MAKALAH Perilaku dan Budaya Organisasi TEMA “Dinamika Kelompok”
Rabu, Oktober 17, 2018
Tambah Komentar
MAKALAH
Perilaku dan Budaya Organisasi
TEMA
“Dinamika Kelompok”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
Kelompok
4
Khofifah Evaralda A 18170007
Diah Mahardika 18170009
Aninda Husna Mufida 18170011
Erna Wati 18170041
Nadhifatul Islamiyah 18170043
Bella Selvia Febrianti 18170053
Lafidatun
Nasuha Aprilia 18170067
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN AKADEMIK
2018/2019
BAB I
PEDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Manusia
tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, merupakan suatu konsesus mutlak dan
tertanam dalam benak setiap insan manusia sehingga ini bisa dikatakan bahwa
manusia tidak mampu bertahan hidup sendiri. Sejak dilahirkan ke dunia sampai
meninggal dunia, manusia selalu terlibat dalam interaksi. Oleh karena itu
manusia cenderung melakukan interaksi dan kerjasama satu dengan yang lainnya
untuk mempermudah mencapai tujuan.
Kumpulan
manusia yang memiliki tujuan bersama, harapan bersama, kegiatan bersama, norma
yang disepakati bersama secara umum disebut dengan kelompok. Kelompok adalah
sekumpulan orang atau individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan
tujuan yang sama sehingga tujuan dari kelompok ditentukan bersama-sama.
Sedangkan dinamika kelompok merupakan suatu metode dan proses yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai kerjasama kelompok untuk menumbuhkan dan membangun
kelompok semula terdiri dari kumpulan individu yang belum saling mengenal satu
sama lain menjadi satu kesatuan kelompok dengan tujuan, satu norma, dan cara
penyampaian yang disepakati bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Teori-teori terbentuknya kelompok ?
2. Bagaimana Ciri-ciri kelompok ?
3. Apa saja Jenis-jenis kelompok ?
4. Bagaimana syarat terbentuknya kelompok ?
5. Apa saja Dasar-dasar daya tarik interpersonal ?
6. Bagaimana Tahap-tahap perkembangan kelompok ?
7. Apakah yang dimaksud dengan Budaya organisasi versus
Budaya dinamika ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui Teori-teori terbentuknya kelompok
2.
Untuk mengetahui Ciri-ciri kelompok
3.
Untuk mengetahui Jenis-jenis kelompok
4.
Untuk mengetahui Syarat terbentuknya kelompok
5.
Untuk mengetahui Dasar-dasar daya tari interpersonal
6.
Untuk mengetahui Tahap-tahap perkembangan kelompok
7.
Untuk mengetahui pengertian Budaya organisasi versus Budaya dinamika
BAB II
ISI
2.1. Teori-teori Pembentukan
Kelompok
1. Teori Kedekatan (Propinquity)
Teori kedekatan menjelaskan tentang adanya aliansi diantara orang-orang tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya (spatial and geographical proximite).
2. Teori Interaksi (George Homans)
Teori interaksi berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment (perasaan atau emosi) yang berhubungan secara langsung. Ketiganya dapat dijelakan sebagai berikut:
a. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka.
b. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.
3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)
Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap (seperti: agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan, otoritas) di dalam menanggapi suatu tujuan.[1]
Teori kedekatan menjelaskan tentang adanya aliansi diantara orang-orang tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya (spatial and geographical proximite).
2. Teori Interaksi (George Homans)
Teori interaksi berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment (perasaan atau emosi) yang berhubungan secara langsung. Ketiganya dapat dijelakan sebagai berikut:
a. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka.
b. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.
3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)
Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap (seperti: agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan, otoritas) di dalam menanggapi suatu tujuan.[1]
2.2.
Ciri-ciri Kelompok
Ciri – Ciri Kelompok
Terdapat banyak
sekali definisi “kelompok”. Kelompok dapat di definisikan dala hal persepsi,
motivasi, organisasi, kesalingtergantungan, dan interaksi. Kelompok (group) sebagai
dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain sehingga masing – masing
orang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh satu sama lain. Ciri – ciri kelompok
social adalah sebagai berikut :
1)
Satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan
manusia yang lain.
Suatu kelompok
akan dapat dibedakan dengan kelompok sosial yang lain, misalnya kelompok formal
dengan informal.
2)
Memiliki struktu social, yang setiap anggotanya
memiliki peran tertentu.
Setiap anggota dalam kelompok memiliki peran masing
masing baik secara tertulis maupun tidak tertulils.
3)
Memiliki norma – norma yang mengatur di antara
hubungan para anggotanya.
Dalam hubungan antar anggota dalam suatu kelompok
terdapat norma – norma, hukum, peraturan, maupun kode etik sesuai dengan jenis
kelompok sosialnya.
4)
Memiliki kepentingan bersama
Dalam kelompok sosial terdapat tujuan yang melatar
belakangi, yaitu adanya kesamaan kepentingan. Sehingga diharapkan dengan adanya
kepentingan yang sama tersebut dapat di usahakan bersama – sama.
5)
Adanya interaksi dan komunikasi
Kelompok sosial dapat lahir, tumbuh, dan berkembang
tidak terlepas dengan adanya komunikasi sosial dan interaksi sosial. Dengan
adanya interaksi tersebut, masing – masing individu dapat menyamakan ide/
gagasannya demi mencapai tujuan bersama dalam kelompok sosial tersebut.[2]
Sedangkan menurut Ducncan menyebutkan empat ciri utama
kelompok, yaitu :
1)
Anggota suatu kelompok paling tidak mempunyai tujuan
bersama.
2)
Hubugan dalam suatu kelompok harus memberikan pengaruh
kepada setiap anggotanya.
3)
Dalam kelompok selalu ada perbedaan tingkat/status.
4)
Adanya pola tingkah laku dan sistem nilai bersama.
2.3. Jenis-jenis Kelompok
Pengertian Kelompok Sosial
Manusia
adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan
manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu
(manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh
kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Jenis Kelompok Sosial:
1. Kelompok dalam (In-Group) dan Kelompok luar (Out-Group)
Summer membedakan
antara in group dan out group. In group merupakan kelompok
sosial yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan
dirinya. Out group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya
diartikan sebagai lawan in group jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya
disebut out group. Contohnya, istilah kita atau kami menunjukkan adanya artikulasi
in group, sedangkan mereka berartikulasi out group. Perasaan in
group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan
etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan
yang terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sikap in group dan out
group dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap
in group dan out group merupakan dasar sikap etnosentrisme yang
merupakan sikap bahwa setiap sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap
paling baik dan benar. (JBAF Mayor Polak, Buku Pengantar Ringkas, Balai Buku
Ikhtiar Jkt, 1966).
2 . Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary
Grup)
Charles Horton Cooley mengemukakan
tentang kelompok primer (primary group) atau face to face group merupakan
kelompok sosial yang paling sederhana, di mana para anggota-anggotanya
saling mengenal, di mana ada kerja sama yang erat. Contohnya, keluarga, kelompok
bermain, dan lain-lain. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada 1982), hal 111)
Kelompok sekunder (secondary group) ialah kelompok yang
terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu
berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu
langgeng, contohnya, hubungan kontrak jual beli. (Soerjono Soekanto, Sosiologi
Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 1982), hal 114-115)
3. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Tonnies dan
Loomis menyatakan bahwa paguyuban (gemeinschaft)
ialah bentuk kehidupan bersama, di mana para anggota-anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan
tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah
dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekeluargaan,
rukun tetangga, dan lainlain.
Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang
bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya
bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Ia bersifat sebagai suatu
bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar pedagang, organisasi dalam
suatu pabrik, dan lain-lain. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada 1982), hal 116-117)
4. Formal
Group dan Informal Group
J.A.A. Van Doorn membedakan
kelompok formal dan informal. Formal group ialah kelompok yang mempunyai
peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk
mengatur hubungan antara sesama, contohnya, organisasi.
Informal group tidak mempunyai
struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut
biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi
dasar pertemuan, kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama, contohnya,
klik (clique). (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada 1982), hal 123)
5. Membership Group dan Reference Group
Membership group merupakan suatu
kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Reference
group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang
(bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
Robert K.
Merton dengan menyebut beberapa hasil
karya Harold H. Kelley, Shibutani, dan Ralph H.Turner mengemukakan adanya dua
tipe umum reference group yakni tipe normatif, yang menentukan
dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan tipe perbandingan, yang merupakan
pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya. (Soerjono Soekanto, Sosiologi
Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 1982), hal 125)
6. Kelompok Okupasional dan
Volunter
Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya
fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki
pekerjaan yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana
farmasi, ikatan dokter indonesia, dan lain-lain. Okupasional diambil dari kata
okupasi yang berarti menempati tempat atau objek kosong yang tidak mempunyai
penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-orang yang
dapat memonopoli suatu teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan
tertentu seperti halnya etika profesi, sedangkan
Volonter adalah orang yang mempunyai kepentingan yang sama, namun
tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok ini dapat memenuhi
kepentingankepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu
kepentingan masyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter karena
beberapa hal antara lain:
1) kebutuhan sandang dan pangan
2) kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
3) kebutuhan akan harga diri
4) kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri
2.4. Syarat Terbentuknya Kelompok
A. Adanya visi dan misi
Pengertian visi dan misi
Visi merupakan suatu rangkaian kata
yang di dalamnya terdapat impian, cita-cita atau nilai inti dari suatu lembaga
atau organisasi. Bisa dikatakan visi menjadi tujuan masa depan suatu organisasi
atau lembaga. Visi
berisi pikiran-pikiran yang terdapat di dalam benak para pendiri.
Pikiran-pikiran itu adalah gambaran dari masa depan dari organisasi yang ingin
dicapai.
Misi adalah suatu proses atau tahapan
yang seharusnya dilalui oleh suatu lembaga atau instansi atau organisasi dengan
tujuan bisa mencapai visi tersebut. Di samping itu, misi juga dapat diartikan
sebagai suatu deskripsi atau tujuan mengapa sebuah instansi atau organisasi
berada di masyarakat.
B.
Keselarasan tujuan
Keselarasan tujuan adalah keselarasan antara tindakan-tindakan individu untuk meraih tujuan-tujuan
pribadi guna membantu pencapaian tujuan organisasi. Istilah goal congruence (keselarasan tujuan) diterapkan pada sebuah
organisasi untuk memastikan bahwa semua operasi dan kegiatan
ditetapkan dalam mendukung tujuan organisasi. Ini berarti
bahwa organisasi akan meninjau semua operasi dan kegiatan untuk memastikan bahwa tidak satupun dari mereka (orang-operasi dan kegiatan) bekerja dengan cara yang
membatasi atau menghambat kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya, apa pun bentuknya.
Faktor – Faktor Informal yang
Memengaruhi Keselarasan Tujuan
Baik sistem formal maupun proses
informal memengaruhi perilaku manusia dalam organisasi perusahaan,
konsekuensinya, kedua hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat pencapaian
keselarasan tujuan. Besarnya perbedaan diantara tujuan-tujuan organisasi, kelompok,
dan pribadi menentukan tingkat kesukaran tugas sistem pengendalian manajemen.
Tanggung jawab utama dari sistem pengendalian manajemen adalah memastikan
tindakan-tindakan yang paling baik bagi kepentingan organisasi, tetapi ia juga
harus mengupayakan keselarasan tujuan sedapat mungkin. Makin erat hubungan
antara tujuan-tujuan yang ada, makin baiklah sistem pengendalian manajemennya.
a.Faktor-faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal adalah
norma-norma mengenai perilaku yang diharapkan dalam masyarakat, di mana
organisasi menjadi bagiannya. Norma-norma ini mencakup sikap, yang secara
kolektif sering juga disebut etos kerja, yang diwujudkan melalui loyalitas
pegawai terhadap organisasi, keuletan, semangat, dan kebanggaan yang dimiliki
oleh pegawai dalam menjalankan tugas secara tepat waktu. Beberapa sikap diatas
bersifat lokal yaitu spesifik untuk kota atau wilayah dimana organisasi
beroperasi.
1. Loyalitas
Dalam melaksanakan kegiatan kerja
karyawan tidak akan terlepas dari loyalitas dan sikap kerja, sehingga dengan
demikian karyawan tersebut akan selalu melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
Hasibuan (2001), mengemukakan bahwa loyalitas kerja
atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian
karyawan yang mencakup kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan
membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang
tidak bertanggungjawab.
Loyalitas para karyawan dalam suatu
organisasi itu mutlak diperlukan demi kesuskesan organisasi itu sendiri.
Menurut Reichheld, semakin tinggi loyalitas para karyawan di suatu
organisasi, maka semakin mudah bagi organisasi itu untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemilik organisasi (Utomo,
2002, p.9). Sedangkan untuk sebaliknya, bagi organisasi yang loyalitas para
karyawannya rendah, maka semakin sulit bagi organisasi tersebut untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasinya yang telah ditetapkan sebelumnya oleh para pemilik
organisasi.
2. Keuletan
Dalam teori organisasi keuletan
menggambarkan kemampuan untuk menyerap tekanan dan menjaga (atau memperbaiki)
fungsinya, ditengah kesulitan. Keuletan dapat ditumbuhkan dan dibentuk dalam
suatu organisasi. Organisasi dapat mengembangkan keuletan melalui beberapa
kompetensi, yaitu proses memikirkan secara mendalam dan proses mengalihkan
sumber daya dengan cara yang berbeda.
3. Semangat
Berhasil tidaknya suatu organisasi
ditentukan oleh unsur manusia yang melakukan pekerjaan sehingga perlu adanya
balas jasa terhadap karyawan sesuai dengan sifat dan keadaannya. Begitu
pentingnya peran karyawan maka perusahaan perlu memberikan semangat kerja kepada
karyawan dan dapat merangsang karyawan untuk dapat bekerja dengan giat sehingga
dapat meyelesaikan pekerjaan tepat waktu, hal ini akan mempengaruhi tingkat
produktivitas karyawan untuk tercapainya tujuan perusahaan.
3. Kebanggaan
Kecakapan dalam mengemban tugas yang
di amanatkan oleh perusahaan kepada para pegawai adalah sesuatu yang sangat di
harapkan oleh manajemen perusahaan. Dan sungguh akan menjadi suatu kebanggaan
bagi para pegawai. Salah satu keberhasilan suatu pegawai dalam menjalankan
tugasnya adalah keharmonisan di dalam suasana lingkungan bekerja.
b.Faktor-faktor Internal
1. Budaya
Faktor internal yang terpenting
adalah budaya di dalam organisasi itu sendiri, yang meliputi keyakinan bersama,
nilai-nilai hidup yang dianut, norma-norma perilaku serta asumsi-asumsi yang
implisit diterima dan secara eksplisit dimanifestasikan di seluruh jajaran
organisasi. Norma-norma budaya sangatlah penting karena hal tersebut bisa
menjelaskan mengapa dua perusahaan dengan sistem pengendalian manajemen formal
yang sama, bervariasi dalam hal pengendalian aktual.
Budaya sebuah perusahaan biasanya
tidak pernah berubah selama bertahun-tahun. Budaya organisasional juga sangat
dipengaruhi oleh personalitas dan kebijakan CEO, serta oleh personalitas dan
kebijakan para manajer pada tingkat yang lebih rendah di area-area yang menjadi
tanggung jawab mereka. Jika organisasi memiliki sebuah serikat pekerja, maka
aturan-aturan dan norma-norma yang ditetapkan oleh serikat pekerja juga
berpengaruh besar pada budaya organisasi perusahaan. Upaya-upaya untuk mengubah
peraturan selalu mendapatkan perlawanan, dan semakin besar serta lamanya sebuah
perusahaan, maka perlawanannya pun akan semakin besar.
2. Gaya Manajemen
Faktor internal yang barangkali
memiliki dampak yang paling kuat terhadap pengendalian manajemen adalah gaya
manajemen. Biasanya, sikap-sikap bawahan mencerminkan apa yang mereka anggap
sebagai sikap atasan mereka, dan sikap para atasan itu pada akhirnya berpijak
pada apa yang menjadi sikap CEO. Para manajer memiliki kualitas dan gaya yang
beragam. Beberapa diantaranya memilki kharisma dan ramah, sementara yang lain
ada yang bergaya agak santai. Ada manajer yang banyak melewatkan waktunya
dengan melihat-lihat dan berbicara pada banyak orang manajemen dengan cara
berkeliling (management by walking around), sementara ada juga manajer
yang menyibukkan dirinya dengan menulis laporan.
3. Organisasi Informal
Garis-garis dalam bagan organisasi
menggambarkan hubungan-hubungan formal yaitu, pemegang otoritas resmi dan
bertanggung jawab dari setiap manajer. Kenyataan-kenyataan yang ditemui selama
berlangsungnya proses pengendalian manajemen tidak bisa dipahami tanpa
mengenali arti penting dari hubungan-hubungan yang menyusun di organisasi yang
bersifat informal.
4. Persepsi dan Komunikasi
Dalam upaya meraih tujuan-tujuan
organisasi, para manajer operasi harus mengetahui tujuan dan tindakan-tindakan
yang harus diambil untuk mencapainya. Mereka menyerap informasi ini dari
berbagai jalur, baik itu jalur formal (seperti anggaran dan dokumen-dokumen
resmi lainnya) ataupun jalur informal (seperti dari bahan obrolan yang tidak
resmi). Meskipun jalurnya sangat beragam, namun tidak selalu jelas apa yang
sesungguhnya diinginkan oleh pihak manajer senior. Sebuah organisasi adalah
sebuah entitas yang kompleks dan tindakan-tindakan yang diambil oleh berbagai
bagian dari organisasi untuk mencapai tujuan bersama tersebut tidak bisa
dinyatakan secara jelas, bahkan dalam situasi yang terbaik sekalipun.
Pesan-pesan yang diserap dari
berbagai sumber ini bisa jadi bertentangan satu sama lain, atau bahkan memiliki
interpretasi yang sangat beragam. Maka komunikasi perlu dibangun untuk
menyamakan persepsi.
5. Kerjasama dan Konflik
Garis-garis yang menghubungkan
kotak-kotak dalam bagan organisasi dicapai adalah dimana manajemen senior
membuat keputusan dan mengkomunikasikan keputusan tersebut melalui hierarki
organisasi ke manajer pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini mengabaikan
tujuan pribadi masing-masing individu.[4]
C. Adanya struktur jabatan
Struktur
organisasi adalah hubungan antar para anggota kelompok dan aktivitas-aktivitas mereka
satu sama lain serta terhadap keseluruhan, di mana bagian-bagiannya adalah
tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau fungsi-fungsi dan masing-masing anggota
kelompok yang melaksanakannya.
Struktur organisasi yang akan dibentuk tentunya struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi yang baik harus memenuhi syarat sehat dan efisien. Struktur organisasi sehat berarti tiap-tiap satuan organisasi yang ada dapat menjalankan peranannya dengan tertib. Struktur organisasi efisien berarti dalam menjalankan peranannya tersebut masing-masig satuan organisasi dapat mencapai perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja.
Struktur organisasi yang akan dibentuk tentunya struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi yang baik harus memenuhi syarat sehat dan efisien. Struktur organisasi sehat berarti tiap-tiap satuan organisasi yang ada dapat menjalankan peranannya dengan tertib. Struktur organisasi efisien berarti dalam menjalankan peranannya tersebut masing-masig satuan organisasi dapat mencapai perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja.
D.
Adanya pembagian kerja
Pembagian kerja (division of labor) adalah pembagian proses produksi
yang kompleks menjadi beberapa tugas sederhana, masing-masing dilakukan oleh
orang berbeda yang biasanya (tapi tidak selalu) berspesialisasi dalam satu atau
beberapa tugas secara lebih permanen. Keuntungan dari pembagian kerja untuk
meningkatkan produktivitas manusia pertama kali dianalisis secara ekstensif
oleh Adam Smith pada tahun 1776 dalam buku klasiknya “The Wealth of Nations”.
Tujuan dilakukannya pembagian kerja adalah:
1.
Untuk
mengatur pekerjaan agar sesuai dengan kemampuannya.
2. Untuk membagi tugas secara merata.
3. Untuk menentukan kebutuhan jumlah pegawai.
4. Untuk menemukan letak suatu hambatan kerja.
5. Untuk mendorong minat kerja.
2.5. Dasar-dasar Daya Tarik
Interpersonal
Daya Tarik Interpersonal
Ketertarikan
merupakan suatu proses yang dengan mudah dialami oleh setiap individu tetapi
sukar untuk diterapkan. Kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu
kelompok secara positif, untuk mendekatinya, dan untuk berperilaku secara
positif padanya Menurut Brigham (1991).
Ketertarikan
interpesonal merujuk pada suatu sikap mengenai orang lain. Evaluasi
interpesonal semacam itu berada pada suatu dimensi yang berkisar dari suka
hingga tidak suka. Setiap orang akan disukai oleh beberapa individu dan tidak
disukai oleh individu yang lain.
Dengan
sebagian besar orang yang mengalami kontak dengan kita, kita tidak secara
khusus suka atau tidak suka reaksi mereka adalah netral. Kebalikannya, kita
menyukai beberapa orang, tidak menyukai beberapa orang, dan netral terhadap
sebagian besar sisanya. Atas dasar apa kita suka, tidak suka, atau tidak peduli
kepada orang lain.[5]
Menurut
William C. Schultz ada tiga dimensi hubungan interpersonal, yaitu:
1. Need of inclusion (perasaan sebagai
anggota dari suatu kelompok), keinginan untuk menumbuhkan
rasa memiliki.
·
Undersocial
misalnya, minder, menarik diri, tertutup
·
Social
misalnya, tahu situasi dan kondisi.
·
Oversocial
misalnya, over akting.
2. Need of control (kebutuhan untuk
mendominasi dan dominasi)
·
Abdicrat
ciri-cirinya penurut.
·
Democrat
ciri-cirinya memiliki kemampuan yang kuat.
·
Autocrat
ciri-cirinya mendominasi suatu kelompok.
3. Need of affection (kasih sayang),
kebutuhan untuk menyukai dan disukai.
·
Underpersonal
membuat jarak dengan orang lain, menolak bantuan orang lain.
Dasar-dasar yang menjadi daya tarik interpersonal yaitu:
Kesempatan berinteraksi, maksudnya adalah ketika personal
dengan personal menimbulkan adanya interaksi maka akan timbul adanya daya tarik
interpersonal. Interaksi juga akan menimbulkan kesetiakawanan dan menjalin
hubungan baik antar personal.
Kesamaan latar belakang, ini menunjukkan bahwa latar
belakang akan mempermudah interpersonal untuk berinteraksi, sehingga semakin
mudah juga untuk mencapai tujuan bersama. Berbeda dengan interpersonal yang
memiliki perbedaan latar belakang, mereka akan sulit berinteraksi dan akan
sulit juga menimbulkan daya tarik interpersonal.
Kesamaan sikap, pada dasar daya tarik interpersonal yang
satu ini harus didukung oleh latar belakang yang sama pula, dikarenakan latar
belakang akan memunculkan pengalaman yang sama.[7]
2.6. Tahap-tahap Perkembangan
Kelompok
Tahapan Perkembangan Kelompok
Kelompok tidaklah statis, kelompok biasanya berkembang melalui empat tahapan proses, yaitu (1) saling penerimaan, (2) komunikasi dan pengambilan keputusan, (3) motivasi dan produktivitas, (4) kendali dan organisasi. Kita memperlakukan tahapan-tahapannya sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda. Namun, sulit untuk diketahui secara tepat kapan sebuah kelompok berpindah dari satu tahapan ke tahapan lain karena aktivitas dalam fase-fase cenderung saling tumpang tidih.
1. Saling Penerimaan
Pada tahap saling penerimaan (mutual acceptance stage) dari perkembangan kelompok, kelompok terbentuk, para anggotanya saling berkenalan dengan berbagai informasi mengenai diri mereka sendiri. Mereka seringkali menguji opini satu sama lain dengan mendiskusikan subjek-subjek yang berhubungan dengan kelompok tersebut. Namun, diskusi seperti ini mungkin tidak akan sangat produktif karena para anggotanya tidak familier satu sama lain dan tidak mengetahui cara mengevaluasi komentar satu sama lain.
Seiring dengan para anggota saling mengenal satu sama lain, diskusi dapat berubah ke isu yang lebih sensitif. Pada tahapan ini, anggota mungkin sedikit berargumen dan berdebat kecil sambil mereka menjelajahi pandangan satu sama lain mengenai beragam isu dan mempelajari reaksi, pengetahuan, dan keahlian satu sama lain. Dari diskusi tersebut, anggota menjadi paham mengenai seberapa samakah keyakinan dan nilai-nilai mereka dan tingkat di mana mereka memercayai satu sama lain. Akhirnya, percakapan beralih pada bisnis dari kelompok tersebut. Ketika diskusi menjadi serius, kelompok ini akan bergerak ke tahapan perkembangan berikutnya,
2. Komunikasi dan Pengambilan Keputusan
Kelompok tersebut mengalami kemajuan ke tahapan komunikasi dan pengambilan komunikasi (communication and decision-making stage) setelah para anggota mulai menerima satu sama lain. Dalam tahap ini, anggota mendiskusikan perasaan dan opini mereka secara lebih terbuka. Keanggotaan biasanya mulai mengembangkan norma perilaku pada tahap ini. Anggota mendiskusikan dan akhirnya sependapat pada sasaran kelompok. Kemudian, mereka diberi peran dan tugas untuk mencapai sasaran tersebut.
3. Motivasi dan Produktivitas
Pada tahap berikutnya, motivasi dan produktivitas (motivation and productivity), penekanannya beralih dari masalah dan sudut pandang pribadi menjadi aktivitas yang akan menguntungkan kelompok tersebut. Para anggota melakukan tugas yang diberikan kepada mereka, bekerja sama satu sama lain, dan membantu yang lainnya mencapau sasaran mereka. Anggota sangat termotivasi dan dapat melakukan tugas mereka secara kreatif. Pada tahap ini, kelompok tersebut menyelesaikan pekerjaannya dan bergerak menuju tahap perkembangan terakhir.
4. Kendali dan Organisasi
Pada tahap akhir/final, kendali dan organisasi (control and organization), kelompok bekerja dengan efektif menuju pencapaian sasarannya. Tugas diberikan berdasarkan saling persetujuan dan menurut kemampuan. Karakteristik fleksibilitas, spontanitas, dan koreksi-diri adalah sangat penting jika kelompok tersebut ingin tetap produktif dalam periode waktu yang lama.
Akan tetapi, tidak semua kelompok melalui seluruh keempat tahapan ini. Beberapa kelompok bubar sebelum mencapai tahap final. Kelompok lainnya gagal menyelesaikan suatu tahapan sebelum bergerak ke tahap selanjutnya. Produktivitas kelompok bergantung pada keberhasilan perkembangan setiap tahapan. Sebuah kelompok yang berevolusi sepenuhnya melalui keempat tahapan peekembangan tersebut biasanya menjadi kelompok dewasa yang efektif. Para anggotanya interdependen, terkoordanasi, kooperatif, kompeten dalam pekerjaan mereka, termotivasi untuk melakukannya, mengoreksi-diri, dan berada dalam komunikasi aktif antarsesamanya. Proses tersebut tidak memakan waktu yang lama jika kelompok tersebut melakukan usaha yang baik dan solid dan memerhatikan prosesnya.[8]
Kelompok tidaklah statis, kelompok biasanya berkembang melalui empat tahapan proses, yaitu (1) saling penerimaan, (2) komunikasi dan pengambilan keputusan, (3) motivasi dan produktivitas, (4) kendali dan organisasi. Kita memperlakukan tahapan-tahapannya sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda. Namun, sulit untuk diketahui secara tepat kapan sebuah kelompok berpindah dari satu tahapan ke tahapan lain karena aktivitas dalam fase-fase cenderung saling tumpang tidih.
1. Saling Penerimaan
Pada tahap saling penerimaan (mutual acceptance stage) dari perkembangan kelompok, kelompok terbentuk, para anggotanya saling berkenalan dengan berbagai informasi mengenai diri mereka sendiri. Mereka seringkali menguji opini satu sama lain dengan mendiskusikan subjek-subjek yang berhubungan dengan kelompok tersebut. Namun, diskusi seperti ini mungkin tidak akan sangat produktif karena para anggotanya tidak familier satu sama lain dan tidak mengetahui cara mengevaluasi komentar satu sama lain.
Seiring dengan para anggota saling mengenal satu sama lain, diskusi dapat berubah ke isu yang lebih sensitif. Pada tahapan ini, anggota mungkin sedikit berargumen dan berdebat kecil sambil mereka menjelajahi pandangan satu sama lain mengenai beragam isu dan mempelajari reaksi, pengetahuan, dan keahlian satu sama lain. Dari diskusi tersebut, anggota menjadi paham mengenai seberapa samakah keyakinan dan nilai-nilai mereka dan tingkat di mana mereka memercayai satu sama lain. Akhirnya, percakapan beralih pada bisnis dari kelompok tersebut. Ketika diskusi menjadi serius, kelompok ini akan bergerak ke tahapan perkembangan berikutnya,
2. Komunikasi dan Pengambilan Keputusan
Kelompok tersebut mengalami kemajuan ke tahapan komunikasi dan pengambilan komunikasi (communication and decision-making stage) setelah para anggota mulai menerima satu sama lain. Dalam tahap ini, anggota mendiskusikan perasaan dan opini mereka secara lebih terbuka. Keanggotaan biasanya mulai mengembangkan norma perilaku pada tahap ini. Anggota mendiskusikan dan akhirnya sependapat pada sasaran kelompok. Kemudian, mereka diberi peran dan tugas untuk mencapai sasaran tersebut.
3. Motivasi dan Produktivitas
Pada tahap berikutnya, motivasi dan produktivitas (motivation and productivity), penekanannya beralih dari masalah dan sudut pandang pribadi menjadi aktivitas yang akan menguntungkan kelompok tersebut. Para anggota melakukan tugas yang diberikan kepada mereka, bekerja sama satu sama lain, dan membantu yang lainnya mencapau sasaran mereka. Anggota sangat termotivasi dan dapat melakukan tugas mereka secara kreatif. Pada tahap ini, kelompok tersebut menyelesaikan pekerjaannya dan bergerak menuju tahap perkembangan terakhir.
4. Kendali dan Organisasi
Pada tahap akhir/final, kendali dan organisasi (control and organization), kelompok bekerja dengan efektif menuju pencapaian sasarannya. Tugas diberikan berdasarkan saling persetujuan dan menurut kemampuan. Karakteristik fleksibilitas, spontanitas, dan koreksi-diri adalah sangat penting jika kelompok tersebut ingin tetap produktif dalam periode waktu yang lama.
Akan tetapi, tidak semua kelompok melalui seluruh keempat tahapan ini. Beberapa kelompok bubar sebelum mencapai tahap final. Kelompok lainnya gagal menyelesaikan suatu tahapan sebelum bergerak ke tahap selanjutnya. Produktivitas kelompok bergantung pada keberhasilan perkembangan setiap tahapan. Sebuah kelompok yang berevolusi sepenuhnya melalui keempat tahapan peekembangan tersebut biasanya menjadi kelompok dewasa yang efektif. Para anggotanya interdependen, terkoordanasi, kooperatif, kompeten dalam pekerjaan mereka, termotivasi untuk melakukannya, mengoreksi-diri, dan berada dalam komunikasi aktif antarsesamanya. Proses tersebut tidak memakan waktu yang lama jika kelompok tersebut melakukan usaha yang baik dan solid dan memerhatikan prosesnya.[8]
2.7. Budaya Organisasi Versus
Dinamika Organisasi
1. Pengertian
a. Pengertian Budaya Organisasi, adalah
rangkaian asumsi dasar menjalin interaksi dengan lingkungan yang terintegrasi
dan berkembang pada suatu kelompok sebagai acuan bertingkah laku dalam kegiatan
organisasi.[9]
b. Dinamika Kelompok menurut Robert L. Baker dalam buku The
Social Work Dictionary mendefinisikan bahwa dinamika kelompok adalah arus
informasi dan pertukaran-pertukaran pengaruh antara anggota kolektif sosial,
yang dapat diubah oleh para pemimpin kelompok atau para ahli pertolongan dan
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya yang
menguntungkan bagi anggotanya.[10]
2.
Karakteristik
a. Karakteristik Budaya Organisasi
1. Adanya inovasi dan pengambilan resiko,
mendorong para anggota untuk bersikap selalu inovatif dalam bekerja khususnya
pada penyelesaian masalah. Selain itu anggota diminta untuk berani mengambil
resiko asalkan telah melalui perhitungan yang matang.
2. Memperhatikan secara mendetail, anggota
organisasi diminta fokus pada hal yang dikerjakan dan selalu teliti dan
mendetail dalam menganalisis.
3. Berorientasi pada kebermanfaatan, kegiatan
organisasi dipusatkan pada keluaran khususnya pada manfaat bagi berbagai pihak.
4. Berorientasi pada orang, keputusan yang
diambil oleh organisasi harus melalui pertimbangan dampak terhadap anggota
dalam organisasi.
5. Berorientasi pada tim, program dan
tindakan dalam organisasi condong pada kinerja tim dibandingkan kerja personal.
6. Bersifat agresif, budaya organisasi
membuat anggota bertindak agresif dalam bekerja.
7. Stabilitas, budaya dalam organisasi
memberi penekanan pada stabilitas status.
b. Karakteristik Dinamika Kelompok
1. Adanya motif yang sama, merupakan pengikat
sehingga setiap anggota kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri melainkan
bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Adanya sikap In-Group dan Out-Group
3. Adanya solidaritas, adalah kesetiakawanan
antar anggota kelompok sosial yang terbentuk dari kepercayaan setiap anggota
akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik.
4. Adanya struktur kelompok, adalah suatu
sistem mengenai relasi antara anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan dan
status mereka serta sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Adanya norma kelompok, adalah suatu
pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu kelompok. [11]
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Organisasi dalam arti badan adalah
sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan
tertentu. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara
skematis tentang hubungan-hubungan kerja sama dari orang-orang yang terdapat
dalam rangka usaha untuk mencapai suatu tujuan. Organisasi adalah wadah yang
memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai
secara individual.
Pada dasarnya ada 3 hal yang
mendorong orang untuk membentuk suatu kelompok, yaitu:
1.
Adanya visi dan misi
2.
Keselarasan tujuan
3.
Adanya struktur jabatan
4.
Adanya pembagian kerja
Dinamika Organisasi menurut KBBI adalah gerakan atau
kekuatan yang dimiliki sekumpulan individu dalam organisasi yang dapat
emnimbulkan perubahan di dalam tata hidup organisasi yang bersangkutan.
Jika dilihat dari asal katanya, dinamika memiliki arti
tenaga/kekuatan yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri
secara memadai terhadap setiap keadaan keadaan. Sedangkan organisasi merupakan
kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi
yang intensif dan mempunyai tujuan bersama.
Dengan demikian dinamika organisasi merupakan sebuah konsep
yang menggambarkan proses yang terjadi dalam tubuh organisasi yang selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu
berubah-ubah.
Struktur organisasi menetapkan cara bagaimana tugas dan
pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinir secara formal. Pernyataan ini
mengacu pada elemen struktur organisasi yang meliputi enam elemen kunci.
Daftar Pustaka
A. Ahmadi. 1991. Psikologi sosial (edisirevisi). Bandung:
Rineka Cipta,1991
Ardana, Komang. 2009. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu
Huraerah, Abu dan Purwanto. 2013. Dinamika Kelompok,(Bandung:P[1]
Moorhead dkk, Perilaku
Organisasi, Jakarta: Salemba Empat
Soekanto,Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pe
rsada
Abu Huraerah. 2006. Dinamika
Kelompok, Bandung: Refika Aditama
Jurnal Manajemen.2018.Pengertian Budaya
Organisasi Fungsi Teori Karakteristik dan Contoh. (Online),
http://jurnalmanajemen.com/budaya-organisasi/ diakses pada hari Selasa 2
Oktober 2018 pukul 21:00 WIB.
[1] Abu Huraerah, Dinamika
Kelompok, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 28-29
[2] http://rofiah11s4.blogspot.com/2013/02/a.html,
selasa 2 Oktober 2108, pukul 21.50 WIB
[3] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1982), hal 111-125.
[9] . Jurnal Manajemen.2018.Pengertian Budaya Organisasi Fungsi
Teori Karakteristik dan Contoh. (Online),
http://jurnalmanajemen.com/budaya-organisasi/ diakses pada hari Selasa 2
Oktober 2018 pukul 21:00 WIB.
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH Perilaku dan Budaya Organisasi TEMA “Dinamika Kelompok”"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...