MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ADAB TERHADAP GURU


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Memperhatikan realitas belakangan ini, bahwa ada beberapa murid yang kurang memiliki adab pada gurunya. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada yang diam-diam memaki gurunya, ada pula yang secara terang-terangan menunjukkan sikap yang kurang beradap di hadapan guru. Bahkan jejaring sosial seperti facebook kerap kali dijadikan sebagai media menumpahkan kekesalan pada guru, malah ada yang mencaci maki guru lewat status-statusnya di facebook. Sehingga saya merasa terpanggil untuk memberikan penjelasan tentang adab seorang siswa pada gurunya.Disamping itu juga banyak ditemukan murid yang tidak memahami tata cara menuntut ilmu sesuai dengan kaidah yang dijelaskan oleh agama Islam.
Ilmu sangatlah penting untuk kita miliki, karena pentingnya itulah maka rasulullah bersabda “tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”. Guru merupakan orang yang berjasa dalam menyalurkan ilmu kepada murid-muridnya. Guru adalah orang yang harus dihormati, karena guru adalah dokter rohani untuk kebaikan dunia dan akhirat, guru ketika mendidik sangat sulit, diantaranya : Mendidik akhlak, dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang baik, semuanya itu dilakukan agar murid-muridnya bahagia seperti orang tua yang membahagiakan anaknya dan mengharapkan masa depan yang baik dalam berpendidikan. Oleh karena itu murid harus memiliki adab yang baik kepada guru, agar ilmu yang di dapat di terima dengan mudah dan barokah, meskipun guru itu sendiri tidak menuntut hal itu dari muridnya. guru tidak berharap dihormati, tapi murid harus menghormati guru.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian adab?
2.      Bagaimana pentingnya memiliki adab kepada guru?
3.      Bagaimana perintah untuk memiliki adab kepada guru?

1.3     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian adab;
2.      Untuk mengetahui pentingnya adab kepada guru;
3.      Untuk mengetahui perintah untuk memiliki adab kepada guru.






BAB II
                                                 PEMBAHASAN      
2.1 Pengertian Adab
 Adab menurut arti bahasa adalah kesopanan, tingkah laku yang pantas, tingkah laku yang baik, kehalusan budi dan tata susila. Adab juga bisa berarti pengajaran dan pendidikan yang baik sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya Allah ‘azawajalla telah mendidikku dengan adab yang baik (dan jadilah pendidikan  adab ku istimewa)” (HR. Ibnu Mas’ud)
Prof. Dr. Jamaan Nur dalam bukunya “Tasawuf dan Tarekat Naqasyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya” memberikan pengertian adab dalam Islam sebagai tata cara yang baik atau etika dalam melaksanakan suatu pekerjaan, baik ibadat maupun muamalat. Karena itu ulama menggariskan adab-adab tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan atau melakukan kegiatan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadist.      
2.2 Perintah memiliki Adab kepada Guru
            Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya, kurang adab atau tidak beradab adalah alamat (tanda) jelek dan jurang kehancurannya. Tidaklah kebaikan dunia dan akhirat kecuali dapat diraih dengan adab, dan tidaklah tercegah kebaikan dunia dan akhirat melainkan karena kurangnya adab. (Madarijus Salikin2/39). Di antara adab-adab yang telah disepakati adalah adab murid kepada syaikh atau gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan kholifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” (al-Adab as-Syar’iah 1/408).
Di dalam dunia thariqah hubungan seorang murid dengan guru merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan, karena hubungan tersebut tidak hanya sebatas kehidupan dunia ini, tetapi akan terus berlanjut sampai di akherat kelak. Bahkan di kalangan ahli thariqah ada keyakinan bahwa seorang guru mempunyai peranan yang sangat penting di dalam menyelamatkan muridnya besok di kehidupan akherat. Oleh karena itu, seseorang yang berkehendak menjadi murid thariqah, hendaknya tidak sembarangan memilih guru. Ibnu Jama’ah al-Kinani berkata: “Hendaklah penuntut ilmu mendahulukan pandangannya, istikhoroh kepada Allah untuk memilih kepada siapa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli, benar-benar lembut dan terjaga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang paling bagus dalam mengajar dan paling ba­gus dalam memberi pemahaman. Janganlah dia berguru kepada orang yang sedikit sifat waro’nya atau agamanya atau tidak punya akhlak yang bagus.”(Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim hal. 86).
Berikut hadis tentang keutamaan guru:           
عن ابي درداء قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: فضل العا لم على العابد كفضل القمر على الكو كب، وانما االعلماء ورثة الآ نبياء, وان الآ نبياء لم يورثوا دينارا ولادرهما، انما ورثوالعلم، فمن اخده اخد بحظ وكفر (رواه ابو (داود (والتر مذى
Artinya:“Dari Abi Darda ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW beliau bersabda: keutamaan orang alim dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan dibanding bintang-bintang, sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham, sesungguhnya mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambil warisan itu berarti ia mengambil bagian yang sempurna”. (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
Didalam ajaran tasawuf, adab kepada guru adalah sesuatu yang utama dan pokok, karena hampir seluruh pengajaran tasawuf itu berisi tantang pembinaan akhlak manusia menjadi akhlak yang baik, menjadi akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Seorang murid harus selalu bisa memposisikan (merendahkan) diri di depan Guru, harus bisa melayani Guru nya dengan sebaik-baiknya.
Merendahkan diri dihadapan guru bukanlah tindakan bodoh, akan tetapi merupakan tindakan mulia. Dalam diri guru tersimpan Nur yang pada hakikatnya terbit dari zat dan fi’il Allah SWT yang merupakan zat yang Maha Positif. Karena Maha Positif maka mendekatinya harus dengan negatif. Kalau kita dekati yang Maha Positif dengan sikap positif maka rohani kita akan ditendang, keluar dari Alam Rabbani. Disaat kita merendahkan diri di hadapan guru, disaat itu pula Nur Allah mengalir kedalam diri kita lewat guru, saat itulah kita sangat dekat dengan Allah.
2.3 Macam-macam Adab kepada Guru

a.    Memuliakan guru

Memuliakan guru termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana Rosulullohshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; 
Artinya: Bukanlah termasuk golongan kami orang   yang   tidak   menghorrmti orang yang tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak mengerti hak ulama kami. (HR. Ahmad 5/323, Hakim 1/122. Dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)
Imam Nawawi berka­ta: “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan pandangan penghormatan. Hen­daklah ia meyakini keahlian gu­runya dibandingkan yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut.” (al-Majmu’ 1/84)  
Sering kita jumpai seorang murid mencium tangan gurunya sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan. Apakah perkara ini dibolehkan? Shuhaib Maula Ibnu Abbas berkata: “Aku melihat sahabat Ali mencium tangan dan kedua kaki al-Abbas.” (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 976). Imam Ibnu Muflih berkata: “Dibolehkan berpelukan, men­cium tangan dan kepala, apabila karena perkara agama, atau demi pemuliaan dan penghormatan dan aman dari  syahwat. Dhohirnya hal ini tidak dibolehkan apabila karena urusan dunia.” (al-Adab asy-Syar’iah 2/377)
Tetapi yang harus di perhatikan apabila seseorang memulai dengan menjulurkan tangannya kepada manusia agar mereka mencium, maka ini terlarang secara tegas tanpa ada perselisihan dan siapa pun dia orangnya. Berbeda apabila orang yang mencium dia yang memulai untuk mencium (maka boleh).” (Adab at-Tatalmudz hal. 21).

b.      Mendo’akan kebaikan                                                                     

Guru adalah orang yang telah berbuat baik kepada kita, mereka bekerja keras, bersabar dengan berbagai karakteristik murid-muridnya yang pastinya sedikit banyak pernah menyakiti hatinya, tetapi mereka tetap saja mau memberikan ilmu kepada kita. Maka RosulullAh SAW bersabda:
Artinya : Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR. Abu Dawud 1672, Nasa’i 1/358, Ah­mad 2/68, Hakim 1/412 Bukhori dalam al-Adab al-Mufrodno. 216, Ibnu Hibban 2071, Baihaqi 4/199, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 9/56. Lihat as-Shohihah 254)
Selain itu Ibnu Jama’ah berkata: “Hen­daklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanjang masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat.” (Tadzkiroh Sami’ hal. 91).
Sehingga dalam setiap doanya murid harus menambahkan nama gurunya juga karena begitu besar pengorbanan gurunya, maka dengan mendoakannya itulah salah satu balasan jasa untuk mereka, seperti mendoakan kesehatannya, kemudahannya dalam mencari rezeki, dan sebagainya. Agar ilmu yag di dapat murid pun juga bisa mudah mereka pahami dan barokah.

c.       Rendah diri kepada guru

Sebagai seorang murid maka tidak di perbolehkan untuk menyombongkan diri kepada guru, karena guru adalah orang yang telah berjasa dengan suka rela memberikan ilmu kepada murid-muridnya, sehingga sebagai seorang murid di haruskan untuk rendah diri kepada guru. Sesungguhnya orang yang rendah diri dalam belajar adalah yang paling banyak ilmunya sebagaimana tempat yang rendah adalah tempat yang pa­ling banyak airnya.” (Adab at-Tat­almudz hal. 32)
Selain itu Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.” (Tadzkiroh Sami’ hal. 88).
d.      Bertanya kepada guru
Ilmu adalah bertanya dan menjawab. Dahulu dikatakan, “Bertanya dengan baik adalah setengah ilmu.” (Fathul Bari 1/142) Apabila ada pelajaran yang tidak dipahami maka bertanyalah ke­pada guru dengan baik. Bertanya dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan pergunakanlah bahasa yang santun lagi sopan. Jangan guru itu dipanggil dengan namanya, katakanlah wahai guruku dan semisalnya. Karena guru perlu dihormati, jangan disamakan de­ngan teman. Alloh berfirman;
لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً
Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul di antara kamu seperti pang­gilan sebahagian kamu kepada seba-hagian (yang lain) … (QS. an-Nur [24]: 63)
Ayat ini adalah pokok untuk membedakan orang yang punya kedudukan dengan orang yang biasa. Harap dibedakan keduanya. (al-Faqih wal Mutafaqqih, Adab at-Tatalmudzhal. 52).
Sering kita jumpai se­bagian para penuntut ilmu memaksa gurunya untuk menjawab dengan dalil atas sebuah pertanyaan. Seolah-olah sang murid belum puas dan terus mendesak seperti berkata kenapa begini, soya belum terima, siapa yang ber­kata demikian, semua ini harus dihindari. Pahamilah wahai saudaraku, guru adalah manusia biasa, bisa lupa dan bersalah. Apabila engkau pandang gurumu salah atau lupa dengan dalilnya maka janganlah engkau memaksa terus dan jangan memalingkan muka darinya. Berilah waktu untuk mendatangkan dalil di kesempatan lain. Jagalah adab ini, jangan sampai sang guru menjadi jemu, marah hanya karena melayani pertanyaanmu.
Syaikh al-Albani berkata: “Kadangkala seorang alim tidak bisa mendatangkan dalil atas se­buah pertanyaan, khususnya apa­bila dalilnya adalah sebuah istinbat hukum yang tidakdinashkan secara jelas dalam al-Qur’an dan Sunnah. Semisal ini tidak pantas bagi penanya untuk terlalu mendalam bertanya akan dalilnya. Menyebutkan dalil adalah wajib ketika realita menuntut demikian. Akan tetapi tidak wajib baginya acapkali ditanya harus menjawab Allah berfirman demikian, Rosul bersabda demikian, lebih-lebih dalam perkara fiqih yang rumit yang diperselisihkan. (Majalah al-Asholah edisi. 8 hal. 76. Lihatat-Ta’liq as-Tsamin hal. 188)
e.       Membela kehormatan guru
Guru juga seorang manusia biasa, maka mereka tidaklah luput dari kata salah, baik itu salah dalm perkataan, perbuatan, penyampaian materi, dan sebagainya. Sebagai seorang murid yang beradab maka murid tidak di perbolehkan untuk menceritakan keburukan gurunya dengan teman-temannya, apalagi di dalam sosial media seperti yang telah di banyak akun saat ini, tetapi jika ada murid yang menceritakan keburukan gurunya maka orang yang di ajak berbicara harus mengingatkannya. Ketahuilah selayaknya bagi siapa saja yang mendengar orang yang sedang mengghibah kehor­matan seorang muslim, hendaklah dia membantah dan menasehati orang tersebut. Apabila tidak bisa diam dengan lisan maka dengan tangan, apabila orang yang mengghibah tidak bisa dinasehati juga dengan tangan dan lesan maka tinggalkanlah tempat tersebut. Apabila dia mendengar orang yang mengghibah gurunya atau siapa saja yang mempunyai kedudukan, keutamaan dan kesholihan, maka hendaklah dia lebih serius untuk membantahnya. (Shohih al-Adzkar 2/832,Adab at-Tatalmudz hal. 33).
 
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Adab menurut arti bahasa adalah kesopanan, tingkah laku yang pantas, tingkah laku yang baik, kehalusan budi dan tata susila. Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya, kurang adab atau tidak beradab adalah alamat (tanda) jelek dan jurang kehancurannya. Di dalam dunia thariqah hubungan seorang murid dengan guru merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan, karena hubungan tersebut tidak hanya sebatas kehidupan dunia ini, tetapi akan terus berlanjut sampai di akherat kelak. Macam-macam Adab kepada Guru: Memuliakan guru, Mendo’akan kebaikan, Rendah diri kepada guru,Menghadirkan hati dan perhatian dengan seksama, Bertanya kepada guru, Membela kehormatan guru.
3.2 Saran
      Penulis mengharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengerti apa itu adab kepada guru sehingga dapat mengimplementasikannya dalam menuntut ilmu serta penulis juga mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Anikasari. (2012). Definisi Adab. [Online]. Tersedia:http://anikasari.wordpress.com/2012/01/09/definisi-adab/. Html [25 mei 2014].
Mukmin, Muh. 2008. Aqidah Akhlak. Solo: Putra Keratonan
Sufimuda. (2008). Dahulukan Adabmu Sebelum Beramal. [Online]. Tersedia:http://sufimuda.net/2008/09/04/dahulukan-adab-mu-sebelum-ber-amal/. Html [25 mei 2014].

Belum ada Komentar untuk "MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ADAB TERHADAP GURU"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel