MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : KISAH TELADAN RASUL ULUL AZMI
Senin, November 13, 2017
Tambah Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar
belakang masalah
Rukun iman yang ke empat adalah Iman kepada
rasul-rasul Allah SWT. Rasul Adalah
seseorang laki-laki yang diutus dan di
tugaskan Allah SWT untuk Menyampaikan ajaran Allah
SWT. Rasul-rasul Allah yang diceritakan dalam Al-Qur an sebanyak 25 orang.
Adapun yang tergolong rasul ulul azmi ada 5 rasul yang memiliki keteguhan
hati dan kesabaran yang luar biasa dalam menyampaikan dakwah. Salah satunya
adalah Nabi Nuh a.s.
Sekian lamanya kaum Nuh a.s. menyembah berhala, mereka
menjadi-kannya sebagai sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan dan memohon
perlindungan kepadanya dari segala kejahatan, menyerahkan segala urusan dalam
kehidupan ini kepadanya. Mereka berdo’a kepada berhala-berhala itu.
Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Nuh a.s., seorang
yang jelas ucapan-nya, cerdas dan lembut, Allah telah memberikan kekuatan
kepadanya untuk berdebat dan kemampuan mengemukakan argumentasi untuk
mematahkan semua alasan yang disampaikan oleh kaumnya.
Demikianlah Nabi Nuh a.s. menyeru, memaparkan
argumentasi dan bukti-bukti akan kebenaran risalah yang disebarnya sehingga
berimanlah kepadanya sebagian kecil dari kaumnya. Dengan kesabarannya dalam
berdakwah, Nabi Nuh a.s. diberi gelar ulul azmi. Dan ulul azmi biasanya
ditandai oleh mukjizat.
II. Tujuan
penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata pelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui kisah para nabi
Ulul Azmi, meneladani sifat yang baik dan perilaku terpuji yang terdapat pada
para nabi Ulul Azmi, menganalisi kisah keteguhan Nabi-nabi Ulul Azmi dan dapat
menceritakan kisah para rasul Ulul Azmi.
III. Rumusan
masalah
1.
Apa yang dimaksud Ulul Azmi?
2.
Apa saja sifat-sifat Ulul Azmi?
3.
Bagaiman kisah para nabi yang diberi gelar Ulul Azmi?
4. Apa perilaku, sikap, dan
pelajaran yang dapat dipetik dari kisah para nabi ulul azmi?
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian
Ulul Azmi
Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para
rasul yang memiliki kedudukan tinggi atau istimewa yang diperoleh dari
kesabaran dan ketabahan yang luar biasa saat menyebarkan agama Allah SWT.
II. Dalil
Al-Qur’an
Q.S
Asy-Syura: Ayat 13
Artinya : Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu
agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketaqwaan) dan janganlah kamu
berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk
mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah telah memilih orang
yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
bagi orang yang kembali (kepada-Nya).
III. Kisah-kisah
Rasul Ulul Azmi
A. NABI NUH ALAIHIS
SALAM
Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan
Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin
Metusyalih bin Idris.
DAKWAH
NABI NUH KEPADA KAUMNYA
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa
"fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia
secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang
meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan,
melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis. Demikianlah maka
kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang
di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung
yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan
yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan
kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka
mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama
yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang
mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan "
Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila
sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan "
Nasr ".
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh
tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan
berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan
ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran
dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis. Nabi Nuh menarik
perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa
langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi
dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan
air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian
malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda
nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala
yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Di samping itu Nabi Nuh juga
memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh
manusia atas segala amalannya di dunia yaitu suurga bagi amalan kebajikan dan
neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran
dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat
yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya,
bijaksana dan sabar dalam tindakannya melaksanakan tugas risalahnya kepada
kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut
mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan
nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala
yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang
tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya. Akan tetapi walaupun Nabi
Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala
kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dalam setiap kesempatan, siang maupun
malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya
sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti
ajakannya, yang menurut riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka
pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah.
Mereka berkata kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau
hanya seorang dari pada kami dan tidak berbeda dari pada kami sebagai manusia
biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa
perintah-Nya, niscaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami
dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti
engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para
buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka
seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak
mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli
tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan
ajakanmu itu. Coba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau
berikan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah yang dulu
mengikutimu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir,
memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan orang terpandang, tidaklah
mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di
atas kami tentang soal-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. kami jauh lebih
pandai dan lebih mengetahui daripada kamu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami
terhadapmu, tidak lain bahwa engkau adalah pendusta belaka".
Nuh menjawab olok-olokan kaumnya:"Apakah engkau
mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku
mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu
tetap menolak ajakanku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran
dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang disebabkan oleh
kesombongan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki. Jika kamu tetap
berkeras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama
Allah yang diutuskan-nya kepadaku maka terserahlah kepada Allah untuk
menentukan hukuman-nya dan gajaran-nya kepada dirimu. Aku hanya pesuruh dan
rasul-nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-nya kepada
hamba-hamba-nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni
dosamu atau menurunkan azab dan siksaan-nya di atas kamu sekalian di dunia atau
menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah tuhan pencipta alam semesta ini,
Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan
berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi
semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para
pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya
itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan
mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan
bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami
dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam,
penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan
dengan orang yang miskin." Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan
berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada
pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan
ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan
dan tempat yang sama dihadapan agama dan hukum Allah. Andaikan aku memenuhi
persyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang
setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada
orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan dariku orang-orang yang
telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan
disaat kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku
dalam tugasku ketika kamu menghalangi dakwahku.
NABI NUH BERPUTUS
ASA DARI KAUMNYA
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama
sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Allah, mengajak
mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah
kepada Allah yang maha kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan
gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan
agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang
tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan
berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong yang melekat pada para pembesar
kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara
sesama manusia. Harapan Nabi Nuh akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin
berkurangan dan bahwa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati
mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis.
Ia memohon kepada Allah agar menurunkan azab-nya
kepada kaumnya seraya berseru:
"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun
daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan
berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan
mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat
maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya
diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena
mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
NABI NUH MEMBUAT
KAPAL
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah
kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mengumpulkan
bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan menentukan tempat
agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka tekun bekerja siang dan malam
menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah
menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa
gangguan bagi menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan
dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membuat
kapal itu. Mereka mengejek dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau
telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan
rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan
pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini
adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan
menarik kapalmu ke laut?". Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh
Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu
saja saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka
akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui
kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman
Allah menimpa atas diri kamu". Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal
yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu
dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku
dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam
kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada
di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku". Kemudian tercurahlah
dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam
sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa
menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak
bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air yang dahsyat itu kecuali
kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan
makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal
memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang
bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah tubuh putra
sulungnya yang bernama "Kan'an" timbul tenggelam dipermainkan oleh
gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang
menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu tanpa disadari, timbullah rasa cinta
dan kasih sayang seorang ayah terhadap putra kandungnya yang berada dalam
keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Nabi Nuh secara spontan
terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil
puteranya:”Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama
keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat
dan terhindar dari bahaya maut yaitu hukuman Allah. Kan'an, putra Nabi Nuh,
yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang
sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya
yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang: "Biarkanlah aku dan
pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu, aku
dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak
akan dijangkau oleh air banjir ini".
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat
satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di
atas kapal ini. Tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah
yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan
ampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah
Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata
ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan
pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu. Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita
atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal
Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku,
sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari
keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha
Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh!
Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah
menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti
jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar
keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan
beriman kepada-ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan
keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan
jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu
dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan
binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak
gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau
belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan
orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari
Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan
janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri.
Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk
menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah
yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada
Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta benda. Ia sangat
menyesal atas kelalaian itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dengan
berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang
terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu
yang aku tidak mengetahuinya.
B. NABI
IBRAHIM ALAIHIS SALAM
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur
bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin
Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam
kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja
bernama "Namrud bin Kan'an." Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk
kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup
sandang serta sarana-sarana yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka.
Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliyah.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya
lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai
pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan
membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, yang telah diberikan akal sehat dan
fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya
termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan
dan persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang
harus diberantas dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang
benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta
ini.
NABI IBRAHIM INGIN MELIHAT BAGAIMANA
MAKHLUK YANG SUDAH MATI DIHIDUPKAN KEMBALI OLEH ALLAH
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak
memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya
ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya
serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu
fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana
Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada
Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau
menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya
dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada
kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku
telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin
sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat
ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu
diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan
meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping
mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudah hancur dan bercampur-baur itu
diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan
satu dari yang lain. Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah
itu, diperintahkannya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah
terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari
bahagian yang lain. Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan
enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu
mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat
burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya
sendiri bagaimana Allah yang Maha kuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya
yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan
dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk
mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman
dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di
langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata
"Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang
dikenhendaki " Fayakun".
NABI IBRAHIM
BERDAKWAH KEPADA AYAH KANDUNGNYA
Ayah Nabi Ibrahim, tidak terkecuali sebagaimana
kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang
dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan daripadanya orang
membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Dengan sikap yang sopan dan
adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan
kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan
oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan
pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada
ayahnya dengan lemah lembut apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala
seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak
berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau
mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa
penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang
memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia
berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya
berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang
menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan
kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Menjadi merah muka ayahnya dan ia marah dan
berkata-kata yang kasar dan memaki seakan-akan tidak ada hubungan diantara
mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim!
Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah
yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah
engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak
menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu
mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari
rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di satu atap
denganmu. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan
mencelakakan engkau." Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya,
pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak
terhadap ayah seraya berkata: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan
tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan
persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang
celaka dan malang dengan doaku untukmu". Lalu keluarlah Nabi Ibrahim
meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihatin karena tidak
berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
NABI IBRAHIM
MENGHANCURKAN BERHALA-BERHALA
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang
kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan
melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya
untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan
kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah
dan Rasul-Nya. Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak
kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan
ajaran yang ia bawa. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada
kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala
mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak
berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Sudah
menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun
mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap
sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang
terbuka, berkemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup.
" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan",
kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya,
sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara
daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah
kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah
ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung
yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Kemudian disepak, ditamparlah
patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada
di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada
lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu. Terperanjat dan terkejutlah
para penduduk, tatkala pulang dari luar kota dan melihat keadaan patung-patung,
tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak
di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan
keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka ini?" Berkata salah
seorang diantara mereka:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu
mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang
melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah
keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia
adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di
luar merayakan hari suci dan keramat itu". Setelah diselidiki, akhirnya
terdpt kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahim-lah yang merusakkan
dan memusnahkan patung-patung itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang
akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan cercaan.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:"Apakah engkau yang melakukan penghancuran
dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin,
Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang berkalungkan kapak di
lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu
siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam
sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik,
seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:"
Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa
engkau minta kami bertanya kepadanya?" Berkata Nabi Ibrahim
kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah
patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak
dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan
tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya
kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir
dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang
hanya sukai oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan
kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan
segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu
itu." Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya, para
hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup
sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan
mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan
itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar
setia kepadanya".
NABI IBRAHIM
DIBAKAR HIDUP-HIDUP
Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim
harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa
yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan
oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran
disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap
penduduk secara gotong-royong. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim
didatangkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam
tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai
api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim".
Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia
berada dalam api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah
Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya
yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya
tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu
mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar
dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada
hamba-hamba Allah yang tersesat itu. Para penonton upacara pembakaran heran
tercengang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam
dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap
berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit pun. Mereka
bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada
diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku,
padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai
tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah. Ada sebahagian daripada mereka yang
dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mereka namun tidak berani
melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para
pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mereka jatuhkan ke
atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama
berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa malu
kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi
Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan
kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan
patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan
kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang
ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khawatir akan mendapat
kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka
dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa
pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.
C. NABI MUSA
ALAIHIS SALAM
Nabi Musa a.s. merupakan seorang nabi yang telah
menerima Kitab Taurat.
KELAHIRAN
NABI MUSA
Nabi Musa diutuskan oleh Allah bagi memimpin Kaum
Israel ke jalan yang benar. Beliau merupakan anak kepada Imran dan Yukabad
binti Qahat, (Musa bin Imran bin Kohath bin Lewi bin Yakqub bin Ishaq bin
Ibrahim), bersaudara (adik-beradik mengikut sesetengah periwayatan) dengan Nabi
Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Firaun.
FIRAUN DENGAN
MIMPINYA
Waktu kelahirannya cukup cemas kerana Firaun
memberikan undang-undang supaya setiap bayi lelaki yang dilahirkan harus
dibunuh. Tindakan itu diambil kerana dia sudah terpengaruh dengan ahli nujum
yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati,
melainkan kalangan Kaum Israel, sedangkan ahli nujum mengatakan kuasa negara
itu akan jatuh ke tangan lelaki Kaum Israel. Disebabkan khawatir, dia
memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika mendapati bayi lelaki perlu
dibunuh.
Ibu Nabi Musa, Yukabad melahirkan seorang bayi lelaki
(Musa) dan kelahiran itu dirahasiakan. Kerana merasa bimbang dengan keselamatan
Musa, apabila musa menginjak umur tiga bulan Musa dihanyutkan ke Sungai Nil.
Musa yang terapung di sungai itu ditemui isteri Firaun, Asiah sendiri ketika
sedang mandi dan tanpa berlengah dibawanya ke istana. Melihat isterinya membawa
seorang bayi, Firaun dengan tidak teragak-agak menghunuskan pedang untuk
membunuh Musa. Asiah berkata: “Janganlah dibunuh anak ini kerana aku
menyayanginya. Sebaiknya kita menjadikannya seperti anak sendiri kerana aku
tidak mempunyai anak”. Dengan kata-kata dari Asiah tersebut, Firaun tidak
sampai hati untuk membunuh Musa.
MUKJIZAT NABI MUSA
SAAT MENGHADAPI FIRAUN
Kisah pertempuran di antara mukjizat Nabi Musa dengan
sihir dari tukang sihir firaun bermula disebabkan oleh satu peristiwa di mana
pada satu ketika semasa Musa berkeliling di sekitar kota dan kemudian beliau
melihat dua lelaki sedang berkelahi, masing-masing di kalangan Bani Israel
bernama Samiri dan bangsa Firaun, Fatun. Melihatkan pergaduhan itu Musa mau
mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa terus
menghayunkan satu penumbuk ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal dunia.
Ketika mendapati lelaki itu meninggal dunia kerana tindakannya, Musa memohon
ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: “Musa berdoa: Wahai
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri kerana itu ampunilah
aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” Tetapi, tidak lama kemudian orang ramai mengetahui kematian
Fatun disebabkan Musa dan berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan
Firaun. Akhirnya mereka mau menangkap Musa. Karena terdesak, Musa mengambil
keputusan keluar dari Mesir. Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi
setelah delapan hari, beliau sampai di kota Madyan, yaitu kota Nabi Syu’aib di
timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya: “....Wahai
Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi: “Dan lemparkan tongkatmu,
apabila tongkat itu menjadi ular Musa melihatnya bergerak seperti seekor ular,
dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu
takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa: “Masukkan
tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih bersinar dan dakapkan kedua
tanganmu ke dada kerana ketakutan....”
Tongkat menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu
adalah dua mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa, ketika beliau dalam
perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, untuk menghadapi Firaun dan pengikutnya
yang fasik. Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mahu membawa
ajaran lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli
sihir untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing
mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali terus menjadi ular.
Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal
daripada tongkat Musa.
Firman Allah: “Dan lemparkanlah apa yang ada
di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa
yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang
sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu ditewaskan, Musa
menggunakan dua mukjizat berkenaan, menyebabkan sebahagian daripada kalangan
pengikut Firaun, termasuk isterinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa.
Melihatkan ahli sihir dan sebahagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi
Musa, Firaun marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Ketika isterinya sendiri
diseksa hingga meninggal dunia. Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa
melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan
tenteranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari belakang, tetapi semua
mereka mati ditenggelamkan laut. Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah
ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan
Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”
NABI MUSA
BERMUNAJAT DI BUKIT SINA
Setelah keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama
sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk
mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan
berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mau bermunajat, beliau
beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Beliau menggosok gigi dan
mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau diwajibkan
berpuasa 10 hari lagi.Dengan itu puasa Musa genap 40 hari. Sewaktu bermunajat,
Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zatMu kepadaku supaya aku dapat
melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup
melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di
tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa
terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit
itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya.Musa
terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.
KEZALIMAN FIRAUN
Allah memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel,
antaranya dibebaskan daripada kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan
subur, mempunyai Taurat dan rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak
bersyukur, malah memberikan berbagai alasan. Mereka juga membelakangi wahyu
Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestina. Alasan diberikan kerana mereka
takut menghadapi suku Kan’an. Sikap Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan
hati Musa, lalu beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain
diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik
mengingkari nikmat dan kurniaMu.”Hukuman Bani Israel yang menolak perintah
itu ialah Allah mengharamkan mereka memasuki Palestin selama 40 tahun dan
selama itu mereka berkeliaran di atas muka bumi tanpa tempat tetap.Mereka hidup
dalam kebingungan sehingga semuanya musnah. Palestina kemudian dihuni oleh
generasi baru. Bani Israel juga memperolokkan rasul mereka, yang dapat dilihat
melalui kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika
Musa berkata kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi
betina. Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan...”Musa
meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan
usianya 150 tahun di Bukit Nabu’, tempat diperintahkan Allah untuk melihat
tempat suci yang dijanjikan, iaitu Palestina. Tetapi beliau tidak sempat
memasukinya.
D. NABI ISA ALAIHIS
SALAM
Ibu Nabi Isa A.S. bernama Maryam (tidak berayah atas
kekuasaan Allah) dan tidak seperti manusia biasa yang mempunyai ibu bapak.
Keanehan kelahiran beliau ini adalah untuk menjadi ujian kepada manusia, apakah
manusia tidak akan percaya kepada kekuasaan Allah. Orang yang beriman percaya
atas kelahiran Isa A.S. tanpa ayah. Roh yang ditiupkan oleh Malaikat
Ruhulqudus, roh yang suci ke dalam kandungan Siti Maryam, sehingga lahir
seorang bayi laki-laki yang setelah dewasa diangkat oleh Allah menjadi menjadi
seorang rasul. Maryam adalah seorang wanita yang salehah. Pada waktu ia gadis remaja,
datanglah malaikat Jibril memberi kabar kepadanya. Malaikat tersebut datang
menyerupai manusia. la memberi kabar kepada Maryam bahwa ia akan memperoleh
seorang bayi laki-Iaki. Maryam kemudian berkata: ''Jauhlah engkau dari
sini dan aku berlindung kepada Allah atas kejahatan yang akan terjadi dan aku
takut kepada Allah."
Malaikat menjawab, seperti yang tersebut di dalam AI
Qur'an surat Maryam ayat 17 sampai 21 yang artinya:
“Dibuatnya dinding antaranya dan antara mereka itu.
Kemudian Kami utus kepadanya seorang Malaikat fibril, lalu ia lupakan dirinya
sebagai manusia yang sempurna”. (QS.
Maryam: 17). Berkata Maryam: "Sesungguhnya saya berlindung kepada
Tuhan yang Penyayang dari kejahatan engkau, jika engkau orang yang takut
kepada-Nya." (QS. Maryam:18). Sahut Malaikat: "Sesungguhnya
saya seorang utusan Allah karena hendak memberi engkau anak yang bersih." (QS.
Maryam: 19). Jawab Maryam: "Bagaimana saya akan memperoleh seorang
anak, sedang seorang manusia pun tak pernah menyentuh tubuh saya dan saya bukan
pula seorang yang jahat." (QS. Maryam: 20). Berkata
Malaikat: "Demikianlah halnya. Tuhan engkau telah berfirman:
"Perkara itu amat mudah bagi-Ku, supaya Kujadikan suatu tanda kekuasaan
kepada manusia dengan rahmat-Ku. Adalah kejadian itu suatu perkara yang
diluluskan." (QS. Maryam: 21).
SITI MARYAM
MENGANDUNG
Siti Maryam mengandung, makin lama makin besar
kandungannya. GemparIah penduduk kampung yang melihat seorang anak gadis telah
hamil. Persangkaan mereka, tentulah Maryam telah berbuat serong dengan seorang
laki-Iaki. Oleh karena itu bertubi-tubilah pertanyaan orang kepada Maryam
dengan segala ejekan dan hinaan. Bahkan ada pula di antaranya yang berkata:
"Hai Maryam, bukankah orang tuamu orang baik-baik, tetapi mengapa
engkau sampai seperti itu?".
Pada waktu kelahiran Nabi Isa A.S. sudah dekat, Siti
Maryam berhijrah ke daerah lain. la menjauh dari keluarga dan orang sekampung,
karena tidak tahan mendengar ejekan-ejekan. Dalam perjalanannya, ia berhenti di
sebuah pohon tamar. Beliau duduk merasakan sakit, saat untuk melahirkan sudah
terasa. Beliau berdoa kepada Allah supaya Allah mematikannya sebelum lahir
anaknya itu, karena Maryam tidak kuat mendengar caci maki orang-orang terhadap
dirinya. Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 22-26:
“Maka hamillah Maryam, lalu ia berpindah ke tempat
yang jauh dari keluarganya”. (QS.
Maryam: 22). “Maka bernaunglah ia di bawah pohon tamar, sedang sakit
melahirkan anak, seraya berkata: "Aduh, hai nasibku, lebih baik aku mati
sebelum ini, tentu aku dilupakan oleh manusia selupa-lupanya.". (QS.
Maryam: 23). Maka Jibril pun menyerunya ketika itu, sedang Jibril berada di
sebelah bawahnya: "Jangan engkau berduka cita. Sesungguhnya Tuhan
engkau telah menjadikan seorang yang berpangkat tinggi (Isa A.S.) di bawah
penjagaan engkau." (QS. Maryam: 24).
“Goyangkanlah pohon tamar itu, niscaya gugur buahnya
yang masak buat engkau makan”. (QS.
Maryam: 25). “Makanlah, minumlah dan senangkanlah hati engkau! Jika
engkau lihat seorang manusia yang bertanyakan anak engkau, katakanlah:
"Sesungguhnya saya telah bernazar kepada Tuhan akan berpuasa, dan tiada
berbicara dengan manusia pada hari ini." (QS. Maryam: 26).
MARYAM PULANG
KAMPUNG SAMBI! MEMBAWA ANAKNYA
Setelah melahirkan, Maryam membawa bayinya ke kampung
halamannya. Mereka berpendapat bahwa anak itu adalah anak hasil melacur. Mereka
melontarkan kata-kata hina terhadap Maryam sambil bertanya: "Hai
Maryam, engkau telah membawa bayi yang tak baik ke sini, sedangkan keluargamu
adalah orang baik-baik. Betapa urusanmu yang seperti ini? Tunjukkanlah kepada
kami siapakah yang sebenarnya bapa bayi itu?"
Maryam tidak menjawab, tetapi memberi isyarat kepada
anak yang sedang dipangkunya itu. Berkata mereka: "Bagaimana kami
akan berkata-kata dengan anak masih kecil ini?" Pada saat orang
sedang berkerumun itulah, dengan kekuasaan Allah berkatalah bayi (Nabi Isa)
yang berada di atas pangkuan Maryam.
Allah berfirman di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat
27-34 yang artinya sebagai berikut :
“Kemudian itu pergilah Maryam, mambawa anaknya kepada
familinya, lalu mereka berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kau telah
membawa sesuatu yang mungkar." (QS.
Maryam: 27)
"Hai saudaranya Harun, bukanlah bapa engkau
adalah seorang yang jahat, dan bukan pula ibu engkau seorang perempuan pezina.
Dan bagaimanakah engkau mendapat anak ini?" (QS. Maryam: 28)
“Maka Maryam memberi isyarat kepada anaknya (Isa),
lalu mereka berkata: "Betapakah kami akan berbicara dengan anak yang masih
di dalam buaian?" (QS.
Maryam: 29).
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini
seorang hamba Allah, diberikan-Nya kepadaku sebuah kitab (Injil) dan
dijadikan-Nya aku seorang Nabi." (QS. Maryam: 30)
"Dijadikan-Nya aku seorang yang berguna kepada
manusia di mana aku berada, diwasiatkan-Nya kepadaku mengerjakan shalat dan
mengeluarkan zakat, selama aku hidup” (QS.
Maryam: 31)
“Dan aku berbakti kepada ibuku, dan tiadalah aku
dijadikan-Nya seorang yang sombong dan pendurhaka” (QS. Maryam: 32)
“Selamatlah diriku ketika dilahirkan, dan ketika aku
mati, dan ketika aku dibangkitkan (dihidupkan) kembali." (QS. Maryam: 33)
“Itulah Isa anak Maryam, ia berkata yang sebenarnya,
yang mereka ragu-ragu tentang kebenarannya” (QS. Maryam: 34)
NABI ISA AKAN
DIBUNUH
Sahabat-sahabat Nabi Isa disebut kaum
"Hawariyin," seperti sahabat-sahabat Nabi Muhammad disebut kaum
Anshar dan Muhajirin. Oi antara sahabat Nabi Isa ada seorang yang murtad dan
penghina, ia bernama "Yahuza" (Iskariot). Yahuza ini juga mempunyai
pengikut, yang makin lama makin bertambah banyak. Oleh karena itu, pengikut
Nabi Isa dinamai orang Nasara atau Nasrani. Di dalam menyiarkan agama Allah,
rasul selalu menemui manusia yang beriman kepada Allah, dan yang durhaka
(kafir). Orang-orang kafir itu selalu memusuhi rasul-rasul-Nya. Musuh Nabi Isa
telah bermusyawarah untuk menangkap Nabi Isa dan akan dibunuh (disalib).
Sahabatnya yang murtad itulah yang menjadi penunjuk untuk menangkap Nabi Isa,
merasa dapat menangkap nabi Isa, sebab dia adalah orang yang terdekat dengan
Nabi Isa.
DENGAN KEKUASAAN
ALLAH NABI ISA DIANGKAT KE ALAM GHAIB (MIRAJ)
Muka/wajah sahabatnya yang murtad itu terlihat orang
nampak seperti Nabi Isa A.S. Orang munafik inilah sebenarnya yang tertangkap,
bukan nabi Isa. Kekuasaan Allah telah mampu mengangkat Nabi Isa telah ke alam
ghaib (Miraj). Demikianlah kekuasaan Allah melebihi segala-galanya, dan rencana
manusia tidak semuanya berhasil, rencana Allah itulah yang sebagus-bagus
rencana. Allah berfirman dalam AI Qur'an surat An Nisa' ayat 157 yang artinya:
"Ada pun orang-orang yang durhaka itu, tidaklah mereka membunuh dan
menyalib Isa, hanya orang yang diserupakan Allah dengan Isa lah yang
tersalib."
E. NABI
MUHAMMAD SALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
Riwayat Nabi Muhammad S.A.W bermula 14 abad yang lalu di
sebuah kota kecil. Kota itu panas dan tandus di suatu Jazirah kawasan Timur
Tengah yang terkenal karena padang pasirnya yang luas. Selain
ketandusannya, wilayah itu dipenuhi dengan para penyembah berhala, baik
berhala batu maupun kayu yang tidak dapat berbuat apa-apa. Disana juga
disana terdapat sebuah bangunan berbentuk kubus hitam yang dikelilingi oleh
berhala-berhala. Tidak tanggung-tanggung, menurut beberapa riwayat jumlah
berhalanya bagaikan jumlah sudut suatu lingkaran yakni mencapai 360 buah. Kota
itu tidak begitu terkenal di masa sebelum abad ke-7 Masehi. Umumnya yang
melintasi wilayah tersebut adalah para pedagang, para petualang, dan
pelarian-pelarian dari Persia maupun Rumawi. Jadi, tidak mengherankan kalau
kota kecil di Jazirah Arabia yang kelak bernama Mekkah itu merupakan tempat
dimana terjadi pertemuan berbagai jenis manusia, tempat dimana perbuatan buruk
dan haram, perampokan, pembunuhan bayi, minum-minuman keras, dan yang
memusnahkan segala kebajikan dan moral berada. Saat itu masyarakat jazirah
Arabia dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Zaman ketika hal itu terjadi
seringkali disebut sebagai zaman jahiliyyah atau ada pula yang menyebutnya abad
kegelapan.
KELAHIRAN BAGINDA
NABI SAW
Nabi Muhammad S.A.W muncul disaat yang kritis dalam
kehidupan umat manusia. Ia bagaikan sebuah lentera di langit malam, bagaikan
bintang yang cemerlang pada malam yang gelap gulita. Sinarnya yang terang
membuat malam menjadi terang benderang. Namun, beliau bukan bintang yang biasa.
Tapi maha bintang yang sangat luar biasa, yang cahayanya mampu menembus lubuk
hati manusia. Bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena
bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya
dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama
Muhammad. Menurut sejarawan, “Muhammad” yang artinya “dia yang terpuji” tepat
terlahir di kota Mekkah tanggal 12 Rabiul Awwal (17 Rabiul awwal menurut mazhab
Syiah) 570 M atau sering disebut tanggal 20 April 570 M dan meninggal 8 Juni
632 M di Madinah. Namun, Cahaya Muhammad (Nur Muhammad) sebagai penerang umat
manusia tak pernah padam walaupun 14 abad telah berlalu. Riwayat hidupnya telah
diceritakan dengan jutaan kata-kata oleh para pemeluknya, maupun oleh para ahli
sejarah non-muslim (Orientalis). Baik kata-kata tertulis menjadi sebuah buku
maupun tidak tertulis.
Peristiwa kelahiran Sang Nabi yang menjadi Rahmat bagi
Semua Alam dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa. Menurut beberapa
riwayat, kelahiran Nabi Muhammad dimulai dengan peristiwa padamnya api abadi di
kerajaan Persia. Lantas, hancur juga sesembahan batu berhala di sana. Di kota
Mekkah, kota dimana Sang Nabi dilahirkan, pasukan bergajah Abrahah yang berniat
menghancurkan Kabah mengalami kehancuran. Niatnya untuk memasuki dan menguasai
kota Mekkah mengalami kegagalan karena sebab-sebab yang seringkali dikaitkan
dengan adanya burung-burung pembawa batu api. Burung-burung itu disebut
burung Thoiron Ababil yang tiba-tiba muncul. Kemunculan burung misterius
itu seolah-olah balatentara Allah S.W.T yang menghancurkan musuh-musuh-Nya.
Tidak banyak orang yang tahu apa sebenarnya burung Thoiron Ababil itu.
Karena itu, tahun saat Nabi Muhammad S.A.W dilahirkan
kemudian sering disebut tahun Gajah. Kota Mekkah, tempat dimana Ka’bah berada,
kelak di kemudian hari menjadi kiblat bagi Umat Muhammad sampai akhir zaman.
Ayah Nabi bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kakeknya bernama Abdul Mutholib.
Kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan
Nabi Ibrahim a.s. Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa Nur Muhammad,
Cahaya Terpuji dan meletakkannya ke dalam rahim istrinya yaitu Aminah.
Begitu riang hatinya ketika akhirnya ia mendengar kabar rombongan dagang
suaminya pulang. Tapi mendadak ia amat terkejut, ketika rombongan kafilah
dagang suaminya datang ia tidak melihat sosok Abdullah diantara mereka.
Kemudian, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita
duka kepada Aminah bahwa suaminya telah meninggal. Mulutnya begitu berat untuk
mengucapkan kata kata ini kepada wanita ini. Ia tidak sanggup mengutarakannya.
Namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah
Swt dan dimakamkan di Abwa.
Aminah begitu tergoncang hatinnya mendengarkan hal
ini. Ia tak sanggup menahan tangisnya. Karena berduka, Aminah pun menangis
meluapkan kesedihannya dan tidak bernafsu makan selama beberapa hari.
Seolah-olah telah hilang sebagian semangatnya, belahan hatinya. Namun ia
bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia
menjaga bayi dalam janinnya dengan baik baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu
dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa a.s).
Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata :
“Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi
manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik baik hingga
kelahirannya.”
Beberapa tahun kemudian, setelah usia Nabi yang waktu
kecil menginjak 6 tahun, Aminah ibunda Nabi Muhammad wafat juga menyusul
suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman
dan diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib. Tapi, belum lagi hilang duka setelah
ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum
lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad
diasuh oleh pamannya – Abu Tholib. Pemandu umat manusia selalu saja dipilihkan
oleh Allah SWT untuk memiliki pengalaman hidup sebagai seorang gembala.
Meskipun demikian, Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran
budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai orang jujur
(al-Amin). Ketika tumbuh dewasa, Ia menjadi salah seorang kafilah dagang
Khodijah yang terpercaya. Khodijah adalah seorang janda dan sekaligus seorang
saudagar wanita kota Mekkah yang disegani karena kemuliaan akhlaknya. Kepada
Nabi Muhammad S.A.W, Khodijah memberikan upah (gaji) dua kali lipat
dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain karena kesuksesan
Muhamad sebagai pedagang yang jujur dan penuh amanah.
Suatu saat, Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang
duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi
menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah
yang menjadi akuntan Khadijah kemudian menceritakan tentang Kebesaran jiwa
Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah kemudian menceritakan suatu
kisah yang menarik. Katanya, sewaktu di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon
untuk istirahat. Ketika itu, seorang pendeta yang sedang duduk di biaranya
kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian
ia berkata, Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang
tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada
pamannya yaitu Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan,
Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.
PERNIKAHAN &
BENIH-BENIH KEMULIAAN
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan
lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa
sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah
tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa! Apakah anda akan menyambut dengan
senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan,
dan kehormatan ?”
Nabi menjawab, “Apa maksud Anda?”
Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata, “Apakah
Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?”
Nafsiah berujar, “Saya mendapat kepercayaan dari
dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar
walinya (Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta wali Anda, dan upacara
perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan”.
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya
yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan. Sang paman yang
mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan.
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya. Upacara pun
dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh
ekor unta. Nabi Muhammad sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang
begitu lengkap kemuliaannya. Dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang
anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir.
Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.
Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur Nabi mulai menginjak 35 tahun, banjir
dahsyat mengalir dari gunung ke Kabah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah
selamat dari kerusakan. Mekkah kebanjiran. Dinding Kabah mengalami kerusakan.
Orang Quraisy memutuskan untuk membangun kembali Kabah tapi takut
membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis,
meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang
Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi
sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan
persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu.
Pada saat pembangunan kembali Kabah, diberitahukan pada semua pihak sebagai
berikut, “Dalam pembangunan kembali Kabah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan
yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau
melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.” Terlihat
bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang
diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal
demikian?
Ketika renovasi dinding Kabah telah dibangun dalam
batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada
tempatnya. Namun, masalah mulai muncul karena perselisihan di kalangan pemimpin
suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas
melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini,
maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Ketika masalah mencapai tahap
kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin
Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,
“Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk
melalui Pintu Shafa. (buku lain mencatat Bab as-salam).”
Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad
muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin.
Kita setuju ia menjadi hakim sengketa ini!”
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta
mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain
itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh
Mekah memegang setiap sudut kain itu. Dengan cara itu maka batu Hajar Aswad pun
diangkat bersamaan diatas selembar kain segi empat. Gotong royong ini menjadi
hikmah tersendiri bagi Muhammad yang kelak mempersatukan suku-suku Arab. Ketika
Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya
dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri
pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah hanya gara-gara
egoisme kesukuan semata. Sejak kelahirannya, Allah SWT telah menentukan tentang
semua ini sebagai suatu pelajaran agung bagi manusia yang dipilihNya menjadi
Nabi dan Rosul Terakhir. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi
bukti yang tak terbantahkan (simak QS 103), bahwa ia adalah manusia sempurna
(al-Insan al-Kamil), dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya.
Kejujuran dan kebersihan hati Nabi Muhammad SAW
menyebabkan dirinya disebut Al-Amin oleh masyarakat Mekah. Ia menjadi sosok panutan
masyarakat, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak.
Sebelum diutus menjadi Rosullullah, Muhammad selalu mengamati tanda-tanda
kekuasaan Ilahi, kekuasaan Rabbul ‘Aalamin, Tuhan yang menciptakan, memelihara,
dan mendidik semua makhluk-Nya, baik di alam, di lingkungan sekitarnya,
diantara manusia, didalam keluarganya, didalam dirinya sendiri, dan
mengkajinya secara mendalam. Terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan
ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam
terhadap langit, bumi dan semua isinya. Untuk merenungkan semua itu, Muhammad
mempunyai tempat istimewa sendiri yaitu di Gunung Hira. Gunung itu puncaknya
dapat dicapai kurang lebih setengah jam. Di gua gunung Hira atau sering disebut
Gua Hira ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut Nabi Muhammad SAW sejak
awal masa dewasa Nabi. Gua Hira menjadi saksi bisu tentang wahyu pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Gua Hira
seolah-olah ingin berkata, “Disinilah dulu anak Hasyim (Nabi Muhammad
SAW sering disebut sebagai anak Bani Hasyim) itu tinggal, yang selalu kalian
sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon (nama
lain Al Qur’an) pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah
mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup
telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian
hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah dan saksi bisu semata.”
DIUTUS
MENJADI NABI DAN RASUL
Gua Hira tempat diturunkannya Wahyu Ilahi Yang Maha
Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia,
kalimat yang dengannya alam semesta berguncang.
Pada suatu malam di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi,
yang kelak disebut nabi Muhammad SAW sebagai malam Lailah al-Qadr (lailatu
qadar), Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Allah, Tuhan Semesta Alam, Rabbul
‘Aalamin, menyampaikan kalimat-Nya kepada Al-amin yang berada di Gua Hira.
Muhammad SAW telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul
tugas yang maha berat ini, ia telah menjadi manusia pembelajar secara alamiah
sebelum kenabian dan kerasulan ditetapkan padanya. Jibril datang kepadanya dengan
membawa beberapa kalimat Allah. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam
Al-quran sebagai berikut (QS 96:1-5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan perantaraan
kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat pertama ini merupakan perintah Allah S.W.T yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril untuk “Membaca”
atau “Iqra”. Apa yang dibaca dan apa maksudnya “membaca” berhubungan dengan
Allah S.W.T sebagai Pencipta makhluk atau ar-Rabb. Jadi, kalau umat Islam tidak
membaca tanda-tanda (ayat-ayat) Kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta makhluk
berarti telah melanggar satu perintah agung dari Allah SWT langsung. Turunnya 5
ayat surat al-‘Alaq ini dengan tegas menyatakan tentang program atau rencana
yang akan diamanatkan kepada Nabi. Karena itu, surat ke-1 sampai ke-5 surat
al-‘Alaq dengan perintah “Iqra” atau “Baca” secara langsung menyatakan bahwa
dasar-dasar kebenaran al-Haqq bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang benar
sebagai suatu agama yang mengikat yang nanti akan disampaikan Muhammad
berhubungan dengan proses belajar yang terus menerus tentang kehidupan dimana
di dalamnya terdapat proses atau tatacara pengkajian, pengetahuan,
kebijaksanaan, dan penggunaan pena (kalam) untuk menulis. Pena atau Qalam, yang
kelak namanya menjadi salah satyu nama surat dalam Al Qur’an yaitu suraka
Al-Qalam (QS 68), karena itu pengertiannya sangat penting bagi Umat Islam.
Muhammad, pembawa berita bahagia, merupakan manusia
teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud dimana asma-asama,
sifat-sifat, dan perbuatan Ilahiah dinyatakan sebagai suatu adab dan akhlak bagi
manusia sebagai makhluk berpikir, bukan binatang tanpa akal, Ia adalah utusan
Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluk
yang mencapai kesempurnaan yang dapat dicapai Muhammad dengan kehambaannya
dihadapan Allah SWT bukan dengan kesombongan yang dapat menabiri kemuliaan
wujud manusianya. Sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran,
manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah
menghianati janji, dan sayang kepada kaum yang miskin, lemah dan papa. Ia
bagaikan raja bagi kaum dhuafa maupun bagi para penguasa dunia, dan ditakuti
para dajjal yang matahatinya buta. Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya
menyampaikan wahyu pertama itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah
Khodijah dengan rasa takut amat sangat. Tubuhnya masih menggigil ketakutan
ketika sampai di rumah dan di sambut dengan istrinya Khadijah. Namun, saat itu
Jiwa agung Nabi Muhammad telah disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya
apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril
menyapanya, “Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan akulah Jibril.”
Muhammad menerima kalimat Ilahi secara bertahap,
secara berangsur-angsur. Fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita,
Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang
memeluk Islam adalah syayidina Ali Karamallahu Wajhah. Suatu saat, ketika
dirasakan waktunya tiba untuk mengungkapkan siapa dirinya, Muhammad mengadakan
perjamuan makan dengan kerabatnya. Selesai makan, beliau berpaling kepada para
sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan
keesaan-Nya. Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah
berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya
bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian
dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Saya membawakan kepada Anda rahmat
dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda
kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya
sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah
(pengganti) saya?.”
Ketika pidato Nabi mencapai titik ini, semua terpaku,
sel-sel kelabu otak masing-masing yang hadir mendadak membeku, kebisuan total
melanda pertemuan itu. Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan
kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap, “Wahai Nabi
Allah, saya siap mendukung Anda.” Nabi menyuruhnya duduk. Nabi
mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali yang
terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya
seraya berkata, “Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara
kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia”. Ali kemudian sering disebut
Karamallahu Wajhah (KWJ) yang maksudnya seseorang yang tidak pernah menyembah
berhala ataupun memakan makanan dari hasil untuk sesembahan berhala. Peristiwa
diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran Ali tanpa keraguan. Setelah
berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum
Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam
berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musyrik yang terus
mencemoohnya, menghardiknya, mengejeknya bahkan suatu ketika memuncak menjadi
ingin membunuhnya. Pasukan musyrik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan
Muhammad. Mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka
memfitnah Nabi, bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Quran,
menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan
orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Quran
Allah berfirman :
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang
kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,Ia adalah seorang
tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang
dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”
Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib)
meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi
mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga
pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini
dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir
Quraisy semakin berani menganggu Muhammad. Akhirnya Muhammad berhijrah ke
Yastrib. Peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib merupakan momen awal dari lahirnya
Umat Islam yang lebih terorganisir. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung
jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya
Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi,
Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,
dan lanjut usia. Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan
untuk membunuh Muhammad di malam hari. Masing-masing suku mempunyai wakil,
sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Mereka
mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti
urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam
kaum kafir itu. Al-Quran merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy)
memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan
tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi
keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut
usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk
sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman
kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi. Kepada Ali Nabi
berkata, “Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan
selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh
saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib.”
HIJRAH
Dalam pengungsian, Nabi Muhammad tiba di Quba tanggal
12 Rabiul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah kaum
Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ
sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke
Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan Ali. Orang Quraisy mengetahui
hijrahnya Ali dan rombongannya diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah
binti Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib karena itu, mereka
memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun
terjadi dan Ali berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong
dan darahnya tumpah, majulah!” Tanda marah nampak di wajahnya.
Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil
sikap damai dan berbalik pulang. Ketika Ali tiba di Quba, kakinya berdarah,
dikarenakan menempuh perjalanan Makkah-Madinah dengan berjalan kaki. Nabi
dikabari bahwa Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau. Segera nabi ke
tempat Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki Ali membengkak, air mata Nabi
menetes haru. Penduduk Yastrib yang kemudian berganti menjadi nama Madinah –
menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk
menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah kekhalifan Islam
pertama kali didirikan.
Pada perang Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil
menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali
mengingatkannya dalam kata-kata “Pedang saya yang saya gunakan untuk
membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah),
paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih
ada pada saya”.
Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan Ali
tidak pernah absen. Saat itu Ali adalah pembawa panji dalam setiap peperangan.
Nabi mengungkapkan “Nilai pukulan Ali pada perang Khandaq (parit)
disebut juga dengan Ahzab kepada Amar bin Abdiwad itu. Nilai pengorbanan itu
melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan
jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi
aib dan terhina”.
BENTENG KHAIBAR
Peperangan Khaibar terjadi pada tahun 629 antara Nabi
Muhammad dan pengikutnya dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di oasis
Khaibar, sejauh 150 kilometer dari Madinah di bagian timur laut semenanjung
Arab. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan orang Islam. Perang Khaibar
terjadi tidak lama selepas Perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah memimpin sendiri
ekspedisi ketenteraan menuju Khaibar, daerah sejauh tiga hari perjalanan dari
Madinah. Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di
jazirah Arab, terutamanya setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah.
Pada perang Khaibar (sekitar 629 Masehi) ketika semangat kaum muslim mengendur
dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang
menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar
tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan Umar memuji keberanian
pemimpin benteng, Marhab, yang luar biasa. Kebisuan orang-orang sedang menunggu
dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi, “Dimanakah Ali?” Dikabarkan
kepada beliau bahwa Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu
pojok. Nabi bersabda, “Panggil dia”. Ali diangkut dengan unta dan
diturunkan di depan kemah Nabi. Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya
demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata
Ali seraya mendoakannya. Mata Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi
sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan Ali maju, menurut riwayat pintu benteng
Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci.
FATH MAKKAH
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah
dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah
kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan
kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi
pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana
migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada
pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api
unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh
tersebut. Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung
Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati
dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Mekkah… Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya
Mekkah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan Firaun-firaun, digantikan
hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang
menunggu kedatangan sahabatnya. Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada
dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah
dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya. Nabi memasuki Mekkah dan
bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang
tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad
berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu
begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah
memeranginya pengampunan dan beliau berkata … Pergilah, Anda semua adalah
orang-orang yang dibebaskan!
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran
individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini
tidak bisa tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat
dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua puluh tiga
tahun, agar di bisa mengevaluasi dan menelitinya kembali. Nabi Muhammad SAW
merupakan utusan Allah yang terakhir. Beliau bagaikan baju terbaik yang pertama
kali dibuat oleh Allah SWT yang akan dipakai terakhir kali yaitu sebagai Utusan
Allah yang terakhir dan terbaik. Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam
percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat
manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk
umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus
Allah kepada kaum Bani Israil. Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul
sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang
berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
HAJI WADA
Suasana haji wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum
Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama
kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya,
menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji
terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal
25 Dzulqadah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi
Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak…
seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan, “
“Labbaik, Allahumma labaik… Labbaik, la syarika laka,
! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu…Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu.
Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu…
Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu…Langit. “
Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah
memang mendengar bahwa penguasa itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi
ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4
Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Kabah dan Muhammad. Dia juga
ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah
diantarkan kepada Maksud. Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan
ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi
berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang
mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,”Tahukah kalian,
bulan apa ini”?
Mereka serentak menjawab, “Bulan Haram”!
…Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku
tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun
ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya… Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan
hartamu adalah haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana
diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui
Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini.
Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada
orang yang berhak menerimanya…..
Rasul kembali meminta untanya, Al-Qashwa. Ia berjalan
menuju ke tengah wadi di daerah 'Urana-Arafah. Dari atas untanya itu, Rasul
menyerukan khutbahnya yang terkenal tersebut. Kata-katanya sangat jelas. Pada
setiap kalimat, Muhammad berhenti sejenak. Rabi'a bin Umayya, mengulang
kata-kata itu, dengan suara lantang sehingga isi khutbah didengar oleh semua
jamaah. Muhammad menutup khutbahnya dengan berkata: "Ya Allah,
sudah kusampaikan!"Serentak jamaah pun menjawab: "Benar". Lalu
Muhammad menambahkannya: "Ya Allah, saksikan ini."
Rasul pun turun dari untanya. Ia terus di sana sampai
waktu sembahyang dzuhur dan asar. Setelah itu, ia menaiki untanya kembali
menuju Sakharat. Di sana, Muhammad membacakan firman Allah, Surat Al-Maidah
ayat 3: "Hari ini, Kusempurnakan bagimu semua agamamu ini, dan
Kucukupkan nikmat-Ku padamu, serta Kuridhoi Islam sebagai agamamu."
Abu Bakar menangis mendengar ayat tersebut. Inilah
isyarat bahwa risalah Rasul telah tuntas. Malam itu, Rasul meninggalkan Arafah
dan menginap di Muzdalifa. Pagi hari ia turun ke Masyaril Haram, kemudian ke
Mina untuk melemparkan kerikil ke Jumrah. Di kemah, Rasulullah menyembelih 63
ekor unta -jumlah yang sebanyak tahun usianya. Muhammad kemudian mencukur
rambutnya, mengakhiri ibadah haji ini. Satu-satunya ibadah haji besar yang
dilakukannya.
BAB III
PENUTUP
I. Kasimpulan
Dari sekian ulasan yang telah kami
buat dapat kami simpulkan bahwa setiap nabi utusan Allah adalah manusia yang
begitu indah ketabahan dan kesabarannya dan Semoga kita semua bisa
mengambil hikmah dari kisah teladan mereka, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
www.masuk-islam.com
http://aciesneutron.blogspot.com
http://referensimakalah.com
http://soft-technick.blogspot.com
www.suaratauhid.com
http://harmoni-my.org
buku akidah akhlak kelas 10 madrasah aliyah
http://jayussimeulue.blogspot.co.id
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : KISAH TELADAN RASUL ULUL AZMI"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...