KH. Hasyim Asy’ari Pendiri pesantren terbesar di Jawa
Selasa, Februari 19, 2019
Tambah Komentar
KH. Hasyim
Asy’ari Pendiri pesantren terbesar di Jawa
oleh Muhammad Rofiudin
Hasyim Asy’ari,
mungkin sebuah nama yang tidak asing lagi di telinga kita. Beliau adalah
seorang yang berperan penting di bidang pendidikan dan perjuangan melawan
penjajah dan juga seorang ulama yang paling berpengaruh di Indonesia. KH.
Hasyim Asy’ari juga seorang pendiri Nadhatul Ulama, organisasi Islam terbesar
yang ada di Indonesia. Selain itu, beliau juga seorang pahlawan nasional
Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau
menurut tanggal hijriyah pada tanggal 24 Dzulqaddah 1287H Di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa timur. Beliau wafat pada tanggal 25
Juli 1947 yang kemudian dimakamkan di Tebuireng, Jombang.
KH. Hasyim
Asy’ari merupakan anak dari pasangan Kyai Asy’ari dan Nyai Halimah. Pada masa
kecil, jiwa pemimpin sudah melekat di diri seorang KH. Hasyim Asy’ari. Diantara
teman sepermainnya ia kerap tampil sebagi pemimpin. Pada usia 15 tahun, beliau
berkelana untuk mencari ilmu ke berbagai pesantren. Mula-mula ia menjadi santri
di persantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke pesantren Langitan,
Tuban. Pindah lagi ke pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan penjelajahannya
untuk mencari ilmu, ia melanjutkan ke pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah
asuhan Kyai Cholil. Diusia 21 tahun KH. Hasyim Asy’ari bukan saja mendapatkan
ilmu, namun ia juga mendapatkan istri. Ia menikah dengan Khadijah, salah satu
putri kyai yang pernah dipergurui.
Menimbah ilmu
di Makkah, Arab Saudi.
KH. Hasyim
Asy’ari berangkat ke Makkah pada tahun 1893, sejak itu ia menetap di Makkah
selama 7 Tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Sayyid Abbas
Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, Sayyid Husein Al Habsyi, Syaikh Ahmad
Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh
Mahfudh At Tarmisi, Dan Syaikh Sholeh Bafadlal.
Mendirikan
Pesantren Tebuireng Di Jombang.
Selepas dari
Makkah, Arab Saudi dan pulang ke Tanah Air ia langsung mengajar di pesantren
milik kakeknya, Kyai Usman. Tidak lama kemudian ia mendirikan pesantren
Tebuireng. Tidak hanya seorang kyai, KH. Hasyim Asy’ari juga seorang petani dan
pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Saat ada waktu istirahat
mengajar, ia pergunakan waktu itu untuk memeriksa sawah-sawahnya. Kadang ia
pergi ke Surabaya untuk berdagang kuda, besi, dan menjual hasil pertaniannya.
Dari berdagang itu lah ia bisa menghidupi keluarga dan pesantrennya.
Tahun 1899, KH.
Hasyim Asy’ari membeli sebidang tanah dengan luas 200 m persegi yang berdekatan
dengan sebuah pabrik. Dukuh Tebuireng yang terletak di arah timur desa Teras ia
mendirikan sebuah bangunan dari sebuah dari bambu sebagai tempat tinggal. Dari
tempat ini KH. Hasyim Asy’ari mempergunakan untuk mengajar dan shalat berjamaah
untuk bagian depan dan bagian belakang untuk tempat tinggal. Dari bangunan
bambu itulah sebuah pondok pesantren Tebuireng akan dimulai. Saat itu santrinya
berjumlah 8 orang dan meningkat menjadi 23 orang, setelah membangun tebuireng
selama dua tahun, KH. Hasyim Asy’ari harus kehilangan istri tercintanya, Nyai
Khodijah.
Setelah
berbagai kemajuan, yang menuai hasil menggembirakan KH. Hasyim Asy’ari menikahi
Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Setelah Nyai
Nafiqoh wafat, KH. Hasyim Asy’ari menikah lagi dengan Nyai Masruroh, putri dari
Kyai Hasan, pengasuh pndok pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri.
Terjadi hal
yang unik dari cerita seorang KH. Hasyim Asy’ari, dulu gurunya Mbah Cholil dari
Bangkalan, Madura, tiba-tiba saja berguru kepada KH. Hasyim Asy’ari. Tidak
heran saat ini banyak murid yang lebih pandai dari gurunya. Namun yang
ditunjukkan oleh KH. Hasyim Asy’ari dan Mbah Cholil adalah kemuliaan akhlak.
Keduanya mengajarkan kita akan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal
yang sekarang semakin sulit ditemukan pada murid dan guru.
Pesantren
terbesar di Jawa
Tidak heran
jika banyak pendatang di seluruh Indonesia untuk menimbah ilmu di Pesantren Tebuireng,
termasuk gurunya sendiri, Kyai Cholil. Ribuan santri menimbah ilmu kepada KH.
Hasyim Asy’ari. Tidak sedikit para santri yang dididik oleh KH. Hasyim Asy’ari menjadi
seorang tokoh agama dan ulama yang sangat berpengaruh. Seperti KH. Abdul Wahab
Chasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim
(anaknya) dan KH Achmad Siddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah
menjadi santri KH. Hasyim Asy’ari.
Maka dari itu
tak diragukan pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan
paling penting di Jawa. Dalam buku “tradisi pesantren”, mencatat bahwa
pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan sebagai pemimpin lembaga-lembaga
pesantren di pulau Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya memberi
gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada KH. Hasyim Asy’ari. Sampai saat
ini nama KH. Hasyim Asy’ari tetap tersuhur di Nusantara terutama orang-orang
Nadhatul Ulama yang saat ini anggotanya mencapai ke penjuru negeri. Dalam
kehidupan saat ini banyak anak-anak yang enggan untuk mondok, padahal mencari
ilmu harus setinggi-tingginya seperti yang dicontohkan KH. Hasyim Asy’ari. Bahwasanya
Pendidikan yang tinggi akan membawa keberhasilan dalam dunia dan akhirat.
Belum ada Komentar untuk "KH. Hasyim Asy’ari Pendiri pesantren terbesar di Jawa "
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik Anda...