MAKALAH BAHASA INDONESIA: SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
Minggu, November 04, 2018
Tambah Komentar
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
SEJARAH
EJAAN BAHASA INDONESIA
Kelompok 3
Ainul Yaqin 18170017
Amel 181700
Ariny 181700
Dimas 181700
Arifah 181700
Rahmawati 181700
Yaya’ 181700
Zufa 181700
Dosen Pembimbing :
JURUSAN MANAJEMAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGRUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting
dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara
langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan,
di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala
aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung
kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi
secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis,
diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
2. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari ejaan ?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan ejaan?
3. Apa
perbedaan EYD dengan ejaan sebelumnya?
3. Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang Ejaan.
2.
Untuk memahami sejarah perkembangan ejaan.
3.
Untuk mengetahui perbedaan EYD dengan ejaan sebelumnya.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Ejaan.
Ejaan adalah
seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf,
suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira
bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD
mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah
bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang
sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu
diresmikan pada tahun 1947).[1]
Pengertian
ejaan menurut para ahli:
1. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia
Pengertian ejaan menurut
KBBI adalah kaidah atau cara yang mengambarkan bunyi kata dan bunyi kalimat
dalam bentuk tulisan serta mengatur penggunaan tanda baca.
2. Menurut Keraf
Pengertian ejaan menurut Keraf adalah
seluruh aturan tentang bunyi, ujaran, dan hubungan antara lambang-lambang
tersebut (pemisahan atau penggabungannya) dalam suatu bahasa.
3. Menurut Arifin
Pengertian ejaan
menurut Arifin adalah aturan-aturan tentang bagaimana melambangkan bunyi uraian
dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang yang dimaksud. [2]
Ruang Lingkup Ejaan dalam
Bahasa Indonesia:
Secara
garis besar,ruang lingkup ejaan dalam bahasa Indonesia terdiri atas hal hal
berikut.
1. Pemakaian Huruf
Dalam bahasa Indonesia, terdapat
huruf abjad dan juga penggabungan untuk melambangkan diftong, seperti au
(harimau), atau ng (lambang). Berbeda dengan bahasa Inggris, ejaan Indonesia
menggunakan ejaan fonemis, di mana hanya ada satu bunyi untuk satu lambang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemenggalan kata adalah harus menggunakan
tanda hubung, tidak boleh memenggal kata dengan garis bawah, tidak boleh
memenggal satu huruf,dan lain sebagainya.
2. Penulisan Huruf
Ada banyak sekali jenis huruf,
seperti huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring. Huruf kapital digunakan
untuk awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama nama orang,
huruf pertama nama jabatan, huruf pertama nama orang, dan lain sebagainya.
Sedangkan huruf miring dipakai untuk menulis nama buku atau nama majalah yang
dikutip dari karangan tertentu, menegaskan huruf, kata, atau kelompok kata,
serta menulis nama ilmiah atau ungkapan asing.
3. Penulisan Kata
Kata juga memiliki beragam jenis,
seperti kata dasar, kata turunan, dan lain sebagainya. Kata dasar harus ditulis
sebagai satu kesatuan. Sedangkan untuk penulisan kata turunan, imbuhan harus
ditulis serangkai dengan kata dasar.
4. Penulisan Unsur Serapan
Banyak sekali bahasa asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia, salah satu contohnya adalah bahasa Arab.
Untuk menyerap bahasa Arab, kita harus memperhatikan beberapa hal, seperti
unsur mad (panjang) harus dihilangkan, konsonan yang tak ada dalam bahasa Indonesia
sebaiknya disesuaikan dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa
Indonesia. Jika tidak ada, maka tulislah kata tersebut sesuai dengan lafal
sebenarnya dan jangan lupa gunakan huruf miring.
5. Pemakaian Tanda Baca
Tanda
baca seringkali diabaikan dalam suatu tulisan. Padahal tanda baca sangat
membantu kita dalam memahami suatu tulisan. Contoh tanda baca antara lain:
a. Tanda titik (.)
b. Tanda koma (,)
c. Tanda titik koma (;)
d. Tanda titik dua (:)
e. Tanda hubung (-)
f. Tanda tanya (?)
g. Tanda seru (!)
h. Tanda kurung ((…))
i. Tanda garis miring (/)
j. Tanda pisah (--)
k. Tanda kurung siku ([])
l. Tanda petik satu ( ‘ )
m. Tanda petik dua (“)[3]
Fungsi
Ejaan
Ejaan
memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa,
baik itu yang berkaitan dengan pembakuan tata bahasa ataupun kosakata dan
peristilahan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
2.
Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan
3. Alat
penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Selain tiga fungsi di atas, sebenarnya ejaan
juga memiliki fungsi lain. Secara praktis, ejaan memiliki fungsi untuk
mempermudah pembaca dalam mencerna informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan.[4]
2. Sejarah
Perkembangan Ejaan.
Kedudukan bahasa Indonesia yaitu
sebagai bahasa Nasionalseperti dalam ikrar sumpah pemuda sebagai alat pemersatu
bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa negara yang tercantum dalam UUD
’45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Berikut 5 sejarah perkembangan ejaan dari masa ke masa.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Berikut 5 sejarah perkembangan ejaan dari masa ke masa.
a.
Sejarah Ejaan Ophuijsen
Pada
1901 diadakan pembukuan ejaan Bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof.
Charles van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sultan Makmur dan Moh.
Toib Sultan Ibrahim. Hari pembukuan mereka ditulis dalam sebuah buku. Dalam
kitab itu dimanut sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Van
Ophuijsen atau seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Buku berjudul
Makische Spraakhunst Tata Bahasa Melayu karya Ch. A. Van Ophuijsen menjadi
acuan ejaan pertama yang ada di nusantara, oleh karena itu, acuan ejaan
tersebut dikenal dengan nama ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini diakui sebagai
acuan baku ejaan bahasa melayu di nusantara dan kemudian pemerintah kolonial
belanda meresmikan ejaan tersebut pada tahun 1901.
Ejaan Van
Ophuijsen memiliki enam ciri khusus yaitu:
1)
Huruf i untuk membedakan antara huruf i sebagai
akhiran yang disuarakan tersendiri seperti diftong., misal mulai dan ramai, dan
untuk menulis huruf y misal Soerabaia.
2)
Huruf j untuk
menuliskan kata-kata, misalnya jang, saja, wajang.
3)
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata, misalnya doeloe,
akoe, repoeblik.
4)
Tanda diakritis, seperti koma ain dan tanda trema untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, jum’at, ta’ dan
pa’.
5)
Huruf tj dieja menjadi c seperti Tjikini, tcara,
pertjaya.
6)
Huruf ch yang dieja kh
seperti achir, chusus, machloec’.[5]
b.
Sejarah Ejaan Soewandi
Beberapa tahun sebelum Indonesia
merdeka yakni pada masa pendudukan Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan
keadaan ejaan kita yang sangat tidak mampu mengikuti perkembangan ejaan
internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk menyempurnakan ejaan yang dirasakan
sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab
itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan
Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang
disebut sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga sebagai
Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik
itu adalah sebagai berikut :
Ø Huruf /oe/
diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut:
· goeroe menjdi
guru
· itoe menjadi
itu
· oemoer menjdi
umur
Ø Bunyi hamzah
dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata berikut:
· tida’ menjadi
tidak
· Pa’ menjadi
Pak
· ma’lum
menjadi maklum
· ra’yat
menjadi rakyat
Ø Angka dua
boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata berikut:
· beramai-ramai
menjadi be-ramai2
· anak-anak
menjadi anak2
·
berlari-larian menjadi ber-lari-2an
·
berjalan-jalan menjadi ber-jalan2
Ø Awalan di-
dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
seperti berikut :
diluar (kata
depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan),
diantara (kata
depan),
disimpan
(awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata depan), ditimpa (awalan),
disini (kata
depan).
Ø Tanda trema
tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata dipotong,
seperti kata berikut:
· Didjoempaϊ
menjadi didjumpai
· Dihargaϊ
menjadi dihargai
· Moelaϊ
menjadi mulai
Ø Tanda aksen
pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut
· ẻkor menjadi
ekor
· hẻran mejadi
heran
· mẻrah menjadi
merah
· berbẻda
menjadi berbeda
Ø Di hadapan tj
dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara tulis
· Menjtjuri
menjdi mentjuri
· Menjdjual
menjadi mendjual
Ø Ketika
memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai suku-suku
kata yang terpisah
· be-rangkat
menjadi ber-angkat
· atu-ran
menjadi atur-an
Ø Huruf-huruf
q, x , dan y tidak diatur pemakainnya dalam ejaan. Huruf c hanya dipakai dalam
hubungannya dengan huruf ch.[6]
c.
Sejarah Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini urung diresmikan.
Namun, ejaan ini diduga menjadi pemantik
awal diberlakukannya EYD tahun 1972 (Erikha, 2015). Ejaan Pembaharuan
direncanakan untuk memperbarui Ejaan Republik. Pembaruan ejaan ini dilandasi
oleh rasa prihatin Menteri Moehammad Yamin akan kondisi bahasa Indonesia yang
belum memiliki kejatian. Maka diadakanlah Konggres Bahasa Indonesia Kedua di
Medan. Medan dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia digunakan dengan
baik oleh masyarakat. Pada konggres tersebut diusulkan perubahan ejaan dan perlu
adanya badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia.
Selanjutnya, dibentuk panitia oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan. Keberadaan panitia tersebut diperkuat dengan surat keputusan
tanggal 19 Juli 1956, nomor 44876/S (Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia,
2016). Panitia tersebut beranggotakan Profesor Prijono dan E. Katoppo (Admin
Padamu, 2016). Panitia tersebut berhasil merumuskan aturan baru pada tahun
1957. Aturan baru tersebut tidak diumumkan, tetapi menjadi bahan penyempurnaan
pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972. Panitia tersebut membuat aturan
tentang satu fonem diwakili dengan satu huruf. Penyederhanaan ini sesuai dengan
itikad agar dibuat ejaan yang praktis saat dipakai dalam keseharian (Erikha, 2016).
Selain aturan satu fonem satu huruf, terdapat pula aturan bahwa gabungan huruf
ditulis menjadi satu huruf.Menurut Admin Padamu (2016) ciri khas Ejaan
Pembaharuan ada empat, yaitu perubahan gabungan konsonan dan gabungan vokal.
Berikut keempat ciri khas tersebut.
1)
Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
Perubahan
penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonan ng menjadi satu huruf
ŋ. Misalnya, mengalah menjadi meŋalah.
2)
Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
Perubahan
penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonan njmenjadi satu hurufń.
Misalnya, menjanjimenjadimeńańi.
3)
Gabungan konsonan sj menjadi š
Perubahan
penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonansjmenjadi
satu hurufš. Misalnya, sjarat menjadi šarat.
4)
Gabungan vokal ai, au, dan oi, menjadi ay, aw, dan oy
Perubahan
penulisan gabungan huruf vokal (diftong) dari gabungan vokal ai, au,
danoimenjadiay,
aw, dan oy. Misalnya, balai, engkau, dan amboi menjadi balay,
engkaw, dan
amboy.[7]
d.
Sejarah Ejaan Melindo
Ejaan
Melindo adalah bentuk penggabungan aturan penggunaan huruf latin di Indonesia
dan aturan huruf latin oleh Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959. Hal ini
bermula dari peristiwa Kongres Bahasa Indonesia Kedua yang dilaksanakan pada
tahun 1954 di Medan. Malaysia sebagai salah satu delegasi yang hadir, memiliki
keinginan untuk menyatukan ejaan. Keinginan ini semakin kuat sejak Malaysia
merdeka pada tahun 1957.Kemudian kedua pemerintahan ini (Indonesia dan
Malaysia) menandatangani kesepakatan untuk merumuskan aturan ejaan yang dapat
dipakai bersama. Akhirnya keputusan itu terjadi pada tahun 1959.
Akan
tetapi, karena terjadi masalah antara Indonesia dan Malaysia, kesepakatan
perumusan ejaan tersebut tidak dapat dilanjutkan atau dilaksanakan. Faktor
pemicunya adalah masalah politik antara Indonesia dan Malaysia yang sedang
memanas. Indonesia yang saat itu sedang terpengaruh Moskow-Peking-Pyongyang.
Sedangkan Malaysia sedang condong kepada Inggris. Akhirnya Ejaan Melindo tidak
dapat dilanjutakan.
Ejaan
Melindo dapat dikenali dari enam ciri berikut (Admin Padamu, 2016 dan Erikha,
2015) :
1)
Gabungan
konsonan tj pada kata tjara, diganti dengan c sehingga ditulis cara.
2)
Gabungan
konsonan nj pada kata njanji, ditulis dengan huruf nc, sehingga menjadi huruf
yang baru
3)
Kata
menyapu akan ditulis meղapu
4)
Gabungan
sy pada kata syair ditulis menjadi ŝyair.
5)
Gabungan
ng pada kata ngopi ditulis menjadi ղopi.
6)
Diftong
oi seperti pada kata koboi ditulis menjadi koboy.[8]
e.
Sejarah Ejaan yang Disempurnakan
Dengan munculnya Orde Baru, maka
perhatian kepada persoalan bahasa dan penyempurnaannya bangkit kembali,
terutama oleh usaha Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang tahun 1968 bernama
Lembaga Bahasa Nasional yang kemudian menjadi pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa hingga sekarang. Atas usaha dan dorongan badan inilah program pembakuan
bahasa Indonesia di segala bidang makin digalakkan.[9]
Ejaan
yang disempurnakan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu
dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Sejak saat itulah konsep ini diberi nama Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Jika
dianalogkan dengan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi, Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) dapat disebut sebagai Ejaan Mashuri karena Mashurilah yang dengan
sepenuh tenaga sebagai Mentri pendidikan dan kebudayaan, memperjuangkan sampai
diresmikan oleh Presiden.[10]
3. Perbedaan
EYD dengan Ejaan Sebelumnya.
Diterbitkannya EYD yang berlaku
sampai saat ini tidak terlepas dengan peran tokoh-tokoh yang menilai
ejaan-ejaan sebelumnya, dari mulai menggganti huruf sampai mengganti kaidah
yang ada. Berikut beberapa perbedaan EYD yang merupakan Ejaan sekarang dengan Ejaan
terdahulu:
a.
Adanya huruf ‘c’ yang menggantikan huruf ‘tj’
b.
Adanya huruf ‘j’ untuk menggantikan huruf ‘dj’
c.
Adanya huruf ‘ch’ untuk menggantikan huruf ‘ch’, contohnya achir
menjadi akhir
d.
Adanya huruf ‘y’ untuk menggantikan huruf ‘j’
e.
Adanya huruf ‘ny’ untuk menggantikan huruf ‘nj’
f.
Adanya huruf ‘sy’ untuk menggantikan huruf ‘sj’
g.
Adanya huruf ‘j’ untuk menggantikan huruf ‘dj’
Beberapa
ketetapan baru:
Memasukkan
huruf f, v, dan z dalam huruf resmi bahasa Indonesia yang mana huruf tersebut
berasal dari bahasa asing
Awalan “di-”
dan kata depan “udi” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-” pada
dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya
Kata ulang ditulis
penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai
penanda perulangan.
Secara umum,
hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
a.
Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
b.
Penulisan kata.
c.
Penulisan tanda baca.
d.
Penulisan singkatan dan akronim.
e.
Penulisan angka dan lambang bilangan.
f.
Penulisan unsur serapan.
DAFTAR
RUJUKAN
Ahmadi, Muhsin. Sejarah
dan Standarisasi Bahasa Indonesia. Bandung
: Sinar Baru Algesindo. 1990
Aripin Z.E, dan Broto A. S. Pengajaran
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. 1978
Tasai, S Amran dan E. Zaenal Arifin. Cermat Berbahasa Indonesia :
Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika
Pressindo. 2000
Guru Info, Pengertian Ejaan (Bahasa Indonesia),
diakses dari: http://duniakampus7.blogspot.com/2014/03/pengertian-ejaan-bahasa-indonesia.html. pada tanggal 5 September 2018
Tenia Hilda, Pengertian Ejaan, Sejarah Perkembangan,
Fungsi, dan Ruang Lingkupnya. Diakses dari https://www.kata.co.id/Pengertian/Ejaan/2536. pada tanggal 5 September 2018
sumber : Yerry Mijianti. Penyempurnaan
Ejaan Bahasa Indonesia .... Halaman 113 – 126 Volume 3, No. 1, Februari 2018 yerry.mijianti@unmuhjember.ac.id
[1]
Kusnandar Heri, Sejarah
EYD, diakses dari: http://hcn127.blogspot.com/2012/10/sejarah-eyd.html?m=1. Pada tanggal 5 September 2018
Daniel Romario, Sejarah Penyempurnaan EYD (Ejaan yang
Disempurnakan), diakses dari http://realforce-g.blogspot.com/2014/12/sejarah-penyempurnaan-eyd-ejaan-yang.html, pada tanggal 5 September 2018
http://evaeempuy.blogspot.com/2011/02/karya-ilmiah_28.html?m=1
http://hcn127.blogspot.com/2012/10/sejarah-eyd.html?m=1
[1] Guru Info, Pengertian Ejaan
(Bahasa Indonesia), diakses dari: http://duniakampus7.blogspot.com/2014/03/pengertian-ejaan-bahasa-indonesia.html. pada tnaggal 5 September 2018
[2] Tenia Hilda, Pengertian Ejaan,
Sejarah Perkembangan, Fungsi, dan Ruang Lingkupnya. Diakses dari https://www.kata.co.id/Pengertian/Ejaan/2536. pada tanggal 5 September 2018
[3] Ibid.
[4] Ibid
[5] sumber :
Yerry Mijianti. Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia .... Halaman 113 – 126
Volume 3, No. 1, Februari 2018 yerry.mijianti@unmuhjember.ac.id
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Ibid
[9] Kusnandar Heri, Sejarah EYD,
diakses dari: http://hcn127.blogspot.com/2012/10/sejarah-eyd.html?m=1. Pada tanggal 5 September 2018
[10] Daniel Romario, Sejarah
Penyempurnaan EYD (Ejaan yang Disempurnakan), diakses dari http://realforce-g.blogspot.com/2014/12/sejarah-penyempurnaan-eyd-ejaan-yang.html, pada tnaggal 5 September 2018
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH BAHASA INDONESIA: SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...