MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ALANGKAH BAHAGIANYA JIKA KITA BERSYUKUR, QANA'AH, RIDHA, DAN SABAR


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Setiap pengembaraan dalam pencarian tuhan para suluk harus melewati Maqam-maqam tertentu, dan setiap Maqam tersebut memiliki tingkatan-tingkatan yang tak terhingga banyaknya, dalam setiap maqam, kadang-kadang salik terintang oleh hijab (tabir)yang besar.
Dia harus melewatinya atau dia berhenti pada maqamnya. Bahkan kalau tidak mampu mempertahankannya, ia akan mengalamiistidraj atau degradasi ruhani yang pasti akan mencelakakannya.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ridho?
2. Apa yang dimaksyd dengan tawakkal?
3. Apa yang dimaksud dengan sabar?
C.   Tujuan
Dari rumusan masalah diatas tujuan penulis makalah ini adalah:
1.           Dapat mengetahui apa itu ridho
2.           Dapat mengetahui apa itu tawakkal
3.           Dapat mengetahui apa itu sabar
D.   Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penulisan yaitu mendiskripsikan masalah, maka dalam makalah ini penulis menggunakan metode study teks (studi keperpustakaan) yang merupakan kegiatan penelusuran dan menela’ah literatur, yang melacak informasi dari buku, majalah, koran, intenet yang sangat diperlukan sebagai survei terhadap data yang sudah ada.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Ridho
Kata Ridho berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti senang, suka, rela. Ridho merupakan sifat yang terpuji yang harus dimiliki oleh manusia. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya. Menurut kamus Al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dan bisa diartikan Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu kita rasakan. Pengertian ridha juga ialah menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh Allah S.W.T. baik berupa peraturan ( hukum ) atau pun qada’ atau sesuatu ketentuan dari Allah S.W.T. Allah SWT berfirman:
Artinya: Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya.Itulah keberuntungan yang paling besar".(QS. Al-Maidah:119)
Ridho menurut bahasa artinya rela, sedangkan menurut istilah ridha artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu yang diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan baik berupa nikmat maupun saat terkena musibah.Orang yang mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak iri hati atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah SWT,manusia hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam agama islam.
Ridha termasuk salah satu akhlak terpuji. Ridha artinya sudah merasa cukupdengan apa yang la miliki, baik harta maupun pekerjaan. Sebagian orang mungkinmenganggap, sikap yang demikian termasuk akhlak yang buruk. Karena dengan merasacukup terhadap apa yang dimilikinya itu maka akan menimbulkan kemalasan padadirinya dan tidak man bekerja. Pandangan yang seperti itu adalah pandangan yang sesat dan keliru. Islam tidak mengajarkan kepada umatnya supaya hidup malas. Ridha dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya kehidupan dunia, yang membuat seseorang lupa akan Allah dalam mempersiapkan diri menuju kehidupanakhirat kelak. Akibat godaan nafsu, seseorang tidak takut atas ancaman yang akanditerimanya sehingga sikap dan perilakunya melampaui batas-batas norma agama. Maka,untuk menghindari hal itu, seorang muslim dituntut untuk bersikap Qanaah di dalamhidupnya. Firman Allah dalam Al-qur’an QS. Al-Baqarah ayat 153:

Artinya:“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu”
Macam-macam Sikap Ridha Dalam kehidupan seserorang ada beberapa hal yang harus menampilkan sikap ridha, minimal empat macam berikut ini:
1.      Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.
2.       Ridha terhadap taqdir Allah
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim. Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya.
3.      Ridha terhadap perintah orang tua.
     Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14:
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)

     Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
4.      Ridha terhadap peraturan dan undang-undang
Negara Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut:
 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar- benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (Q.S. An-Nisa:59).
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.


v  Fungsi Ridha Dalam Kehidupan Dalam kehidupan
ridha mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Ridha dalam kehidupan pribadi ialah :
a) Menjadikan seseorang hidupnya tidak tamak
b) Menjadikan seseorang hidupnya berjiwa tenang, rela terhadap semua pemberian Allah , dan selalu mensyukuri semua nikmat Allah yang dilimpahkan kepadanya
c) Menjadikan seseorang dalam hidup di dunia ini untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, dengan tetap berikhtiar.
2. Fungsi Ridha dalam kehidupan bermasyarakat ialah:
a) Seseorang tidak tamak dan ambisi terhadap kekayaan & kedudukan yang dimiliki orang lain
b) Seseorang tidak akan terperdaya oleh kemewahan hidup di dunia; c) Seseorang akan suka menegakkan kalimat Allah.

v  Sikap rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
2.  Senantiasa mengingat Allah swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
3. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil usahanya.
4. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam perbaikan akhlak.
5. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
6. Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah swt.

     Menurut kamus besar Indonesia, rida diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik.

B.   Tawakkal
Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Allah Ta’alah berfirman yang berbunyi :
Artinya: “Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan memberi rizqi dari arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia itu cukup baginya.”(Ath Tholaq: 2-3)
Tawakkal merupakan faktor paling utama yang bisa mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki kekuatan dari serangan makhluk lainnya yang menindas serta memusuhinya. Tawakkal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah sebagai pelindungnya atau yang memberinya kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya serta yang memberinya kecukupan, maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.
Tawakkal Bukan Berarti Tidak Berusaha, mewujudkan Tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Allah memerintahkan hamba-hambaNya untuk berusaha sekaligus bertawakkal. Berusaha dengan seluruh anggota badan dan bertawakkal dengan hati merupakan perwujudan iman kepada Allah Ta’ala. Sebagian orang mungkin ada yang berkata, “Jika orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit?” Perkataan itu sungguh menunjukkan kebodohan orang itu tentang hakikat Tawakkal. Nabi kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat bergantung.
Tawakkal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah dari Dia semata.
C.   Sabar
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Salah satu sikap mental yang fundamental bagi seorang sufi adalah sabar. Sabar diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan pendiriannya tidak berubah bagaimanapun beratnya tantangan yang dihadapi; pantang mundur dan tak kenal menyerah, sikap sabar dilandasi oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak (Iradah) tuhan.
Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.
Dalam banyak hal, ketidaksabaran merupakan awal dari penyimpangan dan kemerosotan moral. Korupsi, misalnya, merupakan wujud dari ketidaksabaran seseorang dalam meraih kekayaan secara halal dan legal. Kemacetan jalan raya sering kali disebabkan oleh ketidaksabaran pengguna jalan untuk disiplin dan antre.
Menurut Ali bin Abi Thalib, sabar itu sebagian dari iman. Nilai sabar itu identik kepala pada tubuh manusia. Jika kesabaran telah tiada, berarti iman dalam diri manusia itu telah sirna.
Sejarah menunjukkan bahwa kemenangan dakwah Islam, antara lain, terwujud karena kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian, musibah, dan permusuhan. Tentara Muslim dalam perang Badar yang hanya berjumlah 313 orang berhasil mengalahkan tentara kafir Quraisy yang berjumlah 1.000 orang karena kuatnya kesabaran mereka. Pendidikan kesabaran juga merupakan salah satu cara untuk memperoleh petunjuk Allah SWT, karena orang yang sabar hanya mau mendengar suara hati nurani, bukan mengikuti hawa nafsu dan emosi. Sabar berarti kita harus ikhlas, menerima dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah.
Macam-Macam Sabar
1.           Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
2.           Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
3.           Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain
4.           Sabar meraih kemuliaan
5.           Sabar menuntut ilmu
6.           Sabar dalam mengamalkan ilmu
7.           Sabar dalam berdakwa
8.           Sabar dan kemenangan
9.           Sabar diatas islam
10.        Sabar dan tauhid

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.      ridha merupakan menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh Allah SWT.
2.      Ridha juga dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya kehidupan dunia, yang membuat seseorang lupa akan Allah dalam mempersiapkan diri menuju kehidupanakhirat kelak
3.      Tawakkal merpakan kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat
4.      Nabi kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat bergantung
5.      Salah satu sikap mental yang fundamental bagi seorang sufi
6.      Sejarah menunjukkan bahwa kemenangan dakwah Islam, antara lain, terwujud karena kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian, musibah, dan permusuhan


DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rasuhon. Mukhtar solihin, 2000, Ilmu Tasawuf , bandung, CV Pustaka setia Hal. 13-14
Al-Gazali, Ihya Ulum Ad-Din,  Jilid IV, hal 10-11
 Al-Gazali, Ibid, Hal. 322
Nasruddin Razak, Drs., Dienul Islam, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1973
Amien Syukur, MA, Prof. Dr. H. M. Tasawuf Sosial, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2004,
Ahmad Fadlun ZR, “Menggapai Ridho Ilahi, Sulitkah Ia ?”, makalah pengantar buka puasa dalam diskusi Komunitas Lembaga Kajian dan Layanan Informasi Masyarakat (eL-KLIM) Wonosobo,  25 Agustus 2010
Achmad Mubarak, MA, Dr. Jiwa dalam Al-Qur’an: Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Paramadina, Jakarta, 2000.
Al- Ghazali , Ihya’ Ulum al-Dien, Juz: IV,  Dar Ihya al-Kutub al- Arabiyah, ttp, tt.
Hajudin Alwi, “Blessing in Disguise”, Majalah Derap Guru, No. 128 Th. X – September 2010

Belum ada Komentar untuk "MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ALANGKAH BAHAGIANYA JIKA KITA BERSYUKUR, QANA'AH, RIDHA, DAN SABAR"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel