MATERI BIOLOGI KELAS 10 : EKOSISTEM

E K O S I S T E M
a.         Pengertian dan definisi ekosistem
Istilah ekosistem pertamakali diusulkan oleh ahli ekologi Inggris A. G. Tansley pada tahun 1935. Suatu ekositem terdiri dari semua organisme yang hidup dalam suatu komunitas dan juga semua faktor-faktor abiotik yang berinteraksi dengan or-ganisme tersebut.
Hal ini berarti bahwa baik dalam struktur maupun dalam fungsi komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan, se-bagai suatu konsekuensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka kompo-nen lainnya secara lambat atau cepat juga ikat terpengaruh. Sebagai tingkatan yang paling tinggi, suatu ekosistem melibatkan proses aliran energi dan siklus materi di dalamnya. Seperti halnya dengan populasi dan komunitas, batas ekosistem umum-nya tidak jelas.
Ekosistem merupakan suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur hayati (organisme) dan non hayati (materi), dimana kedua unsur saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya membentuk suatu sistem yang disebut sistem ekologi. Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982, tentang Lingkungan Hidup dirumuskan definisi ekosistem : ” Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh me-nyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Di da-lam ekosistem terdapat mahluk hidup (tumbuhan, hewan, mikroorganisme, manu-sia) dan lingkungannya.
Sedangkan pengertian ekosistem adalah oikos (eco) yang berarti rumah/tem-pat hidup, dan kata “sistem” dalam istilah “ekosistem” memperlihatkan kesatuan dan keterpaduan yang utuh dari subsistem-subsistem. Subsistem dapat terdiri lagi dari subsistem-subsistem lain yang saling tergantung dan mempengaruhi satu sama lain. Menurut pengertian suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja se-cara teratur sebagai suatu kesatuan, ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Dengan formu-lasi demikian, maka bumi dapat di pahami sebagai sistem yang terdiri dari kompo-nen-komponen yaitu manusia, udara, air, tanah, flora, fauna dan lingkungan.
Ekosistem merupakan tingkatan organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan ling-kungannya. Disini tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang bersiklus dalam sistem serta aliran energi yang menjadi sumber kekuatan. Energi dan materi didapatkan mahluk hidup dari lingkungan abio-tiknya. Materi dan energi yang berasal dari lingkungan abiotik nantinya kembali lagi ke lingkunan abiotik. Jadi konsep ekosistem menyangkut semua hubungan dalam komunitas dan juga semua hubungan antara komunitas dan lingkungan abiotiknya.
Ukuran dari suatu ekosistem sangat bervariasi, yang terbesar hampir hampir meliputi seluruh permukaan bumi yang sudah tentu terdiri dari flora, fauna, mikroor-ganisme yang saling berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang disebut “BIO-SFER”, dan ada pula yang menyebutnya sebagai “EKOSFER”. Sedangkan ukuran yang lebih kecil kita mengenal hutan, sawah, kolam, laut dan danau, dsb. Pada situasi tertentu ekosistem mempunyai batas-batas yang jelas seperti ekosistem pulau, hutan, taman, kolam, danau dsb, tetapi secara keseluruhan sulit untuk menentukan batas-batas dari suatu ekosistem, sehingga batas-batas ekosistem sering ditentukan secara buatan atau abstrak, untuk lebih memudahkan dalam kajiannya.Dari ekosistem da-pat dipelajari fungsi-fungsi organisme dengan lingkungannya, tidak hanya sekedar memahami bentuk hidup dari tumbuhan dan hewannya.

b.         Sistem terbuka dan sistem tertutup
Ada dua bentuk dasar dari sistem, yaitu sistem tertutup yang ditandai dengan tidak adanya energi atau materi yang menyeberang perbatasan luar dari sistem, dan sistem terbuka dimana energi dan materi menyeberang sistem perbatasan (baik ma-sukmaupun keluar sistem)
1.           Ekosistem Tertutup

AB

BC

C
= batas sistem
                                                                                                                                                = komponen
                                                                                                                                                = Interaksi


2.           Ekosistem Terbuka

Trought - Put

AB

BC

CI

In-PutO

Out-Put
 







-                   Energi dan materi yang diterima oleh sistem terbuka disebut masukan (IN-PUT)
-                   Kehilangan energi dan atau materi dari sistem terbuka disebut keluaran (OUT-PUT)
-                   Pertukaran energi dan materi di antara komponen dalam sistem dikenal sebagai “THROUGH-PUT”
Dengan pengecualian sistem alam secara keseluruhan termasuk ekosistem terbuka.

c.        kOMPONEN PEMBENTUK EKOSISTEM
Pada setiap ekosistem memiliki suatu tingkatan struktur tropik (trophic structu-re), yang terjadi melalui proses hubungan makan-memakan. Berdasarkan atas fung-sinya, komponen dalam ekosistem dibagi dua kelompok utama yaitu :
a.             Komponen autotrofik (autos = sendiri ; trophikos = menyediakan makanan) me-rupakan organisme yang mampu mensintesis makanannya (bahan organik) dari bahan anorganik melalui proses fotosintesa ataupun kemosintesa menjadi bahan organik, contohnya tumbuhan makroalgae dan mikroalgae dan beberapa spesi-es bakteri.
b.           Komponen heterotrofik (hetero = berbeda, lain) : organisme yang tidak mam-pu mensitesis bahan anorganik menjadi organik, sehingga bahan makanannya bergantung dari bahan organik yang disintesis oleh organisme lain. Contohnya organisme heterotrofik adalah hewan, ja-mur, cendawan dan manusia.
Para ahli ekologi membagi spesies dalam suatu komunitas atau ekosistem ke dalam tingkat-tingkat tropik berdasarkan nutriennya. Secara mendasar setiap ting-katan tropik akan mendukung tingkatan lainnya dalam suatu ekosistem, yang terdiri dari :
1.             Produsen primer (primary producer), merupakan organisme autotrofik yang se-bagian besar adalah organisme fotosintetik, berupa tumbuhan berklorofil, fito-plankton dan beberapa jenis bakteri, yang memanfaatkan energi sinar matahari untuk mensintesis gula dan senyawa organik lainnya. Yang kemudian digunakan oleh produsen primer sebagai bahan bakar untuk respirasi selluler sebagai ba-han pembangun untuk pertumbuhan.
2.             Konsumen, merupakan organisme heteroptofik, yang memanfaatkan bahan or-ganik yang dihasilkan oleh produsen primer sebagai bahan makanannya atau sumber energinya.

Konsumen dapat dibagi atas 2 berdasarkan ukurannya, yaitu :
a.             Makro-konsumen (fagotrof), adalah organisme heterotrofik yang mencerna-kan organisme-oranisme lain  atau bahan organik.
-            Konsumen primer (herbivor) : organisme yang memanfaatkan bahan orga-nik secara langsung dari produsen primer
-            Konsumen sekunder (karnivora = tingkat 1) : organisme yang memanfaatkan bahan organik yang berasal dari konsumen primer (herbivora).
-            Konsumen tersier (karnivora tingkat 2 ) : organisme yang memanfaatkan ba-han organik yang berasal dari konsumen sekunder.
-            Konsumen kuartener (karnivora tingkat 3) : organisme yang memanfaatkan bahan organik yang berasal dari konsumen tersier, sebagai bahan sumber energi dan untuk pertumbuhannya.
-            Konsumen segala (omnivora) : kelompok organisme yang dapat menem-pati semua tingkatan konsumen.
b.           Mikro-konsumen (saprotof) : organisme heterotrofik terutama bakteri dan jamur, yang merombak senyawa organik kompleks dari organisme lainnya dan menghasilkan bahan anorganik yang dapat digunakan oleh produsen. Jenis konsumen yang memanfaatkan senyawa kompleks berupa deritus dise-but sebagai detritivora atau dekomposer (pengurai ).

D.       PROSES-PROSES dasar dalam ekosistem
Di alam setiap organisme akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya yang tak terpisahkan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain yang mem-bentuk suatu sistem. Di dalam sistem tersebut terdapat dua aspek penting dan men-dasar yang menyebabkan terjadinya interaksi yaitu aliran energi dan siklus materi, yang terjadi dalam proses rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
1.           Aliran Energi dan Siklus Materi
Energi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha / kerja, energi ini sangat penting artinya bagi setiap organisme dalam melakukan aktivitas, dengan kata lain tanpa energi organisme tidak dapat melakukan kerja, karena itu untuk dapat hidup kita harus mendapatkan energi terus menerus. Energi tidak dapat dilihat, yang dapat dilihat adalah efek yang ditimbulkan energi tersebut, misalnya kita mengang-kat suatu benda, maka energi yang terpakai tidak nampak tetapi yang nampak ada-lah telah berpindahnya benda tersebut.
Energi yang memasuki permukaan bumi sebagai sinar diimbangi oleh energi yang meninggalkan permukaan bumi sebagai radiasi panas yang tidak nampak. In-tisari kehidupan merupakan suatu perpindahan, penimbunan, perubahan energi dan materi melalui proses misalnya partumbuhan, reproduksi, sintesis dan hubungan yang kompleks antar komponen-komponen dalam ekosistem. Tanpa pemindahan materi dan energi yang menyertai semua perubahan tersebut, tak akan mungkin ada kehidupan dan tidak dikenal pula adanya sistem-sistem ekologi. Sehingga pemeliha-raan dan pengembangan ekosistem dan segenap komponen-komponennya mutlak harus adanya energi.
Perilaku energi di alam bebas mengikuti hukum termodinamika, yaitu  :
-               Hukum Termodinamika I :
Energi dapat diubah dari suatu bentuk energi menjadi bentuk energi lain, tetapi energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan (Kekekalan energi).

Asas 1.
Semua energi yang memasuki organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat dihancurkan atau diciptakan

 







-               Hukum Termodinamika II :
Setiap terjadi perubahan bentuk energi, pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpusat menjadi bentuk energi yang terpencar (Entropi).

Asas 2.
Tidak ada sistem pengubahan energi di bumi yang betul-betul efisien

 





Setiap organisme hidup melakukan kegitan yang mengakibatkan pelepasan energi. Oleh karena itu setiap tingkat konsumen mendapat bagian yang lebih kecil dari energi semula yang ditangkap produsen. Energi penggerak sistem kehidupan pada hampir seluruh mahluk hidup berasal dari matahari, sedangkan materi sebagai unsur hara bagi organisme berasal dari bumi.

2.           Rantai Makanan
Konsep rantai makanan sangat praktis untuk membahas aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem, melalui hubungan saling makan yang lebih kompleks dan kalau hubungan saling makan ini disusun secara lengkap, akan didapatkan jaring-ja-ring makanan (Food web). Rantai makanan merupakan proses peralihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan, melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan. Dalam setiap pengalihan materi dan energi, sebagian energi terpencar sebagai panas, sehingga tidak ada proses aliran energi yang betul efisien 100%.
Semakin dekat jarak antar organisme (produsen) dengan organisme konsumen dalam ujung rantai makanan, maka semakin pendek rantai makanan dan semakin besar pula energi yang dapat disimpan dalam tubuhnya. Para ilmiawan ekologi me-ngenalkan tiga macam rantai makanan utama, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit dan rantai saprofit .
3. Jaring-jaring makanan
Jaring-jaring makanan tidak lain adalah rantai makanan yang melibatkan tidak hanya beberapa kelompok species organisme tetapi melibatkan banyak kelompok yang saling terkait satu sama lainnya yang sangat rumit. Energi dan materi merupa-kan landasan dunia jasad hidup, tidak ada satu organisme di alam ini yang dapat hi-dup sendiri. Suatu organisme, baru berarti jika ada organisme lainnya.
4. Siklus biogeokimia dalam ekosistem
Secara umum proses perpindahan dan perubahan materi di alam dari satu bentuk ke bentuk lain yang terjadi secara bersiklus, dan melibatkan unsur abiotik dan biotik disebut Siklus Materi atau Siklus Biogeokimia (melibatkan proses biologi, geologi dan kimia. Mata rantai mahluk hidup dalam siklus biogeokimia merupakan jaring-jaring kehidupan, yang tak terpisahkan dari unsur anorganik dalam lingkung-an. Aliran ini terjadi diantara tingkat trofik serta komponen biotik dan abiotik yang menggabungkan ekosistem dalam suatu unit fungsional. Unsur-unsur kimia, terma-suk unsur-unsur utama protoplasma cenderung untuk bersirkulasi dalam biosfir dengan pola tertentu, dari lingkungan ke organisme dan kembali lagi ke lingkungan. Kalau pola ini digambarkan maka kurang lebih akan berbentuk lingkaran, sehingga dikenal sebagai daur atau siklus. Ketika energi dilepaskan melaui proses respirasi, maka senyawa-senyawa yang terlibat akan mengalami degradasi, kemudian dile-paskan ke habitat, untuk digunakan kembali. Pergerakan unsur dan senyawa anor-ganik yang penting bagi kehidupan dikenal sebagai daur hara. Berdasarkan sum-bernya di alam, daur biogeokimia dapat dibagi ke dalam dua tipe, yaitu :
þ  Tipe gas, sumber utamanya adalah atmosfir dan lautan (hidrosfir), tipe ini relatif lebih sempurna disebabkan adanya pengendalian umpan balik negatif alam.
þ  Tipe sedimen, sumber utamanya adalah batuan bumi, tipe ini cenderung tidak sempurna karena lebih mudah terganggu, akibat bagian terbesar dari bahan ini dari sumber yang relatif kurang aktif dan tidak bergerak.
Secara umum di alam ini, dikenal ada empat siklus materi / unsur-yang sangat penting, yaitu siklus air (hidrologi), karbon, nitrogen, fosfor dan sulfur.
A.              Siklus Hidrologi
B.                Siklus Karbon

C.             Siklus Nitrogen

D.              Siklus Fosfor
E.               Siklus Sulfur

E.     KONSEP-KONSEP DASAR EKOSISTEM
1.                 Ekosistem adalah unik utama dalam ekologi, yang terdiri dari komponen-kom-ponen abiotik dan biotik, melalui komponen-komponen inilah terjadinya siklus materi dan aliran energi.
2.                 Dalam menunjang siklus dan aliran ini harus diperhitungkan sejumlah struktur yang memperlihatkan hubungan antara tanah, air, nutrisi, produsen, konsumen, dan pengurai.
3.                 Fungsi dari ekosistem adalah berkaitan dengan aliran energi dan siklus materi melalui struktur komponen-komponennya.
4.                 Jumlah energi yang mengalir melalui sistem alam tergantung pada jumlah ener-gi yang terfiksasi oleh tumbuhan sebagai produsen. Energi akan ditransforma-sikan dari tingkat tropfik satu ke tingkat tropik lainnya, akibatnya sebagaian energi akan hilang (keluar dari sistem) selama transformasi. Kejadian inilah yang membatasi jumlah dan massa organisme yang dapat dikelola pada setiap tingkat tropik.
5.                 Ekosistem berkecenderungan untuk menjadi matang, dalam hal ini da-ri yang kurang kompleks menjadi lebih kompleks, perubahan ini disebut SUKSESI. Ta-hapan awal dikarakterisasi oleh kelebihannya energi potensial dan aliran energi yang relatif cepat untuk setiap unit biomassa. Dalam ekosistem yang matang akan sedikit limbah dan akumulasi energi karena energi mengalir melalui sa-luran-saluran yang bercabang-cabang.
6.                 Bila ekosistem dieksploitasi dan dikelola, maka kematangannya akan menurun.
7.                 Unit fungsional utama ekosistem  adalah populasi, yang menempati suatu relung tertentu yang erat kaitannya dengan peranan populasi tsb, dalam aliran energi dan siklus materi.
8.                 Hubungan di antara populasi akan menghasilkan relung baru, sehingga terjadi akumulasi jenis dalam suatu ekosistem dan pengingkatan kematangan berkem-bang ke proses-proses kemandirian.
9.                 Relung fungsional dalam ekosistem tertentu tidak dapat secara simultan dan di-kuasai secara tidak terbatas oleh lebih dari satu poluasi jenis yang mandiri
10.         Lingkungan dan jumlah energi terfiksasi dalam suatu ekosistem adalah terbatas. Bila populasi mencapai limitnya maka jumlah akan stabil atau menurun sebagi akibat dari penyakit, kelaparan, produksi yang rendah, dsb.
11.         Perubahan atau fluktuasi lingkungan akibat eksploitasi dan kompetisi sesamanya menghadirkan tekanan selektif yang harus dipikul oleh populasi, organisme yang tidak mampu mengatasinya akan hilang, atau mungkin menurun popula-sinya untuk waktu tertentu.
12.         Ekosistem mempunyai aspek sejarah; masa sekarang berhubungan erat dengan masa lalu, dan masa yang akan datang berhubungan erat dengan masa seka-rang

F.  Kelentingan EKOSISTEM (Reselience)
Suatu sistem dalam ekosistem akan memberikan tanggapan terhadap suatu gangguan, baik gangguan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggapan ekosistem tersebut sesuai dengan keadaan kelentingan yang dimilikinya. Kelenting-an merupakan sifat dari suatu sistem yang memungkinkannya kembali pulih seperti keadaan semula (stabilitas), bahkan untuk menyerap dan memanfaatkan gangguan yang menimbulkan dinamika atau perubahan kecil.
Gangguan kecil terhadap suatu sistem dapat diserap secara berangsur-ang-sur, terutama apabila tidak ada tanda-tanda akan munculnya suatu batas-batas baha-ya. Dalam suatu sistem dengan kelentingan yang besar penyerapan gangguan itu akan mengubah stabilitas sistem ini. Sebaliknya sistem yang mempunyai kelentingan kecil, dapat berubah menjadi sistem baru.

G.  Daya Dukung (Carrying Capacity)
Batasan daya dukung yang berhubungan dengan populasi adalah jumlah individu atau populasi yang dapat didukung oleh satuan luas sumber daya dan ling-kungan yang dapat memberikan sumber daya dan lingkungan dalam keadaan se-jahtera.
Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung yang tinggi misalnya di lokasi yang landai dengan ketinggian yang rendah dari permukaan laut, suhu yang tinggi, tanah yang subur. Sebaliknya pada daerah daratan tinggi dengan suhu yang rendah, terjal dan tanah tidak subur, ekosistem tersebut daya dukungnya lebih rendah, rapuh dan mudah terganggu.
Daya dukung lingkungan merupakan batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi, di batas mana jumlah populasi itu tidak lagi dapat didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada. Ada organisme yang mempunyai strategi hidup sangat memperhatikan daya dukung lingkungan, organisme tersebut mampu menekan jumlah individu populasinya apabila jumlahnya sudah mendekati batas da-ya dukung lingkungannya dimana mereka hidup. Namun juga ada organisme yang tidak peduli dengan batas daya dukung lingkungannya dan mereka akan berkem-bang biak menurut nalurinya saja.
Dalam pengelolaan margasatwa, konsep daya dukung dalam hal ini merupa-kan jumlah individu yang dapat di dukung oleh suatu habitat. Sedangkan dalam pe-ngelolaan peternakan adalah jumlah individu hewan ternak yang dapat didukung oleh habitat dalam keadaan sehat dan kuat.

H.            Homeostasis Ekosistem
Ekosistem merupakan tingkatan organisasi di alam yang lebih tinggi dari ko-munitas, atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubungan keteraturan. Keteraturan ini terjadi oleh adanya arus siklus materi dan aliran energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem itu, dimana setiap komponen mempunyai fungsi. Keseimbangan itu tidak bersifat statis, melainkan dapat berubah-ubah (dinamis), perubahan ini dapat terjadi secara alamiah, maupun sebagai akibat perbuatan manusia. Keseimbangan dinamis tercapai akibat adanya proses pengaturan diri erhadap setiap perubahan dari energi dan materi yang masuk atau beredar dalam sistem
Dalam ekosistem terdapat suatu mekanisme keseimbangan yang dikenal de-ngan istilah HOMEOSTATIS (STEADY STATE), yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara ke-seluruhan. Keseimbangan ini diatur oleh berbagai faktor yang rumit dan didalamnya termasuk mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan hara makanan, pertumbuhan or-ganisme, produksi, dan dekomposisi bahan organik. Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap perubahan, tetapi biasanya batas mekanisme homeostatis tersebut dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan ma-nusia. Sebagai contoh sungai yang menerima limbah dan sampah yang tidak terlalu banyak, maka sungai dapat menjernihkan kembali airnya secara alami, sehingga air sungai dianggap tidak tercemar. Tetapi bila limbah dan sampah yang masuk itu ba-nyak dan kontinyu, apalagi mengandung bahan beracun, maka batas homeostasis alami sungai akan terlampaui, sehingga mungkin saja sistem sungai tersebut tidak memiliki lagi sistem homeostasis alami dan secara permanen airnya berubah atau rusak sama sekali.
Ekosistem memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi manusia un-tuk dipelajari dalam mengelola dan pelestarian lingkungan. Informasi dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai suatu simbol atau sebagai indikator tentang sesuatu yang terjadi atau yang ada di masa lalu, maupun di masa akan datang pada komponen ekosistem, baik secara individu maupun secara keseluruhan pada sistem itu. Sebagai contoh dari gejala alam yang memberikan informasi adalah :
-                    Fosil yang terkandung dalam tanah dan batuan, memberikan informasi tentang masa lalu dari sistem tersebut.
-                    Jejak telapak kaki dan kotoran gajah, memberikan informasi keberadaan gajah di ekosistem tersebut.
-                    Adanya sinar merah pada saat matahari akan terbenam memberikan informasi pada manusia bahwa besok hari udara akan baik dan cerah.
-                    Keberadaan organisme tertentu dalam ekosistem dapat dijadikan petunjuk, mi-salnya adanya kunang-kunang di suatu daerah menunjukkan adanya ekosistem tersebut padang rumput ataupun hutan mangrove.
-                    Warna yang beraneka ragam pada hewan, misalnya kuning belang pada hari-mau, warna ular kuning berbintik hitam dll. Warna yang beraneka ragam mem-punyai maksud, dan memberi informasi kepada jenisnya maupun jenis lainnya, yang dapat menolong kedua belah pihak. Informasi tersebut ada yang maksud-nya untuk tidak mudah terlihat oleh musuhnya, agar mudah dikenal pasangan-nya, memberi peringatan harus dijauhi dan hati-hati. Warna ini juga memberikan informasi identitas dari spesies tertentu.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang telah ba-nyak digali dan ditemukan informasi yang berguna bagi manusia, misalnya dalam usaha pendeteksian menggunakan sistem radar, yang mencontoh dari sistem navi-gasi kelelawar dll.

I.        UMPAN-BALIK
Umpan balik akan selalu didapatkan atau terjadi pada setiap sistem, sebagai suatu mekanisme dalam mencapai steady states. Apabila terjadi perubahan pada salah satu komponen sistem, maka akan diprakarsai untuk terjadinya serangkaian perubahan-perubahan terhadap komponen-komponen lainnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi komponen yang pertama-tama berubah tadi.Terjadinya stea-dy state (keseimbangan) dalam ekosistem tidak terlepas dari adanya mekanisme umpan balik dalam ekosistem, yang dikenal ada dua mekanisme, yaitu :
a.        Umpan Balik Negatif
Umpan balik negatif  sangat umum terjadi dan merupakan mekanisme dasar yang terkait dalam usaha untuk pencapaian dan pengelolaan keseimbangan dinamis suatu ekosistem. Umpan balik negatif ini mengakibatkan menurunnya percepatan perubahan, dan memprakarsai untuk terjadinya keseimbangan dinamis (steady state). Contoh : pada ekosistem padang rumput, akibat terjadinya migrasi hewan perumput dari daerah tetangga, maka populasi populasi hewan-hewan perumput berubah, dan apabila jumlahnya meningkat drastis akan mengakibatkan luapan perumputan atau “OVERGRASSING” dan kemungkinan besar untuk terjadinya erosi akibat penginjakan. Terjadinya erosi lahan ini berarti ada perubahan pada komponen rumput. Rumput tidak bisa hidup dengan baik sehingga populasinya menurun. Penurunan populasi rumput berarti menurunnya sejumlah sumber pa-kan, dan hal ini berarti merupakan faktor pembatas bagi peningkatan populasi hewan-hewan perumput. Sebagai akibatnya akan terjadi penurunan atau pengu-rangan percepatan pertumbuhan populasi hewan perumput tadi, maka terjadilah umpan balik negatip.
b.      Umpan Balik Positif
Umpan balik positip jarang sekali terjadi, perubahan salah satu komponen dalam sistem akan menyebabkan serangkaian perubahan-perubahan dari komponen-komponen lainnya, dan perubahan ini mengarah pada peningkatan derajat per-ubahannya atau percepatan perubahan meningkat sehingga menjauhi sistem ke-seimbangan semula bahkan mungkin menghasilkan kehancuran sistem keseim-bangan.Contoh : suatu ekosistem danau dimana terjadi pencemaran, zat pence-mar dapat mematikan atau membunuh ikan-ikan tertentu, sehingga terjadi penu-runan populasi ikan. Pembususkan dari ikan yang mati akan meningkatkan pe-ngaruh dari derajat pencemaran dan akan memberikan kemungkinan untuk ke-matian ikan lainnya. Dengan demikian percepatan kematian ikan-ikan menjadi naik, kejadian semacam ini menunjukkan terjadinya umpan balik positif.


Belum ada Komentar untuk "MATERI BIOLOGI KELAS 10 : EKOSISTEM"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel