MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : KISAH TELADAN RASUL ULUL AZMI



















BAB I

PENDAHULUAN

                   I.                        Latar belakang masalah

Rukun iman yang ke empat adalah Iman kepada rasul-rasul Allah SWT. Rasul Adalah seseorang laki-laki  yang diutus dan di tugaskan Allah SWT untuk Menyampaikan ajaran Allah SWT. Rasul-rasul Allah yang diceritakan dalam Al-Qur an sebanyak 25 orang.
Adapun yang tergolong  rasul ulul azmi ada 5 rasul yang memiliki keteguhan hati dan kesabaran yang luar biasa dalam menyampaikan dakwah. Salah satunya adalah Nabi Nuh a.s.
Sekian lamanya kaum Nuh a.s. menyembah berhala, mereka menjadi-kannya sebagai sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan dan memohon perlindungan kepadanya dari segala kejahatan, menyerahkan segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya. Mereka berdo’a kepada berhala-berhala itu.
Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Nuh a.s., seorang yang jelas ucapan-nya, cerdas dan lembut, Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk berdebat dan kemampuan mengemukakan argumentasi untuk mematahkan semua alasan yang disampaikan oleh kaumnya.
Demikianlah Nabi Nuh a.s. menyeru, memaparkan argumentasi dan bukti-bukti akan kebenaran risalah yang disebarnya sehingga berimanlah kepadanya sebagian kecil dari kaumnya. Dengan kesabarannya dalam berdakwah, Nabi Nuh a.s. diberi gelar ulul azmi. Dan ulul azmi biasanya ditandai oleh mukjizat.

                II.                        Tujuan penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui kisah para nabi Ulul Azmi, meneladani sifat yang baik dan perilaku terpuji yang terdapat pada para nabi Ulul Azmi, menganalisi kisah keteguhan Nabi-nabi Ulul Azmi dan dapat menceritakan kisah para rasul Ulul Azmi.

             III.                        Rumusan masalah
1.    Apa yang dimaksud Ulul Azmi?
2.    Apa saja sifat-sifat Ulul Azmi?
3.    Bagaiman kisah para nabi yang diberi gelar Ulul Azmi?
4.    Apa perilaku, sikap, dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah para nabi  ulul azmi?

BAB II
PEMBAHASAN
I.                    Pengertian Ulul Azmi
Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi atau istimewa yang diperoleh dari kesabaran dan ketabahan yang luar biasa saat menyebarkan agama Allah SWT.

II.                 Dalil Al-Qur’an
Q.S Asy-Syura: Ayat 13
Artinya : Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketaqwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah telah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).

III.              Kisah-kisah Rasul Ulul Azmi
A.      NABI NUH ALAIHIS SALAM
Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
DAKWAH NABI NUH KEPADA KAUMNYA
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis. Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis. Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu suurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindakannya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya. Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah.
Mereka berkata kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang dari pada kami dan tidak berbeda dari pada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Coba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau berikan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah yang dulu mengikutimu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan orang terpandang, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soal-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripada kamu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain bahwa engkau adalah pendusta belaka".
Nuh menjawab olok-olokan kaumnya:"Apakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakanku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang disebabkan oleh kesombongan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-nya kepadaku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-nya dan gajaran-nya kepada dirimu. Aku hanya pesuruh dan rasul-nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-nya kepada hamba-hamba-nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan siksaan-nya di atas kamu sekalian di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin." Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama dihadapan agama dan hukum Allah. Andaikan aku memenuhi persyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan dariku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan disaat kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku ketika kamu menghalangi dakwahku.
      NABI NUH BERPUTUS ASA DARI KAUMNYA
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Allah, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah yang maha kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong yang melekat pada para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Harapan Nabi Nuh akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahwa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis.
Ia memohon kepada Allah agar menurunkan azab-nya kepada kaumnya seraya berseru:
"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
      NABI NUH MEMBUAT KAPAL
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan menentukan tempat agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membuat kapal itu. Mereka mengejek dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut?". Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu". Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku". Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah tubuh putra sulungnya yang bernama "Kan'an" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putra kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Nabi Nuh secara spontan terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:”Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yaitu hukuman Allah. Kan'an, putra Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang: "Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu, aku dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air banjir ini".
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan ampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu. Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta benda. Ia sangat menyesal atas kelalaian itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya.

B.       NABI IBRAHIM ALAIHIS SALAM
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'an." Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang serta sarana-sarana yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliyah.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, yang telah diberikan akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
  NABI IBRAHIM INGIN MELIHAT BAGAIMANA MAKHLUK YANG SUDAH MATI DIHIDUPKAN KEMBALI OLEH ALLAH
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudah hancur dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkannya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain. Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah yang Maha kuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".
      NABI IBRAHIM BERDAKWAH KEPADA AYAH KANDUNGNYA
Ayah Nabi Ibrahim, tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan daripadanya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Menjadi merah muka ayahnya dan ia marah dan berkata-kata yang kasar dan memaki seakan-akan tidak ada hubungan diantara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di satu atap denganmu. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau." Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu". Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihatin karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
      NABI IBRAHIM MENGHANCURKAN BERHALA-BERHALA
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup.
" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan", kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu. Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka ini?" Berkata salah seorang diantara mereka:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu". Setelah diselidiki, akhirnya terdpt kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahim-lah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan cercaan. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya sukai oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu." Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya".
      NABI IBRAHIM DIBAKAR HIDUP-HIDUP
Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didatangkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim".
Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu. Para penonton upacara pembakaran heran tercengang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah. Ada sebahagian daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mereka namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mereka jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khawatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.

C.      NABI MUSA ALAIHIS SALAM
Nabi Musa a.s. merupakan seorang nabi yang telah menerima Kitab Taurat.
KELAHIRAN NABI MUSA
Nabi Musa diutuskan oleh Allah bagi memimpin Kaum Israel ke jalan yang benar. Beliau merupakan anak kepada Imran dan Yukabad binti Qahat, (Musa bin Imran bin Kohath bin Lewi bin Yakqub bin Ishaq bin Ibrahim), bersaudara (adik-beradik mengikut sesetengah periwayatan) dengan Nabi Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Firaun.
      FIRAUN DENGAN MIMPINYA
Waktu kelahirannya cukup cemas kerana Firaun memberikan undang-undang supaya setiap bayi lelaki yang dilahirkan harus dibunuh. Tindakan itu diambil kerana dia sudah terpengaruh dengan ahli nujum yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati, melainkan kalangan Kaum Israel, sedangkan ahli nujum mengatakan kuasa negara itu akan jatuh ke tangan lelaki Kaum Israel. Disebabkan khawatir, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika mendapati bayi lelaki perlu dibunuh.
Ibu Nabi Musa, Yukabad melahirkan seorang bayi lelaki (Musa) dan kelahiran itu dirahasiakan. Kerana merasa bimbang dengan keselamatan Musa, apabila musa menginjak umur tiga bulan Musa dihanyutkan ke Sungai Nil. Musa yang terapung di sungai itu ditemui isteri Firaun, Asiah sendiri ketika sedang mandi dan tanpa berlengah dibawanya ke istana. Melihat isterinya membawa seorang bayi, Firaun dengan tidak teragak-agak menghunuskan pedang untuk membunuh Musa. Asiah berkata: “Janganlah dibunuh anak ini kerana aku menyayanginya. Sebaiknya kita menjadikannya seperti anak sendiri kerana aku tidak mempunyai anak”. Dengan kata-kata dari Asiah tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
      MUKJIZAT NABI MUSA SAAT MENGHADAPI FIRAUN
Kisah pertempuran di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari tukang sihir firaun bermula disebabkan oleh satu peristiwa di mana pada satu ketika semasa Musa berkeliling di sekitar kota dan kemudian beliau melihat dua lelaki sedang berkelahi, masing-masing di kalangan Bani Israel bernama Samiri dan bangsa Firaun, Fatun. Melihatkan pergaduhan itu Musa mau mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa terus menghayunkan satu penumbuk ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal dunia. Ketika mendapati lelaki itu meninggal dunia kerana tindakannya, Musa memohon ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: “Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri kerana itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Tetapi, tidak lama kemudian orang ramai mengetahui kematian Fatun disebabkan Musa dan berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya mereka mau menangkap Musa. Karena terdesak, Musa mengambil keputusan keluar dari Mesir. Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi setelah delapan hari, beliau sampai di kota Madyan, yaitu kota Nabi Syu’aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular Musa melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa: “Masukkan tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih bersinar dan dakapkan kedua tanganmu ke dada kerana ketakutan....”
Tongkat menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa, ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, untuk menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik. Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mahu membawa ajaran lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali terus menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman Allah: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu ditewaskan, Musa menggunakan dua mukjizat berkenaan, menyebabkan sebahagian daripada kalangan pengikut Firaun, termasuk isterinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli sihir dan sebahagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Ketika isterinya sendiri diseksa hingga meninggal dunia. Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan tenteranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari belakang, tetapi semua mereka mati ditenggelamkan laut. Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”
      NABI MUSA BERMUNAJAT DI BUKIT SINA
Setelah keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mau bermunajat, beliau beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Beliau menggosok gigi dan mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi.Dengan itu puasa Musa genap 40 hari. Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zatMu kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya.Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.
      KEZALIMAN FIRAUN
Allah memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel, antaranya dibebaskan daripada kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur, mempunyai Taurat dan rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak bersyukur, malah memberikan berbagai alasan. Mereka juga membelakangi wahyu Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestina. Alasan diberikan kerana mereka takut menghadapi suku Kan’an. Sikap Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan hati Musa, lalu beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik mengingkari nikmat dan kurniaMu.”Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah mengharamkan mereka memasuki Palestin selama 40 tahun dan selama itu mereka berkeliaran di atas muka bumi tanpa tempat tetap.Mereka hidup dalam kebingungan sehingga semuanya musnah. Palestina kemudian dihuni oleh generasi baru. Bani Israel juga memperolokkan rasul mereka, yang dapat dilihat melalui kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan...”Musa meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan usianya 150 tahun di Bukit Nabu’, tempat diperintahkan Allah untuk melihat tempat suci yang dijanjikan, iaitu Palestina. Tetapi beliau tidak sempat memasukinya.

D.      NABI ISA ALAIHIS SALAM
Ibu Nabi Isa A.S. bernama Maryam (tidak berayah atas kekuasaan Allah) dan tidak seperti manusia biasa yang mempunyai ibu bapak. Keanehan kelahiran beliau ini adalah untuk menjadi ujian kepada manusia, apakah manusia tidak akan percaya kepada kekuasaan Allah. Orang yang beriman percaya atas kelahiran Isa A.S. tanpa ayah. Roh yang ditiupkan oleh Malaikat Ruhulqudus, roh yang suci ke dalam kandungan Siti Maryam, sehingga lahir seorang bayi laki-laki yang setelah dewasa diangkat oleh Allah menjadi menjadi seorang rasul. Maryam adalah seorang wanita yang salehah. Pada waktu ia gadis remaja, datanglah malaikat Jibril memberi kabar kepadanya. Malaikat tersebut datang menyerupai manusia. la memberi kabar kepada Maryam bahwa ia akan memperoleh seorang bayi laki-Iaki. Maryam kemudian berkata: ''Jauhlah engkau dari sini dan aku berlindung kepada Allah atas kejahatan yang akan terjadi dan aku takut kepada Allah."
Malaikat menjawab, seperti yang tersebut di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 17 sampai 21 yang artinya:
“Dibuatnya dinding antaranya dan antara mereka itu. Kemudian Kami utus kepadanya seorang Malaikat fibril, lalu ia lupakan dirinya sebagai manusia yang sempurna”. (QS. Maryam: 17). Berkata Maryam: "Sesungguhnya saya berlindung kepada Tuhan yang Penyayang dari kejahatan engkau, jika engkau orang yang takut kepada-Nya." (QS. Maryam:18). Sahut Malaikat: "Sesungguhnya saya seorang utusan Allah karena hendak memberi engkau anak yang bersih." (QS. Maryam: 19). Jawab Maryam: "Bagaimana saya akan memperoleh seorang anak, sedang seorang manusia pun tak pernah menyentuh tubuh saya dan saya bukan pula seorang yang jahat." (QS. Maryam: 20). Berkata Malaikat: "Demikianlah halnya. Tuhan engkau telah berfirman: "Perkara itu amat mudah bagi-Ku, supaya Kujadikan suatu tanda kekuasaan kepada manusia dengan rahmat-Ku. Adalah kejadian itu suatu perkara yang diluluskan." (QS. Maryam: 21).
      SITI MARYAM MENGANDUNG
Siti Maryam mengandung, makin lama makin besar kandungannya. GemparIah penduduk kampung yang melihat seorang anak gadis telah hamil. Persangkaan mereka, tentulah Maryam telah berbuat serong dengan seorang laki-Iaki. Oleh karena itu bertubi-tubilah pertanyaan orang kepada Maryam dengan segala ejekan dan hinaan. Bahkan ada pula di antaranya yang berkata: "Hai Maryam, bukankah orang tuamu orang baik-baik, tetapi mengapa engkau sampai seperti itu?".
Pada waktu kelahiran Nabi Isa A.S. sudah dekat, Siti Maryam berhijrah ke daerah lain. la menjauh dari keluarga dan orang sekampung, karena tidak tahan mendengar ejekan-ejekan. Dalam perjalanannya, ia berhenti di sebuah pohon tamar. Beliau duduk merasakan sakit, saat untuk melahirkan sudah terasa. Beliau berdoa kepada Allah supaya Allah mematikannya sebelum lahir anaknya itu, karena Maryam tidak kuat mendengar caci maki orang-orang terhadap dirinya. Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 22-26:
“Maka hamillah Maryam, lalu ia berpindah ke tempat yang jauh dari keluarganya”. (QS. Maryam: 22). “Maka bernaunglah ia di bawah pohon tamar, sedang sakit melahirkan anak, seraya berkata: "Aduh, hai nasibku, lebih baik aku mati sebelum ini, tentu aku dilupakan oleh manusia selupa-lupanya.". (QS. Maryam: 23). Maka Jibril pun menyerunya ketika itu, sedang Jibril berada di sebelah bawahnya: "Jangan engkau berduka cita. Sesungguhnya Tuhan engkau telah menjadikan seorang yang berpangkat tinggi (Isa A.S.) di bawah penjagaan engkau." (QS. Maryam: 24).
“Goyangkanlah pohon tamar itu, niscaya gugur buahnya yang masak buat engkau makan”. (QS. Maryam: 25). “Makanlah, minumlah dan senangkanlah hati engkau! Jika engkau lihat seorang manusia yang bertanyakan anak engkau, katakanlah: "Sesungguhnya saya telah bernazar kepada Tuhan akan berpuasa, dan tiada berbicara dengan manusia pada hari ini." (QS. Maryam: 26).
      MARYAM PULANG KAMPUNG SAMBI! MEMBAWA ANAKNYA
Setelah melahirkan, Maryam membawa bayinya ke kampung halamannya. Mereka berpendapat bahwa anak itu adalah anak hasil melacur. Mereka melontarkan kata-kata hina terhadap Maryam sambil bertanya: "Hai Maryam, engkau telah membawa bayi yang tak baik ke sini, sedangkan keluargamu adalah orang baik-baik. Betapa urusanmu yang seperti ini? Tunjukkanlah kepada kami siapakah yang sebenarnya bapa bayi itu?"
Maryam tidak menjawab, tetapi memberi isyarat kepada anak yang sedang dipangkunya itu. Berkata mereka: "Bagaimana kami akan berkata-kata dengan anak masih kecil ini?" Pada saat orang sedang berkerumun itulah, dengan kekuasaan Allah berkatalah bayi (Nabi Isa) yang berada di atas pangkuan Maryam.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 27-34 yang artinya sebagai berikut :
“Kemudian itu pergilah Maryam, mambawa anaknya kepada familinya, lalu mereka berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kau telah membawa sesuatu yang mungkar." (QS. Maryam: 27)
"Hai saudaranya Harun, bukanlah bapa engkau adalah seorang yang jahat, dan bukan pula ibu engkau seorang perempuan pezina. Dan bagaimanakah engkau mendapat anak ini?" (QS. Maryam: 28)
“Maka Maryam memberi isyarat kepada anaknya (Isa), lalu mereka berkata: "Betapakah kami akan berbicara dengan anak yang masih di dalam buaian?" (QS. Maryam: 29).
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah, diberikan-Nya kepadaku sebuah kitab (Injil) dan dijadikan-Nya aku seorang Nabi." (QS. Maryam: 30)
"Dijadikan-Nya aku seorang yang berguna kepada manusia di mana aku berada, diwasiatkan-Nya kepadaku mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, selama aku hidup” (QS. Maryam: 31)
“Dan aku berbakti kepada ibuku, dan tiadalah aku dijadikan-Nya seorang yang sombong dan pendurhaka” (QS. Maryam: 32)
“Selamatlah diriku ketika dilahirkan, dan ketika aku mati, dan ketika aku dibangkitkan (dihidupkan) kembali." (QS. Maryam: 33)
“Itulah Isa anak Maryam, ia berkata yang sebenarnya, yang mereka ragu-ragu tentang kebenarannya” (QS. Maryam: 34)
      NABI ISA AKAN DIBUNUH
Sahabat-sahabat Nabi Isa disebut kaum "Hawariyin," seperti sahabat-sahabat Nabi Muhammad disebut kaum Anshar dan Muhajirin. Oi antara sahabat Nabi Isa ada seorang yang murtad dan penghina, ia bernama "Yahuza" (Iskariot). Yahuza ini juga mempunyai pengikut, yang makin lama makin bertambah banyak. Oleh karena itu, pengikut Nabi Isa dinamai orang Nasara atau Nasrani. Di dalam menyiarkan agama Allah, rasul selalu menemui manusia yang beriman kepada Allah, dan yang durhaka (kafir). Orang-orang kafir itu selalu memusuhi rasul-rasul-Nya. Musuh Nabi Isa telah bermusyawarah untuk menangkap Nabi Isa dan akan dibunuh (disalib). Sahabatnya yang murtad itulah yang menjadi penunjuk untuk menangkap Nabi Isa, merasa dapat menangkap nabi Isa, sebab dia adalah orang yang terdekat dengan Nabi Isa.
      DENGAN KEKUASAAN ALLAH NABI ISA DIANGKAT KE ALAM GHAIB (MIRAJ)
Muka/wajah sahabatnya yang murtad itu terlihat orang nampak seperti Nabi Isa A.S. Orang munafik inilah sebenarnya yang tertangkap, bukan nabi Isa. Kekuasaan Allah telah mampu mengangkat Nabi Isa telah ke alam ghaib (Miraj). Demikianlah kekuasaan Allah melebihi segala-galanya, dan rencana manusia tidak semuanya berhasil, rencana Allah itulah yang sebagus-bagus rencana. Allah berfirman dalam AI Qur'an surat An Nisa' ayat 157 yang artinya: "Ada pun orang-orang yang durhaka itu, tidaklah mereka membunuh dan menyalib Isa, hanya orang yang diserupakan Allah dengan Isa lah yang tersalib."

E.       NABI MUHAMMAD SALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
Riwayat Nabi Muhammad S.A.W bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil. Kota itu panas dan tandus di suatu Jazirah kawasan Timur Tengah yang terkenal karena padang pasirnya yang luas. Selain ketandusannya,  wilayah itu dipenuhi dengan para penyembah berhala, baik berhala batu maupun kayu yang tidak dapat berbuat apa-apa.  Disana juga disana terdapat sebuah bangunan berbentuk kubus hitam yang dikelilingi oleh berhala-berhala. Tidak tanggung-tanggung, menurut beberapa riwayat jumlah berhalanya bagaikan jumlah sudut suatu lingkaran yakni mencapai 360 buah. Kota itu tidak begitu terkenal di masa sebelum abad ke-7 Masehi. Umumnya yang melintasi wilayah tersebut adalah para pedagang, para petualang, dan pelarian-pelarian dari Persia maupun Rumawi. Jadi, tidak mengherankan kalau kota kecil di Jazirah Arabia yang kelak bernama Mekkah itu merupakan tempat dimana terjadi pertemuan berbagai jenis manusia, tempat dimana perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan bayi, minum-minuman keras, dan yang memusnahkan segala kebajikan dan moral berada. Saat itu masyarakat jazirah Arabia dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Zaman ketika hal itu terjadi seringkali disebut sebagai zaman jahiliyyah atau ada pula yang menyebutnya abad kegelapan.
      KELAHIRAN BAGINDA NABI SAW
Nabi Muhammad S.A.W muncul disaat yang kritis dalam kehidupan umat manusia. Ia bagaikan sebuah lentera di langit malam, bagaikan bintang yang cemerlang pada malam yang gelap gulita. Sinarnya yang terang membuat malam menjadi terang benderang. Namun, beliau bukan bintang yang biasa. Tapi maha bintang yang sangat luar biasa, yang cahayanya mampu menembus lubuk hati manusia. Bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad. Menurut sejarawan, “Muhammad” yang artinya “dia yang terpuji” tepat terlahir di kota Mekkah tanggal 12 Rabiul Awwal (17 Rabiul awwal menurut mazhab Syiah) 570 M atau sering disebut tanggal 20 April 570 M dan meninggal 8 Juni 632 M di Madinah. Namun, Cahaya Muhammad (Nur Muhammad) sebagai penerang umat manusia tak pernah padam walaupun 14 abad telah berlalu. Riwayat hidupnya telah diceritakan dengan jutaan kata-kata oleh para pemeluknya, maupun oleh para ahli sejarah non-muslim (Orientalis). Baik kata-kata tertulis menjadi sebuah buku maupun tidak tertulis.
Peristiwa kelahiran Sang Nabi yang menjadi Rahmat bagi Semua Alam dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa. Menurut beberapa riwayat, kelahiran Nabi Muhammad dimulai dengan peristiwa padamnya api abadi di kerajaan Persia. Lantas, hancur juga sesembahan batu berhala di sana. Di kota Mekkah, kota dimana Sang Nabi dilahirkan, pasukan bergajah Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah mengalami kehancuran. Niatnya untuk memasuki dan menguasai kota Mekkah mengalami kegagalan karena sebab-sebab yang seringkali dikaitkan dengan adanya burung-burung pembawa batu api. Burung-burung itu disebut burung  Thoiron Ababil yang tiba-tiba muncul. Kemunculan burung misterius itu seolah-olah balatentara Allah S.W.T yang menghancurkan musuh-musuh-Nya. Tidak banyak orang yang tahu apa sebenarnya burung Thoiron Ababil itu.
Karena itu, tahun saat Nabi Muhammad S.A.W dilahirkan kemudian sering disebut tahun Gajah. Kota Mekkah, tempat dimana Ka’bah berada, kelak di kemudian hari menjadi kiblat bagi Umat Muhammad sampai akhir zaman. Ayah Nabi bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kakeknya bernama Abdul Mutholib. Kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa Nur Muhammad, Cahaya Terpuji  dan meletakkannya ke dalam rahim istrinya yaitu Aminah. Begitu riang hatinya ketika akhirnya ia mendengar kabar rombongan dagang suaminya pulang. Tapi mendadak ia amat terkejut, ketika rombongan kafilah dagang suaminya datang ia tidak melihat sosok Abdullah diantara mereka. Kemudian, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita duka kepada Aminah bahwa suaminya telah meninggal. Mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata kata ini kepada wanita ini. Ia tidak sanggup mengutarakannya. Namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di Abwa.
Aminah begitu tergoncang hatinnya mendengarkan hal ini. Ia tak sanggup menahan tangisnya. Karena berduka, Aminah pun menangis meluapkan kesedihannya dan tidak bernafsu makan selama beberapa hari. Seolah-olah telah hilang sebagian semangatnya, belahan hatinya. Namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa a.s). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata :
“Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik baik hingga kelahirannya.”
Beberapa tahun kemudian, setelah usia Nabi yang waktu kecil menginjak 6 tahun, Aminah ibunda Nabi Muhammad wafat juga menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib. Tapi, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya – Abu Tholib. Pemandu umat manusia selalu saja dipilihkan oleh Allah SWT untuk memiliki pengalaman hidup sebagai seorang gembala. Meskipun demikian, Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai orang jujur (al-Amin). Ketika tumbuh dewasa, Ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya. Khodijah adalah seorang janda dan sekaligus seorang saudagar wanita kota Mekkah yang disegani karena kemuliaan akhlaknya. Kepada Nabi Muhammad S.A.W, Khodijah memberikan upah (gaji) dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain karena kesuksesan  Muhamad sebagai pedagang yang jujur dan penuh amanah.
Suatu saat, Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah yang menjadi akuntan Khadijah kemudian menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah kemudian menceritakan suatu kisah yang menarik. Katanya, sewaktu di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Ketika itu, seorang pendeta yang sedang duduk di biaranya kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil. Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada pamannya yaitu Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.

      PERNIKAHAN & BENIH-BENIH KEMULIAAN
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa! Apakah anda akan menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?”
Nabi menjawab, “Apa maksud Anda?”
Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata, “Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?”
Nafsiah berujar, “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta wali Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan”.
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan. Sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya. Upacara pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta. Nabi Muhammad sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya. Dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur Nabi mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Kabah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Mekkah kebanjiran. Dinding Kabah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun kembali Kabah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali Kabah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan kembali Kabah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.” Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian?
Ketika renovasi dinding Kabah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Namun, masalah mulai muncul karena perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Ketika masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,
“Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa. (buku lain mencatat Bab as-salam).”
Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi hakim sengketa ini!”
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Dengan cara itu maka batu Hajar Aswad pun diangkat bersamaan diatas selembar kain segi empat. Gotong royong ini menjadi hikmah tersendiri bagi Muhammad yang kelak mempersatukan suku-suku Arab. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah hanya gara-gara egoisme kesukuan semata. Sejak kelahirannya, Allah SWT telah menentukan tentang semua ini sebagai suatu pelajaran agung bagi manusia yang dipilihNya menjadi Nabi dan Rosul Terakhir. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan (simak QS 103), bahwa ia adalah manusia sempurna (al-Insan al-Kamil), dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya.
Kejujuran dan kebersihan hati Nabi Muhammad SAW menyebabkan dirinya disebut Al-Amin oleh masyarakat Mekah. Ia menjadi sosok panutan masyarakat, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum diutus menjadi Rosullullah, Muhammad selalu mengamati tanda-tanda kekuasaan Ilahi, kekuasaan Rabbul ‘Aalamin, Tuhan yang menciptakan, memelihara, dan mendidik semua makhluk-Nya, baik di alam, di lingkungan sekitarnya, diantara  manusia, didalam keluarganya, didalam dirinya sendiri, dan mengkajinya secara mendalam. Terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan semua isinya. Untuk merenungkan semua itu, Muhammad mempunyai tempat istimewa sendiri yaitu di Gunung Hira. Gunung itu puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam. Di gua gunung Hira atau sering disebut Gua Hira ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut Nabi Muhammad SAW sejak awal masa dewasa Nabi. Gua Hira menjadi saksi bisu tentang wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Gua Hira seolah-olah ingin berkata, “Disinilah dulu anak Hasyim (Nabi Muhammad SAW sering disebut sebagai anak Bani Hasyim) itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon (nama lain Al Qur’an) pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah dan saksi bisu semata.”
DIUTUS MENJADI NABI DAN RASUL
Gua Hira tempat diturunkannya Wahyu Ilahi Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang.
Pada suatu malam di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi, yang kelak disebut nabi Muhammad SAW sebagai malam Lailah al-Qadr (lailatu qadar), Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Allah, Tuhan Semesta Alam, Rabbul ‘Aalamin, menyampaikan kalimat-Nya kepada Al-amin yang berada di Gua Hira. Muhammad SAW telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, ia telah menjadi manusia pembelajar secara alamiah sebelum kenabian dan kerasulan ditetapkan padanya. Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat Allah. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-quran sebagai berikut (QS 96:1-5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat pertama ini merupakan perintah Allah S.W.T yang disampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril untuk “Membaca” atau “Iqra”. Apa yang dibaca dan apa maksudnya “membaca” berhubungan dengan Allah S.W.T sebagai Pencipta makhluk atau ar-Rabb. Jadi, kalau umat Islam tidak membaca tanda-tanda (ayat-ayat) Kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta makhluk berarti telah melanggar satu perintah agung dari Allah SWT langsung. Turunnya 5 ayat surat al-‘Alaq ini dengan tegas menyatakan tentang program atau rencana yang akan diamanatkan kepada Nabi. Karena itu, surat ke-1 sampai ke-5 surat al-‘Alaq dengan perintah “Iqra” atau “Baca” secara langsung menyatakan bahwa dasar-dasar kebenaran al-Haqq bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang benar sebagai suatu agama yang mengikat yang nanti akan disampaikan Muhammad berhubungan dengan proses belajar yang terus menerus tentang kehidupan dimana di dalamnya terdapat  proses atau tatacara pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena (kalam) untuk menulis. Pena atau Qalam, yang kelak namanya menjadi salah satyu nama surat dalam Al Qur’an yaitu suraka Al-Qalam (QS 68), karena itu pengertiannya sangat penting bagi Umat Islam.
Muhammad, pembawa berita bahagia, merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud dimana asma-asama, sifat-sifat, dan perbuatan Ilahiah dinyatakan sebagai suatu adab dan akhlak bagi manusia sebagai makhluk berpikir, bukan binatang tanpa akal, Ia adalah utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluk yang mencapai kesempurnaan yang dapat dicapai Muhammad dengan kehambaannya dihadapan Allah SWT bukan dengan kesombongan yang dapat menabiri kemuliaan wujud manusianya. Sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada kaum yang miskin, lemah dan papa. Ia bagaikan raja bagi kaum dhuafa maupun bagi para penguasa dunia, dan ditakuti para dajjal  yang matahatinya buta. Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu pertama itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah dengan rasa takut amat sangat. Tubuhnya masih menggigil ketakutan ketika sampai di rumah dan di sambut dengan istrinya Khadijah. Namun, saat itu Jiwa agung Nabi Muhammad telah disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya, “Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan akulah Jibril.”
Muhammad menerima kalimat Ilahi secara bertahap, secara berangsur-angsur. Fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah syayidina Ali Karamallahu Wajhah. Suatu saat, ketika dirasakan waktunya tiba untuk mengungkapkan siapa dirinya, Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya. Selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?.”
Ketika pidato Nabi mencapai titik ini, semua terpaku, sel-sel kelabu otak masing-masing yang hadir mendadak membeku, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap, “Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.” Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, “Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia”. Ali kemudian sering disebut Karamallahu Wajhah (KWJ) yang maksudnya seseorang yang tidak pernah menyembah berhala ataupun memakan makanan dari hasil untuk sesembahan berhala. Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran Ali tanpa keraguan. Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musyrik yang terus mencemoohnya, menghardiknya, mengejeknya bahkan suatu ketika memuncak menjadi ingin membunuhnya. Pasukan musyrik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad. Mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Quran, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Quran Allah berfirman :
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”
Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad. Akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib. Peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib merupakan momen awal dari lahirnya Umat Islam yang lebih terorganisir. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit, dan lanjut usia. Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari. Masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Mereka mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Quran merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi. Kepada Ali Nabi berkata, “Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib.”
      HIJRAH
Dalam pengungsian, Nabi Muhammad tiba di Quba tanggal 12 Rabiul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah kaum Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya Ali dan rombongannya diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan Ali berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah!” Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang. Ketika Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makkah-Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki Ali membengkak, air mata Nabi menetes haru. Penduduk Yastrib yang kemudian berganti menjadi nama Madinah – menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah kekhalifan Islam pertama kali didirikan.
Pada perang Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali mengingatkannya dalam kata-kata “Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya”.
Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan Ali tidak pernah absen. Saat itu Ali adalah pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan “Nilai pukulan Ali pada perang Khandaq (parit) disebut juga dengan Ahzab kepada Amar bin Abdiwad itu. Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina”.
      BENTENG KHAIBAR
Peperangan Khaibar terjadi pada tahun 629 antara Nabi Muhammad dan pengikutnya dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di oasis Khaibar, sejauh 150 kilometer dari Madinah di bagian timur laut semenanjung Arab. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan orang Islam. Perang Khaibar terjadi tidak lama selepas Perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah memimpin sendiri ekspedisi ketenteraan menuju Khaibar, daerah sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab, terutamanya setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah. Pada perang Khaibar (sekitar 629 Masehi) ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab, yang luar biasa. Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi, “Dimanakah Ali?” Dikabarkan kepada beliau bahwa Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi bersabda, “Panggil dia”. Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi. Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata Ali seraya mendoakannya. Mata Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci.
      FATH MAKKAH
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut. Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Mekkah… Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekkah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan Firaun-firaun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya. Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya. Nabi memasuki Mekkah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata … Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini tidak bisa tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasi dan menelitinya kembali. Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang terakhir. Beliau bagaikan baju terbaik yang pertama kali dibuat oleh Allah SWT yang akan dipakai terakhir kali yaitu sebagai Utusan Allah yang terakhir dan terbaik. Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil. Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
      HAJI WADA
Suasana haji wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqadah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak… seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan, “
“Labbaik, Allahumma labaik… Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu…Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu… Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu…Langit. “
Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa penguasa itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Kabah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud. Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini”?
Mereka serentak menjawab, “Bulan Haram”!
…Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya… Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya…..
Rasul kembali meminta untanya, Al-Qashwa. Ia berjalan menuju ke tengah wadi di daerah 'Urana-Arafah. Dari atas untanya itu, Rasul menyerukan khutbahnya yang terkenal tersebut. Kata-katanya sangat jelas. Pada setiap kalimat, Muhammad berhenti sejenak. Rabi'a bin Umayya, mengulang kata-kata itu, dengan suara lantang sehingga isi khutbah didengar oleh semua jamaah. Muhammad menutup khutbahnya dengan berkata: "Ya Allah, sudah kusampaikan!"Serentak jamaah pun menjawab: "Benar". Lalu Muhammad menambahkannya: "Ya Allah, saksikan ini."
Rasul pun turun dari untanya. Ia terus di sana sampai waktu sembahyang dzuhur dan asar. Setelah itu, ia menaiki untanya kembali menuju Sakharat. Di sana, Muhammad membacakan firman Allah, Surat Al-Maidah ayat 3: "Hari ini, Kusempurnakan bagimu semua agamamu ini, dan Kucukupkan nikmat-Ku padamu, serta Kuridhoi Islam sebagai agamamu."
Abu Bakar menangis mendengar ayat tersebut. Inilah isyarat bahwa risalah Rasul telah tuntas. Malam itu, Rasul meninggalkan Arafah dan menginap di Muzdalifa. Pagi hari ia turun ke Masyaril Haram, kemudian ke Mina untuk melemparkan kerikil ke Jumrah. Di kemah, Rasulullah menyembelih 63 ekor unta -jumlah yang sebanyak tahun usianya. Muhammad kemudian mencukur rambutnya, mengakhiri ibadah haji ini. Satu-satunya ibadah haji besar yang dilakukannya.

BAB III
PENUTUP
       I.            Kasimpulan
Dari sekian ulasan yang telah kami buat dapat kami simpulkan bahwa setiap nabi utusan Allah adalah manusia yang begitu indah ketabahan dan kesabarannya dan  Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah teladan mereka, Amin.






DAFTAR PUSTAKA

www.masuk-islam.com
 http://aciesneutron.blogspot.com

 http://referensimakalah.com
http://soft-technick.blogspot.com
www.suaratauhid.com
http://harmoni-my.org
buku akidah akhlak kelas 10 madrasah aliyah

http://jayussimeulue.blogspot.co.id

Belum ada Komentar untuk "MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : KISAH TELADAN RASUL ULUL AZMI"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel