MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ALANGKAH BAHAGIANYA JIKA KITA BERSYUKUR, QANA'AH, RIDHA, DAN SABAR
Rabu, November 08, 2017
Tambah Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap pengembaraan
dalam pencarian tuhan para suluk harus melewati Maqam-maqam
tertentu, dan setiap Maqam tersebut memiliki tingkatan-tingkatan yang tak
terhingga banyaknya, dalam setiap maqam, kadang-kadang salik terintang
oleh hijab (tabir)yang besar.
Dia harus melewatinya atau dia
berhenti pada maqamnya. Bahkan kalau tidak mampu mempertahankannya, ia akan
mengalamiistidraj atau degradasi ruhani yang pasti
akan mencelakakannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ridho?
2. Apa yang dimaksyd dengan tawakkal?
3. Apa yang dimaksud dengan sabar?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah
diatas tujuan penulis makalah ini adalah:
1.
Dapat mengetahui apa itu ridho
2.
Dapat mengetahui apa itu tawakkal
3.
Dapat mengetahui apa itu sabar
D. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan
penulisan yaitu mendiskripsikan masalah, maka dalam makalah ini penulis
menggunakan metode study teks (studi keperpustakaan) yang merupakan kegiatan
penelusuran dan menela’ah literatur, yang melacak informasi dari buku, majalah,
koran, intenet yang sangat diperlukan sebagai survei terhadap data yang sudah
ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ridho
Kata Ridho berasal dari
bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti senang, suka, rela. Ridho
merupakan sifat yang terpuji yang harus dimiliki oleh manusia. Banyak ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya.
Menurut kamus Al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dan bisa diartikan
Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang setiap
saat selalu kita rasakan. Pengertian ridha juga ialah menerima dengan senang
segala apa yang diberikan oleh Allah S.W.T. baik berupa peraturan ( hukum )
atau pun qada’ atau sesuatu ketentuan dari Allah S.W.T. Allah SWT berfirman:
Artinya: Allah
berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha
terhadapNya.Itulah keberuntungan yang paling besar".(QS.
Al-Maidah:119)
Ridho menurut bahasa
artinya rela, sedangkan menurut istilah ridha artinya menerima dengan senang
hati segala sesuatu yang diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah
ditetapkan baik berupa nikmat maupun saat terkena musibah.Orang yang mempunyai
sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan menggerutu atas
kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak iri hati atas kelebihan orang
lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah SWT,manusia hanya
berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha namanya putus asa.Dan sikap
putus asa tidak dibenarkan dalam agama islam.
Ridha termasuk salah
satu akhlak terpuji. Ridha artinya sudah merasa cukupdengan apa yang la miliki,
baik harta maupun pekerjaan. Sebagian orang mungkinmenganggap, sikap yang
demikian termasuk akhlak yang buruk. Karena dengan merasacukup terhadap apa
yang dimilikinya itu maka akan menimbulkan kemalasan padadirinya dan tidak man
bekerja. Pandangan yang seperti itu adalah pandangan yang sesat dan keliru.
Islam tidak mengajarkan kepada umatnya supaya hidup malas. Ridha dapat
menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya kehidupan dunia,
yang membuat seseorang lupa akan Allah dalam mempersiapkan diri menuju
kehidupanakhirat kelak. Akibat godaan nafsu, seseorang tidak takut atas ancaman
yang akanditerimanya sehingga sikap dan perilakunya melampaui batas-batas norma
agama. Maka,untuk menghindari hal itu, seorang muslim dituntut untuk bersikap
Qanaah di dalamhidupnya. Firman Allah dalam Al-qur’an QS. Al-Baqarah ayat 153:
Artinya:“Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu”
Macam-macam Sikap Ridha
Dalam kehidupan seserorang ada beberapa hal yang harus menampilkan sikap ridha,
minimal empat macam berikut ini:
1. Ridha
terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk
mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan
dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua
nilai dan syari’ah Islam.
2. Ridha
terhadap taqdir Allah
Ada dua sikap utama
bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha
dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah
keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim. Perbedaan
antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan
mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera
berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima
taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya.
3. Ridha
terhadap perintah orang tua.
Ridha
terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah
Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14:
Artinya : “ Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan
Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
4. Ridha
terhadap peraturan dan undang-undang
Negara Mentaati
peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin
keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S.
an-Nisa (4) ayat 59 berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar- benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya” (Q.S. An-Nisa:59).
Ulil Amri artinya
orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan
pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan
undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan
sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi
kader bangsa yang tangguh.
v Fungsi
Ridha Dalam Kehidupan Dalam kehidupan
ridha mempunyai beberapa fungsi, yaitu
sebagai berikut:
1. Fungsi Ridha dalam kehidupan pribadi
ialah :
a) Menjadikan seseorang
hidupnya tidak tamak
b) Menjadikan seseorang
hidupnya berjiwa tenang, rela terhadap semua pemberian Allah , dan selalu
mensyukuri semua nikmat Allah yang dilimpahkan kepadanya
c) Menjadikan seseorang
dalam hidup di dunia ini untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, dengan
tetap berikhtiar.
2. Fungsi Ridha dalam kehidupan
bermasyarakat ialah:
a) Seseorang tidak
tamak dan ambisi terhadap kekayaan & kedudukan yang dimiliki orang lain
b) Seseorang tidak akan
terperdaya oleh kemewahan hidup di dunia; c) Seseorang akan suka menegakkan
kalimat Allah.
v Sikap
rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Sabar dalam
melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau ikhtiar dan
penuh tanggung jawab.
2. Senantiasa mengingat Allah
swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
3. Tidak iri hati
atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil
usahanya.
4. Senantiasa
bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat
pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam
perbaikan akhlak.
5. Tetap beramal
saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan kemampuan, seperti
aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua di rumah dalam
menyelesaikan pekerjaan mereka.
6. Menunjukkan
kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap
kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap
perolehan rezeki atau karunia Allah swt.
Menurut kamus
besar Indonesia, rida diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan menurut
bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah
ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang
baik.
B. Tawakkal
Tawakkal adalah
kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan
kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun
akhirat. Allah Ta’alah berfirman yang berbunyi :
Artinya: “Dan
barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan
keluar dan memberi rizqi dari arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa
bertawakkal kepada Allah, maka Dia itu cukup baginya.”(Ath Tholaq: 2-3)
Tawakkal merupakan
faktor paling utama yang bisa mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki
kekuatan dari serangan makhluk lainnya yang menindas serta memusuhinya.
Tawakkal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu,
karena ia telah menjadikan Allah sebagai pelindungnya atau yang memberinya
kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya serta
yang memberinya kecukupan, maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya
padanya.
Tawakkal Bukan Berarti
Tidak Berusaha, mewujudkan Tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Allah
memerintahkan hamba-hambaNya untuk berusaha sekaligus bertawakkal. Berusaha
dengan seluruh anggota badan dan bertawakkal dengan hati merupakan perwujudan
iman kepada Allah Ta’ala. Sebagian orang mungkin ada yang berkata, “Jika
orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan diberi rizki, maka kenapa kita
harus lelah, berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk
dan bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit?” Perkataan
itu sungguh menunjukkan kebodohan orang itu tentang hakikat Tawakkal. Nabi kita
yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu
dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore
hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan,
pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada
Allah Yang Maha Esa sebagai tempat bergantung.
Tawakkal tidaklah
berarti meninggalkan usaha. Hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh dan
berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh menyandarkan
diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa
segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah dari Dia semata.
C. Sabar
Sabar adalah pilar
kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga
dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi
berbagai macam cobaan.
Salah satu sikap mental
yang fundamental bagi seorang sufi adalah sabar. Sabar diartikan sebagai suatu
keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak
tergoyahkan pendiriannya tidak berubah bagaimanapun beratnya tantangan yang
dihadapi; pantang mundur dan tak kenal menyerah, sikap sabar dilandasi oleh
anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak (Iradah)
tuhan.
Orang yang sabar tidak
hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga
teguh pendirian (istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis
dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.
Dalam banyak hal,
ketidaksabaran merupakan awal dari penyimpangan dan kemerosotan moral. Korupsi,
misalnya, merupakan wujud dari ketidaksabaran seseorang dalam meraih kekayaan
secara halal dan legal. Kemacetan jalan raya sering kali disebabkan oleh
ketidaksabaran pengguna jalan untuk disiplin dan antre.
Menurut Ali bin Abi
Thalib, sabar itu sebagian dari iman. Nilai sabar itu identik kepala pada tubuh
manusia. Jika kesabaran telah tiada, berarti iman dalam diri manusia itu telah
sirna.
Sejarah menunjukkan
bahwa kemenangan dakwah Islam, antara lain, terwujud karena kesabaran dalam
menghadapi berbagai ujian, musibah, dan permusuhan. Tentara Muslim dalam perang
Badar yang hanya berjumlah 313 orang berhasil mengalahkan tentara kafir Quraisy
yang berjumlah 1.000 orang karena kuatnya kesabaran mereka. Pendidikan
kesabaran juga merupakan salah satu cara untuk memperoleh petunjuk Allah SWT,
karena orang yang sabar hanya mau mendengar suara hati nurani, bukan mengikuti
hawa nafsu dan emosi. Sabar berarti kita harus ikhlas, menerima dan menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah.
Macam-Macam Sabar
1.
Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
2.
Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
3.
Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa
berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan
manusia ataupun yang berasal dari orang lain
4.
Sabar meraih kemuliaan
5.
Sabar menuntut ilmu
6.
Sabar dalam mengamalkan ilmu
7.
Sabar dalam berdakwa
8.
Sabar dan kemenangan
9.
Sabar diatas islam
10.
Sabar dan tauhid
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. ridha
merupakan menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh Allah SWT.
2. Ridha
juga dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya
kehidupan dunia, yang membuat seseorang lupa akan Allah dalam mempersiapkan
diri menuju kehidupanakhirat kelak
3. Tawakkal
merpakan kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan
kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat
4. Nabi
kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu
dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore
hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan,
pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada
Allah Yang Maha Esa sebagai tempat bergantung
5. Salah
satu sikap mental yang fundamental bagi seorang sufi
6. Sejarah
menunjukkan bahwa kemenangan dakwah Islam, antara lain, terwujud karena
kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian, musibah, dan permusuhan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rasuhon. Mukhtar
solihin, 2000, Ilmu Tasawuf , bandung, CV Pustaka setia Hal.
13-14
Al-Gazali, Ihya
Ulum Ad-Din, Jilid IV, hal 10-11
Al-Gazali, Ibid, Hal.
322
Nasruddin Razak, Drs., Dienul
Islam, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1973
Amien Syukur, MA, Prof. Dr. H. M. Tasawuf
Sosial, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2004,
Ahmad Fadlun ZR, “Menggapai Ridho Ilahi,
Sulitkah Ia ?”, makalah pengantar buka puasa dalam diskusi Komunitas Lembaga
Kajian dan Layanan Informasi Masyarakat (eL-KLIM) Wonosobo, 25 Agustus
2010
Achmad Mubarak, MA, Dr. Jiwa dalam
Al-Qur’an: Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Paramadina,
Jakarta, 2000.
Al- Ghazali , Ihya’ Ulum al-Dien,
Juz: IV, Dar Ihya al-Kutub al- Arabiyah, ttp, tt.
Hajudin Alwi, “Blessing in Disguise”,
Majalah Derap Guru, No. 128 Th. X – September 2010
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : ALANGKAH BAHAGIANYA JIKA KITA BERSYUKUR, QANA'AH, RIDHA, DAN SABAR"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...