MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : PEMBIASAAN AKHLAK TERPUJI HUSNUDZAN, RAJA', DAN TAUBAT

                                  

                                  BAB I
                          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
             Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .
            Ada berbagai macam Akhlaq atau sifat dalam kehidupan di dunia ini, ada yang terpuji dan juga tercela. 3 contoh akhlaq terpuji : Husnudzon, Raja, dan Tobat.
Husnuzan artinya berbaik sangka, Perilaku husnuzan termasuk akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat.Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat diraih. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala dosa dan kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan dan pernyataan menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.

B.     Rumusan masalah

1.      Apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat.
2.      Bagaimana  menerapkan Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Apa hikmah dari Husnudzon, Raja, dan Taubat.

C.     Tujuan

1.      Mengetahui apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat.
2.      Mengetahui bagaimana cara menerapkan Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Mengetaui hikmah-hikmah dari Husnudzon, Raja, dan Taubat.
D.    Manfaat penulisan

           Penyusunan berharap makalah ini mampu menambah wawasan pembaca mengenai   akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman para pembaca.

                                             BAB II
                                     PEMBAHASAN
A.    Pengertian Husnudzon, Raja, dan Taubat

1.      Husnudzon
                     Pengertian Husnudzan
Ada dua istilah yang sering kita dengar, yaitu Husnudzan dan Su’udzan. Dzan itu sendiri sering juga diartikan ragu, karena mengandung unsur keragu-raguan, ketidakpastian, bisa benar bisa salah.  Prasangka itu bisa benar bisa salah.  Berprasangka baik disebut Husnudzan sedang berprasangka jelek disebut Su’uzzan. Husnudzanberarti berbaik sangka atau kata lain tidak cepat-cepat berburuk sangka sebelum perkaranya menjadi jelas. Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu pergaulan. Hal itu disebabkan manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan suatu pergaulan yang harmonis perlu dipupuk sikap berbaik sangka antara sesama manusia. Sikap berbaik sangka meskipun sepintas lalu sepele, akan tetapi sering kita tidak menyadarinya.

2.      Raja
                    Pengertian Raja
Secara bahasa raj’ berasal dari kata rajaa yarjuu raj aj’an, yang berarti mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan raj’ahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut dari makna bahasa, maka asal maknaraj’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu yang disenangi.  Menginginkan kebaikan yang ada di sisi  Allah berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati karena menanti harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan. Harapan yang kita nantikan harus disertai dengan ikhtiar, doa dan tawakkal. Harapan yang tidak disertai usaha dan doa dapat menjadikan seseorang menghayal atau berangan-angan. Khayalan atau anganangan kosong disebut Gurur. Orang yang hanya berikhtiar tanpa doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang sombong, sedang orang yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang pemalas. Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada Allah Swt.
Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita harus memenuhi ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan salat ataupun ibadah-ibadah lainnya jangan harap akan meraih ridha, rahmat, atau pertolongan Allah Swt.

3.      Taubat

Pengertian Taubat
     Taubat adalah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap individu disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, sama ada dilakukan dengan sengaja mahupun tidak.
      Hukum bertaubat adalah wajib, ada dosa kepada Allah s.w.t maupun dosa sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan manusia, hendaklah meminta maaf daripada manusia terbabit. Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda, hendaklah dikembalikan harta tersebut kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas kerana taubat yang tiada keikhlasan tidak mendatangkan apa-apa kesan terhadap individu terbabit. Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan rasa rendah diri kepada Allah s.w.t.
B.     Sikap Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan sehari-hari

Ø  Sikap Husnudzon

a.      Husnudzan Kepada Allah SWT

1.    Syukur
Dalam QS Al-Baqarah [2] :152, Allah SWT berfirman, ''Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.'' Ayat ini secara jelas dan gamblang memerintahkan kepada kita untuk selalu mengingat Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya.

v  Cara bersyukur kepada Allah SWT ialah dengan menggunakan segala nikmat karunia Allah SWT untuk hal-hal yang diridai-Nya, yaitu:
§  Bersyukur dengan hati ialah mengakui dan menyadar bahwa segala nikmat yang diperoleh manusia, merupakan karuni Allah SWT semata dan tidak ada selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat-nkmat itu.
§  Bersyukur dengan lidah seperti membacaAlhamdulillah (segala puji bagi Allah), mengucapkan lafal-lafal dzikir lainnya, membaca Al-Qur’an, dan lainnya.
§  Bersyukur dengan amal perbuatan, misalnya mengerjakan salat, menunaikan ibadah haji jika mampu, berbakti kepada kedua orang tua, dan berbuat baik pada sesama manusia.
2. Sabar
Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada dalam dua situasi, yaitu situasi yang senang karena memperoleh nikmat dan situasi sedih atau susah karena mengalami musibah. Apabila manusia itu berada dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur, dan bila berada dalam situasi susah hendaklah ia bersabar.
Seseorang dianggap suuzan terhadap Allah SWT, misalnya tatkala ia mengalami kegagalan dalam suatu usaha, ia menduga Allahlah penyebab kegagalannya, Allah mendengar doanya, Allah itu kikir, Allah tidak adil, dan lain-lain dugaan yang negatif terhadap Allah SWT. Padahal Allah SWT itu Maha Mendengar, Mahadermawan, Mahaadil. Allah SWT tidak menyuruh hamba-Nya untu gagal dalam suatu usaha. Oleh karena itu, jika seseorang gagal dalam suatu usaha, ia tidak boleh menyalahkan Allah SWT.

b.      Husnuzan terhadap Diri Sendiri

1.      Percaya Diri
Percaya diri termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap Muslim/Muslimah karena seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan suatu tindakan. Muslim/Muslimah yang berilmu pengetahuan tinggi dan memiliki keterampilan yang bermanfaat apabila ia percaya diri, tentu ia akan memperoleh keberhasilan dalam hidup.

2.      Gigih
Sikap dan perilaku gigih dalam meraih yang positif termasuk sikap mahmudah (sikap terpuji) dan akhlakul karimah. Setiap muslim dan muslimah wajib memiliki sikap gigih.
c.       Husnuzan terhadap sesama Manusia

1.      Kehidupan berkeluarga
Untuk mewujudkan rumah tangga yang memperoleh rida dan rahmat Allah swt bahagia dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.
ü   Pasangan suami-istri hendaknya saling berprasangka baik dan tidak saling curiga, saling memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya.
ü   Hubungan anak-anak dan orang tua dilandasi dengan prasangka baik dan saling pengertian.
ü  Anak-anak berbakti dan menyenangkan hati orang tua.
ü   Orang tua memberi kepercayaan diri pada anak agar anak bisa mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.

2.      Kehidupan bertetangga
 Saling menghormati dan menghargai, baik secara sikap, ucapan lisan dan perbuatan. Menghormati tetangga merupakan tanda-tanda dari manusia beriman:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya menghormati tetangganya.” (H.R. Muslim)
3.      Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Tujuan dari berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram, adil dan makmur, dibawah ampunan dari ridha Allah SWT. Hal ini bisa ditempuh dengan saling berprasangka baik dan berperilaku terpuji.
Ø  Sikap Raja
1.      Optimis
      Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. (QS. At-Thalaq [65] :7)

2.      Dinamis
     Maka apabila engkau telah selesai (sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan       yang lain). (QS. Al-Insyirh [94] : 7- 8)
    Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah  karunia Allah. (QS. Al-Jumu’ah [62] : 10)
3.      Selalu berpegang teguh kepada tali agama  Allah yaitu agama Islam,
4.      Selalu berharap kepada Allah, agar selalu diberikan kesuksesan dalam  berbagai macam usaha dan mendapat ridha dari-Nya,
5.      Menyadari bahwa keberhasilan adalah suatu karunia yang Allah swt berikan.
6.      Selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah swt.
7.      Selalu cinta (mahabbah) kepada  Allah dalam beragam situasi dan keadaan.
8.      Yakin bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik
9.      Biasakan agar selalu berstighfar sehabis sholat lima waktu
10.  Tidak mudah pantang menyerah dalam berusaha, dan yakin bahwa Allah swt akan membantu dan mempermudah urusan-urusan kita di dunia.
Ø  Sikap Taubat

1.      Selalu membaca ISTIGFAR
2.      Melaksanakan shalat Sunnat Taubat
3.      Selalu Meminta maaf (bila dosa nya terhadapsesama manusia)
4.       Berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa lagi
5.      Selalu menyadari atas kesalahan yang telah Ia perbuat
6.      Meninggalkan hal-hal yang bersifat negative
7.      Menjauh dari perbuatan maksiat


C.     Hikmah Husnudzon, Raja, dan Taubat

1.      Hikmah Husnudzon
Husnudzan akan mendatangkan ketentraman lahir batin
 Orang yang memiliki sikap Husnudzan pada Allah menunjukkan bahwa ia telah memiliki jiwa         yang takwa, sabar, tabah dan tawakkal
 Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada Allah akan senantiasa dicintai  Allah karena ia   senantiasa menerima terhadap apa saja yang telah dilimpahkan kepadanya.
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada sesama manusia akan senantiasa dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa tidak pernah dirugikan oleh ulahnya
- Sikap Husnudzan akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keluh kesah, iri, dengki, memtnah, mengadu domba, dendam dan menggunjing.
2.      Hikmah Raja’
-   Raja’ akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sebesar apapun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari wajahnya.
-    Raja’ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh prasangka buruk.
-    Raja’ akan membuat seseorang mengharapkan rahmat  Allah dan tidak mudah putus asa
-    Raja’ akan membuat seseorang merasa tenang, aman, dan tidak merasa takut pada siapapun
-    Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diteriamnya
-    Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong kepada orang lain
   3. Hikmah Taubat
-          Orang yang bertaubat akan sadar bahwa ia tidak sempurna dan bisa  berbuat kesalahan, karena itu bisa menimbulkan sikap hati-hati dan tidak gegabah.
-          Orang yang bertaubat tidak akan berbuat salah lagi, karena tertanam dalam hatinya penyesalan.
-          Orang yang bertaubat hidupnya akan dipenuhi dengan optimis yang besar akan masa depan hidup yang akan dijalaninya dan memiliki  kesempatan  besar  untuk  mendapatkan surga Allah Swt .
-          Orang yang bertaubat akan mendapat rahmat dari Allah Swt.
-          Orang yang bertaubat akan bersih jiwanya dari dosa dan sifat buruk.
-          Orang yang bertaubat akan terhindar dari azab Allah Swt.
                                                                       
BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan

            Sudah selayaknya setiap mislim, baik laki-laki maupun perempuan bersikap dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya husnudzon, taubat dan raja’. Karena taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis.  Juga kita harus senantiasa husnudzon baik  Kepada Allah SWTDiri Sendiri, keluarga, dan lainnya. Karena dengan husnudzon kehidupan kita akan selalu damai dan penuh kebahagiaan.
B.     Saran
    Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit mari kita terapkan akhlak terpuji yang telah kami jelaskan ini juga akhlak terpuji lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Agar hidup kitaselalu damai dan penuh kebahagiaan.






================
BACA JUGA:

Belum ada Komentar untuk "MAKALAH AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : PEMBIASAAN AKHLAK TERPUJI HUSNUDZAN, RAJA', DAN TAUBAT"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik Anda...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel