu’jizatannya, al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. merupakan mu’jizat ma’nawi, dimana untuk memahami dan mencapai kemu’jizatan al-Qur’an harus dengan menggunakan akal fikiran yang rasional dan kecerdasan hati. Al-Qur’an adalah merupakan satu-satunya mu’jizat ma’nawi yang hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. yang tidak dimiliki oleh para Nabi dan Rasul sebelum beliau. Al-Qur’an adalah mu’jizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad SAW. yang berlaku kekal sampai akhir zaman kelak.
Disamping mu’jizat al-Qur’an yang bersifat ma’nawi, sebenarnya Nabi Muhammad SAW. juga diberi mu’jizat hissi. Misalnya : jari-jari beliau bisa mengeluarkan air pada saat sahabat-sahabat beliau kehausan, beliau bisa membelah bulan menjadi dua hanya dengan menggunakan jari yang ditunjukkan ke bulan untuk memenuhi tantangan orang kafir, dan masih ada beberapa mu’jizat hissi lainnya yang diberikan Allah SWT. kepada beliau.
Berbeda halnya dengan Nabi Muhammad SAW. yang mendapat mu’jizat hissi dan ma’nawi, para Nabi dan Rasul sebelum beliau umumnya mendapat mu’jizat hissi saja. Di dalam al-Qur’an banyak digambarkan mengenai mu’jizat-mu’jizat yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu tersebut. Diantaranya adalah :
a. Mu’jizat Nabi Nuh as. berupa kemampuan untuk membuat kapal yang sangat besar untuk menampung dan menyelamatkan kaum yang beriman dari banjir besar, padahal saat itu sama sekali belum dikenal cara pembuatan kapal. Hal ini dijelaskan dalam QS. Hud/11: 37-38
• • (هود : ۳٧-۳۸)
Artinya :
37. “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
38 .Dan mulailah Nuh membuat bahtera. dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya Kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (Kami).” (QS. Hud/11: 37-38)
b. Mu’jizat Nabi Ibrahim as. berupa keistimewaan tidak hangus dibakar dalam api yang menjilat-jilat oleh raja Namruz. Hal ini digambarkan dalam QS. al-Anbiya’/21: 68-69 sebagai berikut:
(الأنبياء : ٦٨-٦٩)
Artinya :
68. ”Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".
69. Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS. al-Anbiya’/21: 68-69)
c. Mu’jizat Nabi Musa as. yaitu berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular besar untuk mengalahkan tukang-tukang sihir Fir’aun yang menyihir tali menjadi ular-ular kecil. Di samping itu tongkat beliau tersebut juga bisa menimbulkan 12 sumber mata air yang memancar ketika dipukulkan kepada sebuah batu pada saat beliau memohon air minum untuk kaumnya sebanyak 12 suku. Sebagaimana digambarkan dalam QS. al-A’raf/7: 107 dan QS. al-Baqarah/2: 60
(الأعراف: ۱۰٧)
Artinya :
“Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.” (QS. al-A’raf/7: 107)
• • (البقرة :٦٠)
Artinya :
“Dan (Ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku Telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS.al-Baqarah/2: 60)
d. Mu’jizat Nabi Dawud as. berupa kemampuan untuk melunakkan besi dengan tangan beliau, sehingga bisa dibentuk sedemikian rupa menjadi baju besi dan senjata untuk dapat mengalahkan raja Jalut. Hal ini dijelaskan dalam QS. Saba’/34:10-11.
• • • (السباء:١٠)
Artinya :
10. “Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan kami Telah melunakkan besi untuknya,
11. (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba’/34:10-11)
e. Mu’jizat Nabi Sulaiman as. berupa kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa binatang, seperti burung hud-hud dan semut. Sebagaimana digambarkan dalam QS.an-Naml/27: 16-18.
•• • • • • • (النمل:١٦-١٨)
Artinya :
16. “Dan Sulaiman Telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai manusia, kami Telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) Ini benar-benar suatu kurnia yang nyata".
17. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
18. Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" (QS.an-Naml/27:16-18)
f. Mu’jizat Nabi Isa as. berupa kemampuan untuk membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan penyakit sopak atau kusta, dan dapat menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah SWT. Seperti yang digambarkan dalam QS. Ali ‘Imran/3: 49
• (ال عمران:٤٩)
Artinya :
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang Berkata kepada mereka): "Sesungguhnya Aku Telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; Kemudian Aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan Aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (QS.Ali ‘Imran/3: 49)
Demikian beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang mu’jizat para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. yang kesemuanya berbentuk mu’jizat hissi.
D. KEOTENTIKAN AL-QUR’AN
Allah SWT. menegaskan akan senantiasa menjaga atau memelihara kesucian, kemurniaan dan keotentikan kitab suci al-Qur’an. Hal ini dapat telah dijelaskan dalam QS.al-Hijr ayat 9.
• (الحجر:٩)
Artinya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS.Al-Hijr/15: 9)
Sejak diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan kautentikan al-Qur’an akan senantiasa terjaga. Hal ini disebabkan karena kemu’jizatan yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri, baik dari aspek bahasa dan uslubnya maupun dari aspek isi kandungannya yang memang terbukti tak satupun manusia yang dapat meniru atau mendatang semisal-nya.
Dalam hal terjaganya kemurnian dan kautentikan al-Qur’an ini, al-Qur’an mengajukan tantangan terutama kepada orang-orang kafir dan siapapun yang meragukan kebenarannya. Mereka menuduh bahwa al-Qur’an hanyalah sejenis mantera-mantera tukang tenung dan kumpulan syair-syair. Mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad SAW. Tantangan al-Qur’an diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut :
1. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung dalam QS. at-Thur ayat 33-34
(الطور: ٣٣-٣٤)
Artinya :
33.Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman.
34.Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. (QS. at-Thur/52: 33-34)
Pada ayat lain ditegaskan bahwa manusia (dan jin) tidak akan pernah mampu untuk mendatangkan semisal al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Isra’ ayat 88
(الإسراء: ٨٨)
Artinya :
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS.Al-Isra’/17: 88)
2. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam QS. Yunus ayat 38
(يونس: ۳٨)
Artinya :
“Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS.Yunus/10: 38)
3. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan satu surah saja semisal al-Qur’an. Hal ini terkandung dalam QS. al-Baqarah ayat 23.
• (البقرة: ۲۳)
Artinya :
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS.al-Baqarah/2: 23)
Dari ketiga tantangan tersebut terbukti bahwa ternyata tidak ada yang dapat mendatangkan atau membuat yang serupa dengan al-Qur’an, karena memang al-Qur’an bukan buatan manusia, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT.
Dari informasi sejarah juga telah terbukti bahwa al-Qur’an terjaga kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan. Hal ini disebabkan karena banyak diantara umat Islam yang menjaganya dengan kekuatan hafalan mereka. Dan ternyata kekuatan hafalan ini pulalah yang menjadi jaminan penguat dalam menjaga kemurnian dan keautentikan al-Qur’an tersebut.
Al-Qur’an diturunkan selama lebih kurang 23 tahun secara berangsur-angur. Kala itu banyak sahabat Nabi SAW. yang menghafal al-Qur’an, disamping juga setiap kali turun ayat, maka ayat tersebut ditulis dalam media yang sangat sederhana, seperti : tulang, batu, pelepah daun kurma, kulit binatang, dan lain-lain. Hingga pada masa khalifah Usman bin ‘Affan ra. al-Qur’an di”bukukan” dalam bentuk mushaf, kekuatan hafalanlah yang menjadi satu unsur terpenting dalam menjaga kemurnian dan keotentikan al-Qur’an. Singkatnya, kemurnian dan keotentikan al-Qur’an terletak pada kemu’jizatan al-Qur’an yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, dan adanya kekuatan hafalan orang-orang Islam yang juga berperan dalam menjaga keotentikannya. Dan sejarah telah membuktikannya.
Belum ada Komentar untuk "AL QUR'AN HADIST KELAS 10 : AL-QUR'AN KITABKU"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...