KISAH
TELADAN NABI YUSUF AS
1. Saudara-saudara
Yusuf melakukan pertemuan rahasia
Mereka mengadakan pertemuan rahasia, mereka merundingkan nasib yang mereka
alami dan mengatur strategi yang harus mereka lakukan untuk menyadarkan
ayahnya, dan menuntut perlakuan yang adil.
Salah seorang diantara mereka
berkata:” Tidakkah kamu merasakan bahwa perlakuan ayah terhadap kita sebagai
anak-anaknya tidak adil dan berat sebelah? Ia memanjakan Yusuf dan mencintai
serta menyayangi lebih daripada terhadap kita, seolah-olah Yusuf dan Benyamin
sajalah anakanak kandungnya dan kita anak-anak tirinya, padahal kita adalah
lebih tua daripada mereka berdua serta kitalah yang selalu mendampingi ayah,
mengurus segala keperluan Sebagaimana kalian ketahui bahwa penyebab utama
kondisi yang menjengkelkan hati ini ialah adanya Yusuf di tengah-tengah kita.
Dia adalah penghalang bagi kita untuk mendapat kasih sayang ayah kita dan dia
merupakan dinding tebal yang memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita
cintai. Maka jalan satu-satunya untuk mengakhiri kondisi kita ini ialah dengan
melenyapkan Yusuf dari tengah-tengah kita dan menyingkirkan jauh-jauh dari
pergaulan ayah dan keluarga kita. Kita harus membunuh dengan tangan kita
sendiri atau mengasingkannya di suatu tempat di mana terdapat binatang-binatang
buas yang akan memangsanya. Dan kita tidak perlu meragukan lagi bahwa bila
Yusuf sudah lenyap dari mata dan pergaulan ayah, ia akan kembali mencintai dan
menyayangi kita sebagai anak-anaknya yang patut mendapat perlakuan adil dan
saksama dari ayah dan suasana rumah tangga akan kembali menjadi rukun, tenang
dan damai.
2. Nabi
Yusuf bermimpi
Pada malam di mana para saudaranya mengadakan pertemuan rahasia untuk
merencanakan perbuatan jahat terhadap adiknya yang ketika itu Nabi Yusuf sedang
tidur nyenyak, bermimpi yang baik dan ia tidak mengetahui apa yang oleh takdir direncanakan
atas dirinya dan tidak terbayang olehnya bahwa penderitaan yang akan dialaminya
adalah akibat dari perbuatan saudara-saudara kandungnya sendiri. Nabi Yusuf
melihat dalam mimpinya, seakan-akan sebelas bintang, matahari dan bulan yang
berada di langit turun dan sujud di depannya. Terburu-buru setelah bangun dari
tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya, menceritakan kepadanya apa yang ia
lihat dan alami dalam mimpi.Tanda gembira segera tampak pada wajah Ya’qub yang
berseriseri ketika mendengar cerita mimpi Yusuf, puteranya. Ia berkata kepada
puteranya:” Wahai anakku! Mimpimu adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang
kosong. Mimpimu memberikan tanda yang membenarkan firasatku pada dirimu, bahwa
engkau dikurniakan oleh Allah kemuliaan, ilmu dan kenikmatan hidup yang mewah.
Mimpimu adalah suatu berita gembira dari Allah kepadamu bahwa hari depanmu
adalah hari depan yang cerah penuh kebahagiaan, kebesaran dan kenikmatan yang
berlimpahlimpah. Akan tetapi engkau harus berhati-hati, wahai anakku, janganlah
engkau ceritakan mimpimu itu kepada saudaramu yang aku tahu mereka tidak
menaruh cinta kasih kepadamu, bahkan mereka iri kepadamu karena kedudukkan yang
aku berikan kepadamu dan kepada adikmu Benyamin.
3. Yusuf
dimasukkan ke dalam sumur
Pada esok harinya setelah semalam suntuk saudara kandung Yusuf bertemu
merancang penyingkiran adiknya datanglah mereka menghadap Nabi Ya’qub ayahnya
meminta izin untuk membawa Yusuf bermain bersama mereka di luar kota. Esok
harinya berangkatlah rombongan putera-putera Ya’qub kecuali Benyamin, menuju ke
tempat rekreasi atau yang sebenarnya menuju tempat yang mereka rencanakan,
Yusuf akan ditinggalkan. Setiba di sekitar tempat yang menjadi tujuan, Yusuf
segera ditanggalkan pakaiannya dan dicampakkannya di dalam sumur. Pada petang
hari pulanglah mereka kembali ke rumah tanpa Yusuf dengan membawa serta
pakaiannya setelah disirami darah seekor kelinci yang sengaja dipotong, mereka
menghadap Nabi Ya’qub sambil menangis mencucurkan air mata dan bersandiwara
seakan-akan sedih. Mereka berkata kepada ayahnya:” Wahai ayah! Alangkah sial
dan naasnya hari ini bagi kami, bahwa kekhawatiran yang ayah kemukakan kepada
kami tentang Yusuf kepada kami telah terjadi dan menjadi kenyataan bahwa
firasat ayah yang tajam itu tidak meleset. Yusuf telah diterkam oleh seekor
srigala dikala kami bermain. Nabi Ya’qub yang sudah memperolehi firasat tentang
apa yang akan terjadi pada diri Yusuf putera kesayangannya dan mengetahui
bagaimana sikap saudara-saudaranya terhadap Yusuf, tidak dapat berbuat apa-apa
selain berpasrah kepada takdir Ilahi dan seraya menekan rasa sedih, cemas dan
marah yang sedang bergelora di dalam dadanya, berkatalah beliau kepada
putera-puteranya:” Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu dan mengikuti apa
yang dirancangkan oleh syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan suatu perbuatan
yang akan kamu rasa sendiri akibatnya kelak jika sudah terbuka tabirnya. (baca
QS. Yusuf : 11-18)
4. Yusuf
dijual sebagai hamba sahaya
Yusuf sedang berada di dalam sumur seorang diri dan ia tidak melihat
sesuatu yang dapat menolongnya. Ia hanya dapat melihat bayangan tubuhnya dalam
air yang dangkal di bawah kakinya.Tiga hari berselang, belum nampak tanda-tanda
yang memberi harapan baginya dapat keluar dari sumur, sedang bahaya kelaparan
sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa ketika sekonyong-konyong
terdengar olehnya suara sayupsayup, suara aneh yang belum pernah didengarnya
sejak ia dilemparkan ke dalam sumur itu. Makin lama makin jelaslah suara-suara
itu yang akhirnya terdengar seakan anjing menggonggong suara orang-orang
bercakap-cakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan
binatang sekitar sumur itu.
Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yang timbul oleh
sebuah kafilah yang sedang berhenti di sekitar sumur. Alangkah gembiranya Yusuf
ketika ia sedang memasang telinganya dan mendengar suara ketua kafilah
memerintahkan orangnya melepaskan timba mengambil air dari sumur itu. Kemudian
dilihat oleh Yusuf sebuah timba turun ke bawah dan begitu terjangkau oleh
tangannya dipeganglah kuat-kuat timba itu yang kemudian ditarik ke atas oleh
sang musafir seraya berteriak mengeluh karena beratnya timba yang ditarik itu.
Para musafir yang berada di ka¿lah itu terperanjat dan takjub ketika
melihat bahwa yang memberatkan timba itu bukannya air, tetapi manusia hidup
berparas tampan. Mereka berunding apa yang akan diperbuat dengan hamba Allah
yang telah ditemukan di dalam dasar sumur itu. Akhirnya bersepakatlah mereka
untuk dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai hamba sahaya dengan harga,
yang menurut tafsiran mereka akan mencapai harga yang tinggi, Setibanya kafilah
itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus, di mana manusia
diperdagangkan sebagai barang dagangan. Nabi Yusuf oleh pejabat Mesir bernama
Fathifar sebagai penawar pertama, yang merasa berbahagia memperoleh sorang
hamba yang berparas bagus. Kata Fathifar kepada isterinya yang bernama Zulaikha
ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:” Inilah hamba yang aku baru beli dari
pasar. Berilah ia perlakuan yang baik kalau-kalau kelak kami akan memperoleh
manfaat darinya dan memungutnya sebagai anak kandung kita. Aku dapat ¿rasat
dari paras mukanya dan gerak-gerinya bahwa ia bukanlah dari golongan yang harus
diperjual-belikan, bahkan mungkin sekali bahwa ia adalah dari keturunan
keluarga yang berkedudukan tinggi. (Baca QS. Yusuf : 19-21)
5. Yusuf
dan Godaan Zulaikha
Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar. Ia mendapat kepercayaan
penuh dari kedua majikannya, suami-istri, mengurus rumah-tangga mereka dan
melaksanakan perintah dan segala keperluan mereka dengan sepenuh hati, ikhlas
dan jujur, tiada menuntut upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah
yang dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia menganggap dirinya di rumah itu
bukan sebagai hamba sahaya, tetapi sebagai seorang dari pada anggota keluarga.
Demikian pula anggapan majikannya dan. Ketenangan hidup yang dirasakan Yusuf
selama ia tinggal di rumah Futhifar, telah mempengaruhi kesehatan dan
pertumbuhan fisiknya dan tambah elok parasnya sehingga ia merupakan seorang
pemuda remaja yang gagah perkasa yang mempesona, tidak terkecuali Zulaikha.
Kehidupan sehari-hari di bawah satu atap rumah antara Yusuf remaja yang
gagah perkasa dan Zulaikha, seorang wanita muda cantik dan ayu, tidak akan
terhindar dari resiko terjadinya perbuatan maksiat. Pada hari-hari pertama
Yusuf berada di tengah-tengah keluarga, Zulaikha tidak menganggapnya lebih dari
sebagai pembantu rumah yang cakap dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti. Ia
hanya mengagumi sifat-sifat luhurnya itu serta kecekapan dan ketangkasan
kerjanya dalam. Akan tetapi memang rasa cinta itu selalu didahului oleh rasa
simpati. lamakelamaan berubah menjadi simpati dan kekaguman terhadap bentuk dan
paras wajahnya. Gerak-gerik dan tingkah laku Yusuf diperhatikan dari jauh dan
diliriknya dengan penuh hati-hati. Bunga api cinta yang masih kecil di dalam
hati Zulaikha terhadap Yusuf makin hari makin membesar tiap kali ia melihat
Yusuf berada dekatnya atau mendengar suaranya dan suara langkah kakinya.
Walaupun ia berusaha memandamkan api yang membara di dadanya itu dan hedak
menyekat nafsu birahi yang sedang bergelora dalam hatinya, untuk menjaga
kehormatan sebagai majikan dan mepertahankan sebagai istri pejabat, namun ia
tidak berupaya menguasai perasaan hati dan hawa nasfunya dengan kekuatan
akalnya.
Akhirnya menyerahlah Zulaikha kepada kehendak dan panggilan hati dan
nafsunya yang mendapat dukungan syaitan dan iblis.Zulaikha menggunakan taktik,
mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu mendekatinya dan bukannya dia dulu
yang mendekati Yusuf demi menjaga kehormatan dirinya sebagai istri pejabat. Ia
selalu berdandan dan berhias rapi, bila Yusuf berada di rumah, merangsangnya
dengan wangiwangian dan dengan memperagakan gerak-gerik dan tingkah laku yang
menggoda.Yusuf yang tidak sadar bahwa Zulaikha memiliki nafsu syahwat
kepadanya, menganggap perlakuan manis dan pendekatan Zulaikha kepadanya adalah
hal biasa sesuai dengan pesanan Futhifar kepada istrinya ketika dibawa pulang
dari tempat penemuan dulu. Ia berlaku biasa sopan santun dan bersikap hormat
dan tidak sedikit pun terlihat sesuatu gerak atau tindakan yang menandakan
bahwa ia terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya
dan mengiurkan hatinya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh Allah
dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur dan budi pekerti yang tinggi. Ia
tidak akan terjerumus melakukan maksiat.
Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan Zulaikha
menjadikan Zulaikha tambah panas hati dan bertekad akan terus sampai maksudnya
tercapai. Jika aksi samar-samar yang ia lakukan tetap tidak dimengerti oleh
Yusuf yang dianggapnya berdarah dingin itu, maka akan dilakukannya secara
berterus terang dan kalau perlu dengan cara paksaan sekalipun.Zulaikha, tidak
tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap bersikap dingin, acuh
tak acuh terhadap rayuan dan ajakan yang samar-samar daripadanya. Maka
kesempatan ketika si suami tidak ada di rumah, masuklah Zulaikha ke kamar
tidurnya seraya berseru kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera
mengikutinya dan masuk ke kamar di belakang Zulaikha, sebagaimana ia sering
melakukannya bila dimintai pertolongannya melakukan sesuatu di dalam kamar.
Sekali-kali tidak terlintas dalam ¿kirannya bahwa perintah Zulaikha kali itu
kepadanya untuk masuk ke kamarnya bukanlah perintah biasa untuk melakukan
sesuatu yang biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru sadar ketika ia berada di
dalam bilik, pintu dikunci oleh Zulaikha.Seraya memalingkan wajahnya ke arah
lain, berkatalah Yusuf:” Semoga Allah melindungiku dari godaan setan. Tidak
mungkin wahai tuan puteriku aku akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu.
Jika aku melakukan apa yang tuan putri kehendaki, maka aku telah mengkhianati
tuanku, suami tuan putri, yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih
sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang telah dilimpahkannya kepadaku, adalah
suatu amanat yang tidak patut aku cederai. Sesekali tidak akanku balas budi
baik tuanku dengan perkhianatan dan penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun
akan murka kepadaku dan akan mengutukku bila aku lakukan apa yang tuan putri
mintakan daripadaku. Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh
hamba-Nya.
Segera mata Zulaikha melotot dan wajahnya menjadi merah, tanda marah yang
meluap-luap, akibat penolakan Yusuf tehadap ajaknya. Ia merasakan dirinya
dihina dan diremehkan oleh Yusuf dengan penolakannya, yang dianggapnya suatu
perbuatan kurang ajar dari seorang pelayan terhadap majikannya yang sudah
merendahkan diri, mengajaknya berbuat maksiat, tetapi ditolak mentah-mentah.
Padhal tidak sedikit pembesar pemerintah dan orang-orang berkedudukan telah
lama merayunya dan ingin sekali menyentuh tubuhnya yang elok itu, tetapi tidak
dihiraukan oleh Zulaikha.Yusuf melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya
yang menjadi merah, menjadi takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
dan segera lari menuju pintu yang tertutup, namun Zulaikha cepat-cepat bangun
mengejar Yusuf yang sedang berusaha membuka pintu, ditariknyalah kuatkuat oleh
Zulaikha bahagian belakang bajunya sehingga sobek. Tepat pada masa mereka
berada di belakang pintu sambil tarik menarik, datanglah Futhifar mendapati
mereka dalam keadaan yang mencurigakan itu.
Dengan tiada memberi kesempatan Yusuf membuka mulut, berkatalah Zulaikha
cepat-cepat kepada suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kepada
kedua orang kepercayaan itu:” Inilah dia Yusuf, hamba yang engkau puja dan puji
itu telah berani secara kurang ajar masuk ke kamarku dan memaksaku memenuhi
nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan biadabnya.
Orang yang tidak mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan diberika
seksaan yang pedih.”Yusuf mendengar tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya,
tidak dapat berbuat apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi
sebenarnya. Berkatalah ia kepada majikannya, Futhifar:” Sesungguhnya dialah
yang menggodaku, memanggilkan aku ke kamarnya, lalu memaksaku untuk memenuhi
nafsu syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari menyingkir, namun ia
mengejarku dan menarik kemejaku dari belakang sehingga sobek.”Futhifar dalam
keadaan bingung. Siapakah diantara kedua orang yang benar? Yusufkah yang memang
selama hidup bersama di rumahnya belum pernah berkata dusta, atau Zulaikha yang
dalam ¿kirannya tidak mungkin akan mengkhianatinya? Dalam keadaan demikian itu
tibalah sekonyongkonyong seorang dari keluarga Zulaikha, ia itu saudaranya
sendiri yang dikenal bijaksana, pandai dan selalu memberi pertimbangan yang
tepat bila dimintai ¿kiran dan nasihatnya. Atas permintaan Futhifar untuk
memberinya pertimbangan dalam masalah yang membingungkan itu, berkatalah
saudaranya:” Lihatlah, bila baju Yusuf sobek bagian belakang, maka ialah yang
benar dan istrimu yang dusta. Sebaliknya bila yang sobek di bagian hadapan maka
dialah yang berdusta dan istrimu yang berkata benar.”Berkatalah Futhifar kepada
isterinya setelah persoalannya menjadi jelas dan tabir rahasianya terungkap:”
Beristighfarlah engkau hai Zulaikha dan mohonlah ampun atas dosamu. Engkau
telah berbuat salah dan dusta pula untuk menutupi kesalahanmu. Memang yang
demikian itu adalah sifat-sifat dan tipu daya kaum wanita yang sudah kami
kenal.” Kemudian berpalinglah dia menghadap Yusuf dan berkata kepadanya:”
Tutuplah rapat-rapat mulutmu wahai Yusuf, dan ikatlah lidahmu, agar masalah ini
akan tetap menjadi rahasia yang tersimpan sekeliling dinding rumah ini dan
jangan sesekali sampai keluar dan menjadi rahasia umum dan buah mulut
masyarakat. Anggap saja persoalan ini sudah selesai sampai disini.”Ada sebuah
peribahasa yang berbunyi:” Tiap rahasia yang diketahui oleh dua orang pasti
tersiar dan diketahui oleh orang lain.” Demikianlah juga peristiwa Zulaikha
dengan Yusuf yang dengan ketat ingin ditutupi oleh keluarga Futhifar tidak
perlu menunggu lama untuk menjadi rahasia umum. Pada mulanya orang
berbisik-bisik dari mulut ke mulut, menceritakan kejadian itu, tetapi makin
hari makin meluas dan menyebar ke tiap-tiap pertemuan dan menjadi bahan
pembicaraan di kalangan wanitawanita dari golongan atas dan menengah.
Kecaman-kecaman yang bersifat sindiran maupun yang terang-terangan mulai
dilontarkan orang terhadap Zulaikha, yang telah dikatakan selingkuh dengan
pelayannya sendiri dan yang sangat memalukan kata mereka bahwa pelayan bahkan
menolak ajakan majikannya dan tatkala melarikan diri dikejarkannya sampai
bagian belakang kemejanya sobek.Kecaman-kecaman sindiran-sindiran dan
ejekan-ejekan orang akhirnya sampailah di telinga Zulaikha. Ia menjadi pusing
dan sedih hati bahwa peristiwanya dengan Yusuf sudah menjadi buah bibir orang
yang dengan sendirinya membawa nama baik keluarga dan nama baik suaminya
sebagai pejabat yang sangat disegani dan dihormati.
Zulaikha yang sangat marah dan jengkel terhadap wanita-wanita sekelasnya,
isteri-isteri pembesar yang tidak henti-hentinya dalam pertemuan mereka
menyinggung namanya dengan ejekan dan kecaman sehubungan dengan peristiwa
dirinya dengan Yusuf. Untuk mengakhiri desas-desus dan kasak-kusuk kaum wanita
para isteri pembesar itu, Zulaikha mengundang mereka ke suatu jamuan makan di
rumahnya, dengan maksud membuat kejutan memperlihatkan Yusuf kepada mereka.
Dalam pesta itu para undangan diberikan tempat duduk yang empuk dan
masing-masing diberikan sebilah pisau yang tajam untuk memotong daging dan
buah-buahan yang tersedia dan sudah dihidangkan.Setelah masing-masing tamu
menduduki tempatnya dan disilakannya menikmati hidangan yang sudah tersedia di
depannya, maka tepat pada masa mereka sibuk mengupas buah yang ada di tangan
masing-masing, dikeluarkannyalah Yusuf oleh Zulaikha berjalan sebagai peragawan
di hadapan wanita-wanita yang sedang sibuk memotong buah-buahan itu. Tanpa
disadari para tamu wanita yang sedang memegang pisau dan buah-buahan di
tangannya seraya ternganga mengagumi keindahan wajah Yusuf, mereka melukai
jari-jari tangannya sendiri dan sambil menggelenggeleng kepala keheranan, maka
berkatalah mereka:” Maha Sempurnalah Allah. Ini bukanlah manusia. Ini adalah
seorang malaikat yang mulia.”(Baca QS. Yusuf: 22-35)
6. Yusuf
dalam Penjara
Yusuf di masukkan ke dalam penjara bukannya karena ia telah melakukan
kesalahan atau kejahatan, tetapi karena sewenang-wenangnya penguasa yang
memenjarakannya untuk menutupi dosanya sendiri dengan melemparkan kesalahan itu
kepada orang yang dipenjarakan. Akan tetapi bagi Nabi Yusuf, penjara adalah
tempat yang aman untuk menghindari segala godaan dan tipu daya yang akan
menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan dan perbuatan mungkar. Bagi Yusuf hidup
di dalam sebuah penjara yang gelap dan sempit adalah lebih baik dan lebih
disukai daripada hidup di alam bebas di mana jiwanya tertekan dan hatinya tidak
merasa aman dan tenteram. Di dalam penjara Yusuf dapat konsentrasi untuk beribadah
kepada Allah Swt.Bersama dengan Yusuf, dipenjarakan pula dua orang pegawai
istana Raja dengan tujuan hendak meracunkan Raja atas perintah dan dengan
kerjasama dengan pihak musuh istana. Dua pemuda pegawai yang dipenjara itu,
seorang penjaga gudang makanan dan seorang sebagai pelayan meja istana.
Pada suatu hari pagi datanglah kedua pemuda tahanan itu ke tempat Nabi
Yusuf mengisahkan bahwa mereka telah mendapat mimpi. Si pelayan melihat ia
seakan-akan berada di tengah sebuah kebun anggur memegang gelas, seperti gelas
yang sering digunakan untuk memberi minum untuk Raja, majikannya lalu diisinya
gelas itu dengan perahan buah anggur. Sedang pemuda penjaga gudang melihat
dalam mimpinnya seolah-olah ada di atas kepalanya sebuah keranjang yang berisi
roti, yang kemudian disambar sekelompok burung dan dibawa terbang. Kedua pemuda
tahanan itu mengharapkan Yusuf agar memberi tafsir bagi mimpi mereka itu.Nabi
Yusuf yang telah dikaruniai kenabian dan ditugaskan oleh Allah menyampaikan
risalah-Nya memulai dakwahnya kepada kedua pemuda yang datang menanyakan
tafsiran mimpinnya, mengajak mereka beriman kepada Allah Yang Maha Esa,
meninggalkan persembahan kepada berhalaberhal. Untuk membuktikan kepada kedua
pemuda itu bahwa ia adalah seorang Nabi dan pesuruh Allah, berkata Nabi Yusuf:”
Aku tahu dan dapat menerangkan kepada kamu, makanan apa yang akan kamu terima,
apa jenisnya dan berapa banyaknya demikian pula jenisnya dan macam mana minuman
yang akan kamu terima.
Demikian pula dapat aku memberi tafsiran bagi mimpi seorang termasuk kedua
mimpimu. Itu semua adalah ilmu yang dikaruniakan Allah kepadaku. Aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan mengingkari
adanya hari kiamat kelak. Aku telah mengikuti agama bapa-bapaku, Ibrahim as.,
Ishaq dan Ya’qub. Tidaklah sepatutnya kami menyekutukan sesuatu bagi Allah yang
telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya atas kami dan atas manusia seluruhnya
tetapi kebanyakkan manusia tidak menghargai nikmat Allah itu dan tidak
mensyukuri-Nya. “ Adapun mengenai mimpimu”, Nabi Yusuf melanjutkan ceritanya,”
Maka ta’bir mimpinya bahwa engkau, wahai pemuda pelayan, segera akan
dikeluarkan dari penjara dan akan dipekerjakan kembali seperti sedia kala,
sedangkan engkau wahai pemuda penjaga gudang akan dihukum mati dengan disalib
dan kepalamu akan menjadi makan burung-burung yang mematuknya. Demikianlah
takbir mimpimu yang telah menjadi hukum Allah bagi kamu berdua.”Berkata Nabi
Yusuf selanjutnya kepada pemuda yang diramalkan akan keluar dari penjara:”
Wahai temanku, pesanku kepadamu, bila engkau telah keluar dan kembali bekerja
di istana sebutlah namaku di hadapan Raja, majikanmu. Katakanlah kepadanya
bahwa aku dipenjarakan sewenangwenangnya, tidak berdosa dan tidak bersalah. Aku
dipenjara hanya untuk kepentingan menyelamatkan nama keluarga majikanku dan
atas anjuran isterinya belaka. Jangalah engkau lupakan pesananku ini, wahai
temanku yang baik.” Kemudian, maka sesuai dengan takbir Nabi Yusuf, selang
tidak lama keluarlah surah pengampunan Raja bagi pemuda pelayan dan hukuman
salib bagi pemuda penjaga gudang dilaksanakan. Akan tetapi pesanan Nabi Yusuf
kepada pemuda pelayan, tidak disampaikan kepada Raja setelah ia diterima
kembali bekerja di istana. Setan telah menjadikannya lupa setelah ia menikmati
kebebasan dari penjara dan dengan demikian tetaplah Nabi Yusuf berada di
penjara beberapa tahun lamanya, penghibur para tahanan yang tidak berdosa dan
mendidik serta berdakwah kepada tahanan yang telah bersalah melakukan kejahatan
dan perbuatan-perbuatan yang buruk, agar mereka menjadi orang-orang yang baik
dan bermanfaat bagi sesama manusia dan menjadi hamba-hamba Allah yang beriman
dan bertauhid. (Baca QS. Yusuf : 36-42)
7. Yusuf
Dibebaskan Dari Penjara
Pada suatu hari berkumpullah di istana raja Mesir, para pembesar, penasihat
dan para arif bijaksana yang sengaja diundang untuk memberi takbir mimpi yang
telah memusingkan dan menakutkan hatinya. Ia bermimpi seakan-akan melihat tujuh
ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina lain yang
kurus-kurus. Disamping itu ia melihat pula dalam mimpinya tujuh butir gandum
hijau disamping tujuh butir yang lain kering.Tidak seorang dari
pembesar-pembesar yang didatangkan itu yang dapat memberi tafsiran takbir bagi
mimpi Raja bahkan sebagian daripada mereka menganggapnya sebagai mimpi kosong
yang tiada bererti dan menganjurkan kepada Raja melupakan saja mimpi itu dan
menghilangkannya dari fikirannya.Pelayan Raja, pemuda teman Yusuf dalam
penjara, teringat pesan Nabi Yusuf kepadanya sewaktu ia akan dikeluarkan dari
penjara dan bahwa takbir yang diberikan oleh Nabi Yusuf bagi mimpinya adalah
tepat, telah terjadi sebagaimana telah ditakdirkan. Ia lalu memberanikan diri
menghampiri Raja dan berkata:” Wahai Paduka Tuanku! Hamba mempunyai seorang
teman di dalam penjara yang pandai menakbirkan mimpi. Ia adalah seorang yang
cerdas, ramah dan berbudi pekerti luhur. Ia tidak berdosa dan tidak melakukan
kesalahan apa pun. Ia dipenjara hanya atas ¿tnah dan tuduhan palsu belaka. Ia
telah memberi takbir bagi mimpiku dan ternyata takbirnya tepat dan benar sesuai
dengan apa yang hamba alami. Jika Paduka Tuan berkenan, hamba akan pergi
mengunjunginya di penjara untuk menanyakan dia tentang takbir mimpi Paduka
Tuan.” Dengan izin Raja, pergilah pelayan mengunjungi Nabi Yusuf dalam penjara.
Ia menyampaikan kepada Nabi Yusuf kisah mimpi Raja yang tidak seorang pun dari
pembesar dan para penasihatnya dapat memberi takbir yang memuaskan dan
melegakan hati majikannya. Ia mengatakan kepada Nabi Yusuf bahwa jika Raja
dapat dipuaskan dengan pemberian bagi takbir mimpinya, mungkin sekali ia akan
dikeluarkan dari penjara dan dengan demikian akan berakhirlah penderitaan yang
akan dialami bertahun-tahun dalam kurungan.Berkatalah Nabi Yusuf menguraikan
takbirnya bagi mimpi Raja:” Negara akan menghadapi masa makmur, subur selama
tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi dan sayur
mayur akan mengalami masa panen yang baik yang membawa hasil makanan
berlimpah-ruah, kemudian menyusul musim kemarau selama tujuh tahun berikutnya dimana
sungai Nil tidak memberi air yang cukup bagi ladangladang yang kering,
tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama sedang persediaan bahan makanan,
hasil panen tahun-tahun subur itu sudah habis dimakan. Akan tetapi, Nabi Yusuf
melanjutkan keterangannya, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan
tibalah tahun basah di mana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami
tanah-tanah yang kering dan kembali menghijau menghasilkan bahan makanan dan
buahbuahan yang lezat yang dapat dipanen untuk dinikmati.”“ Maka jika takbirku
ini menjadi kenyataan ,” Nabi Yusuf berkata lebih lanjut,” seharusnya kamu
menyimpan baik-baik apa yang telah dihasilkan dalam tahun-tahun subur, serta
berhemat dalam pemakaiannya untuk persiapan menghadapi masa kering, agar supaya
terhindar dari bencana kelaparan dan kesengsaraan.”Raja setelah mendengar dari
pelayannya apa yang diceritakan oleh Nabi Yusuf tentang mimpinya merasakan
bahwa takbir yang didengarkan itu sangat masuk akal dan dapat dipercayai bahwa
apa yang telah diramalkan oleh Yusuf akan menjadi kenyataan. Ia memperoleh
kesan bahwa Yusuf yang telah memberi takbir yang tepat itu adalah seorang yang
pandai dan bijaksana dan akan sangat berguna bagi negara jika ia didudukkan di
istana menjadi penasehat dan pembantu kerajaan. Maka disuruhnyalah kembali si
pelayan ke penjara untuk membawa Yusuf menghadap kepadanya di istana.Nabi Yusuf
yang sudah cukup menderita hidup sebagai orang tahanan yang tidak berdosa, dan
ingin segera keluar dari penjara, namun ia enggan keluar dari penjara sebelum
peristiwanya dengan istri Futihar dijernihkan lebih dahulu dan sebelum tuduhan
serta fitnah yang ditimpakan ke atas dirinya diluruskan. Nabi Yusuf ingin
keluar dari penjara sebagai orang yang suci bersih dari tuduhan fitnah dan
tipu-daya yang bertujuan menutupi dosa isteri Futihar atu Kitfir.
Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan oleh
takbir mimpinya secara terperinci dan menyeluruh makin merasa hormat kepadanya,
mendengar tuntutannya agar diselesaikan lebih dahulu soal tuduhan dan ¿tnahan
yang dilemparkan atas dirinya sebelum ia dikeluarkan dari penjara. Hal mana
menurut ¿kiran Raja menandakan kejujurannya, kesucian hatinya dan kebesaran
jiwanya bahwa ia tidak ingin dibebaskan atas dasar pengampunan tetapi ingin
dibebaskan karena ia bersih dan tidak bersalah serta tidak berdosa.Tuntutan
Nabi Yusuf diterima oleh Raja dan segera dikeluarkan perintah mengumpulkan para
wanita yang telah menghadiri jamuan makan Zulaikha dan teriris ujung jari
tangan masing-masing ketika melihat wajahnya. Di hadapan Raja mereka
menceritakan tentang apa yang mereka lihat dan alami dalam jamuan makan itu
serta percakapan dan soal jawab yang mereka lakukan dengan Nabi Yusuf. Mereka
menyatakan pesan mereka tentang diri Yusuf bahwa ia seorang yang jujur, soleh,
bersih dan bukan dialah yang salah dalam peristiwa dengan Zulaikha. Zulaikha
pun dalam pertemuan itu, mengakui bahwa memang dialah yang berdosa dalam
peristiwanya dengan Yusuf dan dialah yang menganjurkan kepada suaminya agar memenjara
Yusuf untuk memberikan gambaran palsu kepada masyarakat bahwa dialah yang salah
dan bahwa dialah yang memperkosa kehormatannya.Hasil pertemuan Raja dengan para
wanita itu di umumkan agar diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dan dengan
demikian terungkaplah tabir yang meliputi peristiwa Yusuf dan Zulaikha. Maka
atas, perintah Raja, dikeluarkanlah Nabi Yusuf dari penjara secara hormat,
bersih dari segala tuduhan. Ia pergi langsung ke istana Raja memenuhi
undangannya. (Baca Q.S. Yusuf: 43-53)
8. Yusuf
Diangkat Sebagai Wakil Raja Mesir
Raja Mesir yang telah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dari pelayannya,
teman Nabi Yusuf dalam penjara, dari kesaksian wanitawanita, tamu Zulaikha
dalam jamuan makan dan dari Zulaikha sendiri, makin bertambah rasa hormatnya
dan kagumnya terhadap Nabi Yusuf setelah berhadapan muka dan berbicara dengan
beliau sekeluarnya dari penjara. Kecerdasan otak Nabi Yusuf menurut fikiran
Raja akan sangat bermanfaat bagi kerajaannya bila Nabi Yusuf diserahi pimpinan
negara dan rakyat. Maka kepada Nabi Yusuf dalam pertemuan pertamanya dengan
Raja ditawarkan agar ia tinggal di istana mewakili Raja menyelenggarakan
pemerintahan. Nabi Yusuf tidak menolak tawaran Raja Mesir itu. Ia menerimanya
asal saja kepadanya diberi kekuasaan penuh dalam bidang keuangan dan bidang
distribusi bahan makanan, karena menurut pertimbangan Nabi Yusuf, kedua bidang
yang berkaitan antara satu sama lain itu merupakan kunci dari kesejahteraan
rakyat dan kestabilan negara. Raja yang sudah mempunyai kepercayaan penuh
terhadap kecerdasan otaknya serta kejujuran menyetujui pikiran beliau dan
memutuskan untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Nabi Yusuf.
Pada hari penobatan, yang dihadiri oleh para pembesar negeri dan
pemuka-pemuka masyarakat, Nabi Yusuf dikukuhkan sebagai wakil Raja, dengan
mengenakan pakaian kerajaan. Demikianlah rahmat dan kurnia Tuhan yang telah
memberi kedudukan tinggi dan kerajaan besar kepada hamba-Nya Nabi Yusuf setelah
mengalami beberapa penderitaan dan ujian yang berat. (diceritakan dalam Al-Qur’an
dalam surah Yusuf: 54-57).
9. Pertemuan
Yusuf dengan Saudara-Saudaranya
Pada saat musim kekeringan dan kelaparan datanglah orang berduyun-duyun
dari kota dan desa-desa pinggiran Mesir, bahkan dari negara-negara yang
berhampiran Mesir yang sudah kekurangan bahan makanan bagi rakyatnya. Mereka
datang mengharap pertolongan Nabi Yusuf untuk memberi kesempatan membeli gandum
yang masih tersedia dalam gudang pemerintah. Di antara para pendatang yang
ingin berbelanja di Mesir terdapat rombongan orang-orang Palestina, termasuk di
antara mereka ialah saudarasaudara. Nabi Yusuf segera mengenal mereka tetapi
sebaliknya mereka tidak mengenal Nabi Yusuf. Sejak awal Nabi Yusuf melihat
wajah saudaranya yang datang memerlukan gandum, tidak ada niat sedikit pun dalam
hatinya hendak mempersulit mereka sebagai balas. Soal yang dilakukan dengan
mereka hanya sekadar ingin mengetahui keadaan ayah dan adik bungsunya, Benyamin
yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan dan hanya sekadar taktik untuk
mempertemukan kembali dengan ayah dan saudara-saudaranya yang sudah lama
terpisah.Kemudian Nabi Yusuf memerintahkan pegawainya mengisi karung-karung
saudaranya dengan bahan makanan yang mereka perlukan. Sedang emas dan perak
yang mereka bawa untuk harga bahan makan itu, diisikan kembali ke dalam karung
mereka secara diam-diam. Setibanya kembali di Palestina berceritalah merek
kepada ayahnya tentang perjalanan mereka Disampaikan pula oleh mereka kepada
ayahnya, bahwa mereka diharuskan oleh Yusuf membawa adik bungsu mereka ke
Mesir, bila mereka datang lagi untuk membeli gandum dan bahan makanan. Berkata
Nabi Ya’qub serta merta setelah mendengar cerita putera-puteranya: “Tidak,
sesekali tidak akan ku berikan izinkan kepadamu untuk membawa Benyamin jauh
dariku. Aku tidak akan mempercayakan Benyamin kepadamu setelah apa yang terjadi
dengan diri Yusuf adikmu. Kamu telah berjanji akan menjaganya baik-baik, bahkan
sanggup mengorbankan jiwaragamu untuk keselamatannya.Ketika karung-karung yang
dibawa kembali dari Mesir dibongkar, ternyata didalamnya terdapat barang-barang
emas dan perak yang telah mereka bayarkan untuk harga gandum yang dibeli. Maka
seraya tercengang bercampur gembira, berlari-larilah mereka menyampaikan
keheranan mereka kepada ayahnya. Mereka berkata: “Wahai ayah! Kami tidak berdusta
dalam cerita kami tentang itu penguasa Mesir orang baik hati. Lihatlah emas dan
perak yang telah kami bayarkan untuk ganti gandum yang kami terima, dipulangkan
kembali ke dalam karung-karung kami tanpa kami mengetahui. Jadi apa yang kami
bawa ini adalah pemberian percuma dari penguasa Mesir yang sangat murah hati
itu.”Dengan diperolehnya gandum, bantuan percuma dari putera yang tidak mereka
kenali, keluarga Ya’qub menjadi tenang dan merasa buat beberapa waktu, bahwa
api didapur rumah akan tetap menyala. akan tetapi persediaan yang terbatas itu
tidak bertahan lama jika tidak disusul dengan pengisian stok baru selama musim
kemarau belum berakhir. Demikianlah maka Nabi Ya’qub yang melihat persediaan
gandumnya makin hari makin berkurangan sedangkan tanda-tanda krisis makanan
akan berakhir belum nampak, terpaksalah ia mengutus putera-puteranya kembali ke
Mesir untuk meminta bahan makan untuk kedua kalinya dari Yusuf wakil Raja
negeri itu. Dan karena putera-putera Ya’qub tidak akan berangkat ke Mesir tanpa
Benyamin, sesuai janji mereka kepada Yusuf, maka terpaksa pulalah Ya’qub
mengikut sertakan putera bungsunya Benyamin dalam rombongan.Setibanya di istana
kerajaan merek diterima oleh adik mereka sendiri Yusuf yang belum mereka kenal
kembali, dengan penuh ramah-tamah dan dihormati dengan jamuan makan. Bagi
mereka disediakan tempat penginapan untuk setiap dua orang sebuah rumah, sedang
adik bungs Yusuf, Benyamin diajak bersamanya menginap di dalam istana.
Sewaktu berada berduaan dengan Yusuf, Benyamin mencucurkan airmata seraya
berkata kepada kakaknya yang belum dikenal kembali: “Andaikan kakakku Yusuf
masih hidup, niscaya engkau akan menempatkan aku bersamanya di sebuah rumah
tersendiri sebagaimana saudarasaudaraku yang lain.” Yusuf lalu menghiburkan
hati adiknya dengan kata- kata: “Sukakah engkau bila aku menjadi kakakmu
menggantikan kakakmu yang hilang itu?” Benyamin menjawab: “Tentu namun sayang
sekali bahwa engkau tidak dilahirkan oleh ayahku Ya’qub dan ibuku
Rahil.”Mendengar kata-kata si adiknya, bercucuranlah air mata Yusuf, lalu
memeluk adiknya sambil mengaku bahwa dia adalah Yusuf, kakanya yang hilang itu.
Ia menceritakan kepada adiknya penderitaan-penderitaan yang telah dialami.
Kisah pertemuan Yusuf dengan saudaranya dikisahkan dalam Al-Qur’an pada (QS.
Yusuf: 58-69).
Nabi Yusuf menerima saudara-saudaranya sebagai tamu selama tiga hari tiga
malam. Setelah selesai masa bertamu bersiap-siaplah mereka untuk pulang,
sesudah karung-karung mereka diisi dengan penuh bahan makanan. Setelah berjabat
tangan, meminta diri dari Yusuf, bergeraklah kafilah mereka menuju pintu
gerbang ke luar kota. Tetapi sebelum kafilah sempat melewati batas kota,
tiba-tiba beberapa pengawal istana yang berkuda mengejar mereka dan memerintah
agar berhenti dan dilarang meneruskan perjalanan, sebelum diadakan pemeriksaan
terhadap barang-barang mereka bawa. Para pengawal mengatakan bahwa sebuah piala
gelas minum raja telah hilang dan mungkin salah seorang dari mereka yang
mencurinya.Penggeledahan dilakukan oleh para pengawal, barang-barang serta
karung-karung diturunkan dari atas punggung unta, dibongkar dan diperiksa.
Sejurus kemudian berteriaklah salah seorang pengawal dengan memegang piala di
tangannya seraya berkata: “Inilah dia piala yang hilang.”Para anggota rombongan
terkejut, mengangakan mulut, sambil memandang satu dengan yang lain keheranan,
seakan-akan masing-masing bertanya di dalam diri sendiri, gerangan musibah
apakah yang menimpa mereka ini? Bertanya pemimpin rombongan kepada pengawal,
dari mana mereka dapatkan piala itu. Mereka menujukan kepada salah satu bagasi,
yang ternyata bahwa bagasi itu adalah kepunyaan adik bungsu mereka Benyamin.
Maka sesuai dengan peraturan, ditahanlah Benyamin dan tidak diizinkan pulang.
Berangkatlah ka¿lah Ya’qub kembali ke tanah airnya dengan hanya terdiri dari
sembilan orang, meninggalkan di belakang mereka kakak sulungnya Yahudza dan
adik bungsunya Benyamin. Setiba mereka di rumah hanya dengan sembilan orang dan
menghadap ayahnya menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Benyamin dan
Yahuda. Nabi Ya’qub berkata seraya berpaling dari mereka dan mengusap dada: “Oh
alangkah sedihnya hatiku karena hilangnya Yusuf yang masih terbayang wajahnya
di depan mataku. Kini kalian tambah lagi penderitaanku dengan meninggalkan
Benyamin di negeri orang untuk kedua kalinya (Bacalah QS. Yusuf: 70-86 )
10.
Pertemuan Kembali Keluarga Ya’qub
Sejak kembalinya kafilah putra-putranya dari Mesir tanpa Benyamin dan
Yahuda, Fisik Nabi Ya’qub makin hari makin menjadi lemah. Ya’qub berkata kepada
anak-anaknya: Bila kamu benar-benar sayang kepadaku dan ingin melegakan hatiku,
pergilah kamu merantau mencari jejak Yusuf dan berusahalah sampai menemuinya
dan setidak-tidaknya mendapat keterangan di mana ia berada sekarang dari rahmat
Allah”. Anjuran Ya’qub diterima, setidak-tidaknya ia sekadar membesarkan hati
si ayah. Dan sekali pun mereka merasa tidak mungkin mendapat Yusuf dalam
keadaan hidup, namun bila mereka berhasil membujuk penguasa Mesir mengembalikan
Benyamin, maka hal itu sudah cukup merupakan penghibur bagi ayah mereka.
Tibalah kafilah putra-putra Ya’qub di Mesir untuk ketiga kalinya,
berkatalah juru bicara mereka: “Wahai Paduka Tuan! Keadaan hidup yang sukar dan
melarat di negeri kami yang disebabkan oleh krisis bahan makanan yang belum
teratasi memaksa kami datang kembali untuk ketiga kalinya mengharapkan bantuan
dan murah hati paduka tuan, kedatangan kami kali ini juga untuk mengulang
permohonan kami kepada paduka tuan dapatlah kiranya adik bungsu kami Benyamin
dilepaskan untuk kami bawa kembali kepada ayahnya yang sudah buta kurus kering
dan sakit sejak Yusuf, kakak Benyamin hilang. Kami sangat mengharap
kebijaksanaan paduka agar melepaskan permohonan kami ini, karena dengan
kembalinya Benyamin dapat meringankan penderitaan batinnya serta memulihkan
kembali kesehatan badannya yang hanya tinggal kulit melekat pada
tulangnya.”Kata-kata yang diucapkan oleh kakak-kakknya menimbulkan rasa haru
pada diri Yusuf dan tepat mengenai sasaran di lubuk hatinya, menjadikan ia
merasakan bahwa masanya telah tiba untuk mengenalkan dirinya kepada
saudara-saudaranya dan dengan demikian akan dapat mengakhiri penderitaan
ayahnya. Berkatalah Yusuf: “Masih ingatkah kalian apa yang telah kalian lakukan
terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu melemparkannya ke dalam sumur? Dan masih
teringatkah olehmu tatkala seorang dari kalian memegang Yusuf, menanggalkan
pakaiannya lalu ditinggalkannya seorang diri di dalam sumur yang gelap dan
kering itu, lalu tanpa menghiraukan ratap tangisnya, kamu kembali pulang ke
rumah dengan rasa puas seakanakan kamu telah membuang sebuah benda atau seekor
binatang yang tidak patut dikasihani dan dihiraukan nasibnya?”Mendengar
kata-kata yang diucapkan oleh wakil raja Mesir itu, tercenganglah para saudara
Yusuf, bertanya-tanya kepada diri sendiri masing-masing, seraya mamandang
antara satu dengan yang lain, bagaimana peristiwa itu sampai diketahuinya
secara terperinci, padahal tidak seorang pun dari mereka pernah membocorkan
berita peristiwa itu kepada orang lain, juga kepada Benyamin pun yang sedang
berada di dalam istana raja. Kemudian masing-masing dari mereka menyorotkan
matanya, mulutmya dan seluruh tubuhnya dari kepala sampailah ke kaki.
Dicarinya ciri-ciri khas yang mereka ketahui berada pada tubuh Yusuf semasa
kecilnya. Lalu berbisik-bisiklah mereka dan sejurus kemudian keluarlah dari
mulut mereka secara serentak suara teriakan : “Engkaulah Yusuf”.“Benar”,Yusuf
menjawab, “Akulah Yusuf dan ini adalah adikku satu ayah dan ibu, Benyamin.
Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri segala penderitaanku dan dengan
rahmat-Nya pula kami telah dikaruniai nikmat rezeki yang melimpah ruah dan
penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertakwa
serta bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjarannya.”Setelah
mendengar pengakuan Yusuf, berubahlah wajah mereka menjadi pucat. Terbayang di
depan mata mereka apa yang mereka perbuat terhadap diri adik mereka Yusuf yang
berada di depan mereka sebagai wakil raja Mesir yang berkuasa penuh. Mereka
gelisah tidak dapat membayangkan pembalasan apa yang akan mereka terima dari
Yusuf. Berkatalah saudara-saudara Yusuf dengan nada yang rendah: “Sesungguhnya
kami telah berdosa terhadap dirimu dan bertindak kejam ketika kami melemparkan
kamu ke dasar sumur. Kami sangat sesalkan peristiwa yang terjadi itu yang
berakibat penderitaan bagimu dan bagi ayah kami.
Maka terserah kepadamu untuk tindakan pembalasan apakah yang akan engkau
timpakan di atas diri kami yang telah berdosa dan mendurhakaimu”.Berkatalah
Yusuf menenteramkan hati saudara-saudaranya yang sedang ketakutan: “Tidak ada
manfaatnya menyesalkan apa yang telah terjadi Mudah-mudahan Allah mengampuni
segala dosamu, karena Dialah Yang Maha Penyayang serta Maha Pengampun. Pergilah
kamu sekarang juga kembali kepada ayah dengan membawa baju kemejaku ini.
Usapkanlak ia pada kedua belah matanya yang insya- Allah akan menjadi terang
kembali, kemudian bawalah ia bersama semua keluarga ke sini secepat
mungkin.”Maka bertolaklah kafilah putra-putra Ya’qub dengan diliputi rasa haru
bercampur gembira. Sejurus kemudian berhentilah kafilah di depan pintu rumah,
beramai-ramai masuk ke dalam rumah dan berpeluknyalah ayah sambil mengusapkan
baju kemeja Yusuf pada kedua belah matanya. Seketika itu pula terbuka lebarlah
kedua belah mata Ya’qub, bersinar kembali memandang wajah putra-putranya dan
mendengar kisah perjalanan putraputranya dan bagaimana mereka telah menemukan
Yusuf bersama adiknya Benyamin. Disampaikan pula undangan Yusuf agar semua
sekeluarga berhijrah ke Mesir dan menjadi satu di dalam
istananya.Dirangkulnyalah si ayah oleh Yusuf seraya mencucurkan air mata setiba
Ya’qub di halaman istana. Demikian pula ayah tidak ketinggalan mencucurkan air
mata. Semuanya bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah serta penghormatan
bagi Yusuf, kemudian dinaikkannyalah ayah dan ibu tirinya yang juga saudara
ibunya ke atas singgasana. ”(Baca QS. Yusuf : 87-101).
11. Ibrah
atau pelajaran yang didapat dari kisah Nabi Yusuf A.S.
Banyak pelajaran dan ibrah yang dapat dipetik dari Kisah Nabi Yusuf yang
penuh dengan pengalaman hidup antaranya ialah :
1. Bahwasanya
penderitaan seseorang yang nampaknya merupakan suatu musibah dan bencana, pada
hakikatnya dalam banyak hal bahkan merupakan rahmat dan barakah yang masih
terselubung bagi penderitaannya
2. Nabi
Yusuf telah memberi contoh dan teladan bagi kemurnian jiwanya dan keteguhan
hatinya tatkala menghadapi godaan Zulaikha. Sebagai akibat penolakannnya itu ia
rela dipenjarakan demi mempertahankan keluhuran budinya, keteguhan imannya dan
kemurnian jiwanya.
3. Nabi
Yusuf memberi contoh tentang sifat seorang kesatria yang enggan dikeluarkan
dari penjara sebelum persoalannya dengan Zulaikha dijernihkan.
4. Suatu
sifat utama pembawaan jiwa besar Nabi Yusuf menonjol tatkala ia menerima
saudara-saudaranya yang datang ke Mesir untuk memperolehi gandum. Nabi Yusuf
tidak melakukan pembalasan terhadap saudara-saudaranya yang telah
melemparkannya ke dalam sebuah sumur
5. Nabi
Yusuf orang yang cerdas, jujur dan amanah. Sifat-sifat utama inilah yang harus
dimiliki oleh kita semua.
http://fidiaayesha.blogspot.co.id/2014/12/kisah-teladan-nabi-yusuf-as.html
Belum ada Komentar untuk "MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 10 : KISAH TELADAN NABI YUSUF AS"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...